PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)252. Double Kill! Kerja sama Aji dan Abi. (Bagian A)Aku bisa melihat wajah Marwan yang langsung memerah menahan amarah, dia sepertinya sangat emosi saat aku mengatakan investasi yang ditawarkannya tadi adalah investasi bodong.Begitu juga dengan wajah Lisa yang menampakkan hal yang sama, dia sepertinya juga ikut tidak terima karena aku mengatakan kalau usaha yang ditawarkan oleh adiknya tadi adalah usaha penipuan untuk orang lain.Namun, aku tidak peduli. Sekali lagi, karena Lisa dan juga keluarganya memang patut untuk diberikan balasan seperti itu, agar mereka tidak semena-mena dan juga menganggap kalau seluruh orang yang ada di dunia ini harus mengikuti keinginan mereka.Bahkan, jika harus diupahi dan dibayar sekalipun, aku tidak akan pernah mau untuk berinvestasi dan juga mengadakan kerjasama bersama Marwan.Selain karena investasinya itu adalah investasi yang belum jelas, alias bodong. Melihat karakteristik Marwan yang juga
253. Double Kill! Kerja sama Aji dan Abi. (Bagian B)"Ya, tidak bisa dong, Wan. Bagaimanapun juga aku kan harus meyakinkan adik-adikku dan juga Emakku, kalau uang yang kami investasikan ke tempatmu akan menjadi berlipat ganda, seperti milik Mas Aji dan juga Mbak Lisa," kataku sambil menunjukkan raut menyesal. "Ya, Jadi intinya kalau mau aku berinvestasi di tempatmu, uang Mas Aji harus balik terlebih dahulu. Jadi aku bisa melihat uang itu ada atau tidak, ya. Bukan aku meragukan dirimu, tetapi orang di luaran sana itu kan bisa jadi penipu. Bisa saja temanmu itu menipu kamu," kataku dengan bijak."Ya, tapi temanku kan tidak seperti itu, An. Dia jujur, loh. Namanya dia juga pengusaha, dia pemilik tambang batubara," kata Marwan dengan cepat."Tapi itu kan temen kamu, Wan, bukan temen kami! Nggak ada kepastian juga kalau temanmu itu akan mengembalikan uang milik kami. Jadi ya cara satu-satunya untuk membuat kami percaya adalah dengan mengembalikan uang Mas Aji. Jika uang Mas Aji memang kemb
254. Double Kill! Kerja sama Aji dan Abi. (Bagian C)Jadi, kesimpulannya, jika Mas Aji meminjam uang tiga ratus juta kepada juragan Karta, maka , dia harus membayar bunga sebanyak tiga puluh juta setiap bulannya. Pantas saja akhir-akhir ini ke kehidupan Mas Aji dan juga Lisa menjadi oleng. Ternyata mereka harus membayar bunga sebegitu banyaknya kepada juragan Karta setiap bulan.“Sudahlah! Kalian kenapa sih, harus bertengkar seperti ini? Seperti anak kecil saja!”seru Marwan tiba-tiba.Aku menatapnya dengan pandangan jijik, bagaimana bisa dia berbicara seperti itu kepada Mas Aji dan juga Lisa? Padahal dialah biang biang kerok utamanya.“Wah kalau begitu kamu harus mengembalikan uang Mas Aji secepatnya dong, Wan! Mereka sudah terlilit hutang kepada rentenir sebegitu banyaknya, tentu saja mereka harus mengembalikan pinjaman mereka agar kebun sawit yang sudah diberikan oleh Ibu dan Bapak tidak diambil oleh juragan Karta!” sahut Mas Abi dengan cepat.“Yah, ini bukan urusan kamu juga kan, B
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)255. Pertengkaran! (Bagian A)"Ngomong apa?" tanya Mas Aji bingung. Dia menatap Marwan dan juga Lisa secara bergantian, tapi sayangnya wanita itu malah memalingkan wajahnya dan menatap ke arah lain. Dia sengaja menghindari tatapan Mas Aji yang sedang bertanya-tanya."Kamu buat masalah apalagi sih, Dek?" Mas Aji mendesah lelah."Masalah?" Lisa menoleh cepat, nada suaranya terdengar tidak terima. "Kok, kamu ngomong gitu sih, Mas? Masalah apa yang bisa aku buat emangnya? Hah? Kok, kayak menghakimi aku banget!" serunya emosi."Ya jelas aku begini, karena aku tahu banget kamu itu gimana. Dan sekarang apa? Masalah apa lagi yang kamu buat? Uang apa yang dimaksud adikmu ini? Hah?!" Mas Aji membentak kuat, dia terlihat sangat kesal sekarang.Aku bingung, haruskah aku dan juga Mas Abi pulang sekarang? Tapi, bagaimana jika ketika kami pulang nanti suasana tambah parah? Bisa saja ujung-ujungnya mereka berkelahi.Mas Aji sepertinya sangat em
