PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)138. Kedatangan Pak Sofyan dan Pak Abdul lagi! (Bagian A)Hari ini adalah hari pertama aku membuka toko milikku, karena kemarin kami sudah rampung menyusun semua barang-barang dibantu oleh Ibu dan juga Bi Ramlah.Dan setelah kami selesai menyusun semua barang-barang itu, kami kemudian ngerujak bersama, diselingi canda tawa dan juga lelucon yang Bi Ramlah lontarkan.Kemarin benar-benar menjadi hari yang menyenangkan bagiku dan juga Mas Abi, ternyata kehadiran Ibu benar-benar membuat kami menjadi lebih bahagia dan juga lebih merasa disayangi oleh wanita yang sudah membesarkan suamiku itu.Sedangkan Lisa dan juga Mas Aji ? Aku belum mendengar kabar mereka hari ini, entah bagaimana kelanjutan kasus mereka yang kemarin. Tapi kami benar-benar tidak lagi mengetahui tentang mereka, apalagi Ibu kemarin sampai malam berada di rumahku.Hingga Bapak menyusul Ibu ke sini dan juga ikut makan malam bersama, Bapak bilang saat dia ingin pergi ke
139. Kedatangan Pak Sofyan dan Pak Abdul lagi! (Bagian B)Aku bisa mendengar suaranya yang terdengar sangat antusias, dan juga bersemangat, dia kelihatannya benar-benar senang ketika Ibu mau bercengkrama dengan kami.“Iya, Mas. Alhamdulillah, aku senang karena ternyata Allah sudah membukakan pintu hati Ibu dan membuat beliau mau ke sini dan juga membantu kita. Aku berharap kejadian ini berlangsung selamanya, dan Ibu akan berubah sepenuhnya,” kataku sambil tersenyum kecil.Mas Abi kemudian menghentikan kegiatannya, dan menatapku dengan pandangan dalam, dia mengangguk sambil membalas senyumku dengan yang lebih lebar dan juga lebih terlihat bersinar.“Yah, kamu benar, Dek. Mas berharap hal ini berlangsung selamanya, dan Ibu benar-benar berubah, karena bagaimanapun juga Mas benar-benar menyayangi Ibu dan menganggap kalau beliau adalah Ibu kandung Mas sendiri. Karena dia sudah mau merawat dan membesarkan Mas, dengan penuh kasih sayang,” kata Mas Abi dengan lembut. “Walau Ibu bersikap judes
140. Kedatangan Pak Sofyan dan Pak Abdul lagi! (Bagian C)Pak Sofyan dan juga Pak Abdul kemudian saling berpandangan, mereka setelahnya menatap Mas Abi dengan pandangan lekat.“Kalau boleh tahu, saudari Lisa ini mengajar di mana ya, Mas Abi?” tanya Pak Abdul dengan nada penasaran.“Di SD Negeri 40, Pak,” kata Mas Abi cepat .”Tidak jauh dari sini, hanya lurus saja. Setelah kira-kira satu kilo akan ketemu simpang tiga, Bapak tinggal belok ke kiri dan berjarak sepuluh meter dari sana adalah SD 40, plangnya besar kok, Pak,” kata Mas Abi lagi.“Bapak mau menemui Mbak Lisa di sana?” tanyaku ingin tahu.“Iya, Mbak Ana, kebetulan dia sedang mengajar, ‘kan? Lagi pula pengalaman kami yang dulu-dulu, memang menunjukkan kalau ketika orang sedang berada di tempat kerjanya maka dia akan cenderung lebih mudah untuk memberikan apa yang kami inginkan. Karena dia pasti tidak ingin kalau teman-temannya tahu, kalau dia mau menunggak, jadi pasti dia akan bersikap kooperatif kepada kami,” kata Pak Sofyan d
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)141. Kejadian di sekolah! (Bagian A) POV AUTHOR"Lis, kami mau pesan boba di tempat Bik Mar? Mau?" Astrid mengalihkan pandangannya ke arah meja Lisa di mana wanita itu sedang bermain ponsel dengan wajah yang terlihat murungAstrid adalah salah satu guru yang mengajar di SD Negeri 40 juga, usianya yang tidak terpaut terlalu jauh dengan Lisa berhasil membuat mereka bisa berteman dengan akrab."Hmmmmm?" Lisa hanya bergumam, tidak terlalu memperdulikan kata-kata Astrid."Boba! Mau?" tanya Astrid lagi."Boleh, deh!" sahut Lisa, tentunya tanpa menoleh ke arah rekan kerjanya itu. "Sekalian sama bakso ya, Mbak. Aku lapar," ujar Lisa lagi.Astrid berdehem, dan berjalan menjauh. Dia mendekati sekumpulan guru yang terlihat lebih berumur, sekitaran ada lima orang. Dan sepertinya wanita itu juga sedang menawarkan untuk memesan makanan seperti dirinya, dan juga Lisa.Sedangkan Lisa sendiri, Dia sedang sibuk bertukar pesan dengan Aji menanyaka