256. Pertengkaran! (Bagian B)“Ya kalau kamu emang nggak nerima uang itu, Mas. Tapi aku nerima! Trus apa bedanya? Kita ini suami istri, Mas. Aku itu istri kamu, dan kamu itu suami aku. Mau aku yang meminjam uang, atau kamu yang meminjam uang itu, tetap saja sama hitungannya. Sama-sama harus dibayar,” sahut Lisa dengan santai.“Oh, iya nggak dong! Kalau aku yang meminjam uang, aku jelas tahu ke mana larinya. Aku dari dulu, sama sekali tidak pernah meminjam uang kepada siapapun terkecuali kepada juragan Karta. Itu juga karena desakan kamu yang ingin berinvestasi pada Marwan,” kata Mas Aji dengan ketus. “Nah, sekarang kalau kamu yang meminjam uang, dan aku nggak tahu uang itu untuk apa. Terus gimana aku mau bayarnya? Kamu itu menghormati aku sebagai suami nggak, sih? Kamu itu kalau minjem apa-apa, seharusnya tuh ngomong sama aku, konsultasi terlebih dahulu, bukannya malah diem-diem seperti ini!” lanjut Mas Aji lagi.Aku bisa melihat Lisa yang kembali cemberut, dia melipat kedua tangannya
257. Pertengkaran! (Bagian C)"Kalau begitu, kamu minta uang itu kepada mbakmu. Jangan kepadaku, Wan. Karena aku tidak tahu apa-apa, bahkan dia meminjamnya saja aku tidak tahu," sahut Mas Aji dengan ketus. "Uang sepuluh juta yang kamu bilang adalah uang anak-anak, ternyata kamu pinjam kepada Marwan. Lalu uang anak-anak yang banyaknya hampir empat puluh juta itu ke mana, Dek? Kamu ini benar-benar membuat aku frustasi! Aku benar-benar pusing dengan segala tingkah lakumu, semakin lama kau semakin keterlaluan!” kata Mas Aji lagi.“Ya ampun, Mas! Mas! Kamu itu nggak usah berlebihan, deh. Kamu itu ... tinggal bayar aja. Apa susahnya, sih? Aku nggak punya uang, uang sepuluh juta yang kemarin sudah aku transfer ke temanku, untuk membayar arisan!” kata Lisa dengan ketus. “Jadi aku udah nggak punya uang untuk membayar Marwan pagi ini, makanya aku suruh dia untuk nemuin kamu. Kamu bayar dulu lah sepuluh juta, kamu itu kayak orang nggak punya uang! Kayak orang susah, tau nggak, sih?!” kata Lisa l
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)258. Keinginan Lisa (Bagian A)"Nggak ada apa-apa, dan kamu itu nggak usah kepo, Bi. Jadi manusia kok kepo banget, sih!" ketus Lisa sambil memalingkan wajahnya."Yah, aku kepo juga sama kakakku sendiri, Mbak. Kalau orang lain, mah … aku nggak peduli kali. Hanya saja, karena ini adalah Mas Aji, dan dia adalah kakak kandungku. Jadi, tentu saja aku harus kepo. Memangnya apa yang terjadi tadi malam sampai Mas Aji semarah ini?" tanya Mas Abi dengan ketus.Aku mengangguk membenarkan, wajarlah suamiku itu kepo. Namanya Mas Aji itu kan kakaknya, lagi pula Lisa juga tidak berhak berbicara seperti itu karena kelihatannya Marwan juga begitu mendominasi pembicaraan ini.Padahal Marwan adalah adiknya, dan itu artinya dia juga ikut campur dengan urusan Lisa dan juga Mas Aji. Lalu jika Marwan boleh ikut campur, kenapa Mas Abi tidak boleh?Suamiku kan, adiknya Mas Aji. Jadi sah-sah saja dong, kalau dia ikut campur seperti Marwan yang juga ikut c
259. Keinginan Lisa (Bagian B)"Ya ampun, Mas. Nggak usah terlalu besar-besarkanlah!" Lisa memekik kesal. "Apa salahnya kamu minta maaf sama ibuku? Dia udah membesarkan aku selama ini, dia sudah melahirkanku, membesarkanku, memberikan pendidikan, loh. Masa masalah begini aja kamu nggak mau minta maaf, sih? Dia itu orang tuaku, loh, Mas. Kamu nggak ngehargain orang tuaku? Nggak mau menghormati kedua orang tuaku? Iya?" tanya Lisa lagi.Saat ini, aku kembali lagi bisa melihat Lisa yang melakukan playing victim. Dia seolah berlagak menjadi korban, padahal dia adalah tersangka utamanya. Dia menatap Mas Aji dengan pandangan sedih, bahkan di pelupuk matanya sudah ada bulir bening yang hampir mengalir."Membesar-besarkan masalah? Bagaimana bisa kamu bilang seperti itu, Dek? Sedangkan kamu sendiri tahu, kalau tadi malam aku dihina oleh keluargamu. Kok, kamu kayaknya nggak ada simpati sedikitpun sama aku? Aku ini suamimu, loh!" ujar Mas Aji lagi.Dia mendengung kesal, langsung menghempaskan tub