142. Kejadian di sekolah! (Bagian B)"Masalah apa sih, Sa?" Astrid masih saja kepo. "Kamu kalau ada masalah, seharusnya ngomong-ngomong, dong!" kata Astrid lagi.Lisa hanya mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil karena siapapun tahu kalau Astrid adalah salah satu biang gosip di sekolah itu apapun yang akan diketahuinya juga akan diketahui oleh orang satu desa.Maka semua orang berhati-hati jika curhat dengan dirinya karena bisa saja, orang hanya berbicara mengenai ubi tapi ketika dia menyampaikan kepada orang lain maka ubi itu sudah menjadi kolak."Nggak ada apa-apa kok, Mbak," kata Lisa berusaha untuk meredam rasa penasaran Astrid."Kamu udah nggak percaya sama Mbak ya?" tanya Astrid dengan nada sedih."Nggak gitu, Mbak. Mana mungkin aku nggak percaya sama Mbak, toh, apa-apa yang aku alami selalu aku omongin ke Mbak untuk pertama kalinya. Sewaktu aku beli ponsel, sewaktu aku dibeliin motor sama mertuaku, sewaktu aku dibeliin emas sama mereka, aku 'kan selalu ngasih ta
143. Kejadian di sekolah! (Bagian C)Wanita paruh baya itu sepertinya mendengarkan obrolan Lisa dan juga Astrid dari tadi, karena dia langsung menyambung saat Astrid menolak ketika Lisa ingin membayar semua pesanan mereka."Ya ampun, Bu Wanda … nggak kayak gitu!" kata Lisa sambil tersenyum malu.Sangat terlihat jelas, kalau menantu pertama dari keluarga Bu Sri itu kelihatannya senang dengan pujian yang diberikan oleh Bu Wanda."Nggak gimana? Kalian itu keluarga yang sangat makmur, loh! Suaminya agen sawit, uangnya banyak, istrinya pegawai negeri sipil yang cantik jelita seperti ini, sudah tidak ada yang bisa menyaingi kemakmuran keluarga kecil kalian!" kata Bu Wanda dengan nada antusias. "Jujur ya, Sa. Ibu aja bahkan ngerasa iri lho, sama keluarga kamu. Kamu itu disayang sama suami, disayang sama mertua, punya pekerjaan bagus, punya kehidupan yang makmur, aduh … tidak ada, yang tidak kamu miliki. Ibu benar-benar merasa iri, loh!" kata Bu Wanda lagi."Aduh! Sama dong, Bu. Saya juga ben
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)144. Rasa malu yang tak tertahankan! (Bagian A)Semua orang di sana lalu menatap Lisa dengan pandangan bingung, sedangkan yang ditatap masih menunduk dengan dalam dan menekuri mangkuk baksonya, seolah mangkuk itu adalah hal yang paling indah di dunia ini.Lisa benar-benar mati kutu sekarang, di dalam pemikirannya adalah malu yang luar biasa. Bahkan kalau bisa dia saat ini lebih memilih untuk menghilang, dan mengubur diri sendiri di dalam tanah."Apa, Pak? Maaf, mungkin Bapak bisa mengulangi sekali lagi?" tanya Bu Wanda memastikan."Kami sedang mencari saudari Lisa Artha, menurut data diri yang dia berikan kepada Amira Finance, dia bekerja sebagai seorang pegawai negeri dengan jabatan seorang guru di SD Negeri 40 ini. Dia mengambil motor nemex berwarna merah, seperti yang ada di sana!" tunjuk Pak Abdul ke arah, motor Lisa yang terparkir apik di bawah pohon mangga. "Jadi kami ingin bertemu dengan saudari Lisa Artha, untuk menarik m
145. Rasa malu yang tak tertahankan! (Bagian B)Bu Wanda langsung memberikan surat penarikan itu kepada rekan kerjanya dengan cepat, sehingga sekarang hampir semua guru di sini sudah melihat surat penarikan motor Lisa."Ya Allah, Sa! Ini benar loh, penarikan untuk motormu. Kamu mencicil selama ini?" tanya Bu Wati dengan nada tak percaya."Mana mungkin Bu, saya tidak mencicil. Kalian tahu sendiri 'kan, kalau Ibu mertua saya memberikan uang tiga puluh juta, untuk membeli motor itu secara cash!" kata Lisa dengan cepat, namun orang yang jeli pasti bisa mendengar nada suaranya yang bergetar ketakutan."Iya, Pak. Yang dikatakan Lisa memang benar, Bu Sri memang setahu saya memberi uang sebanyak tiga puluh juta untuk dia membeli motor nemex itu secara cash," kata Bu Wanda dengan cepat. "Apa Bapak tidak salah input data ini?" tanya Bu wanda lagi."Oh, tenang saja, Bu. Kami tidak mungkin salah input data, karena Amira Finance adalah salah satu perusahaan yang memang dipercayai di bidang ini. Ja
532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian
531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak
529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da
528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a
526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a
525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata