Beranda / Lain / PESUGIHAN GUNUNG SEMERU / Jangan Ambil Anakku

Share

PESUGIHAN GUNUNG SEMERU
PESUGIHAN GUNUNG SEMERU
Penulis: Ayu Kristin

Jangan Ambil Anakku

Penulis: Ayu Kristin
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-13 11:59:15

"Jangan! Jangan ambil anakku!" teriak Indah menangis histeris memegangi perutnya yang tiba-tiba menjadi rata. Wajahnya ketakutan dengan peluh yang membasahi. Seolah ia sedang melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh suaminya dan lelaki yang tidak hentinya merapalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an di sampingnya.

Prapto masih terus menopang tubuh istrinya yang kini sedang kesurupan. Sementara seorang Ustadz Zul dan seorang lelaki yang mengenakan sorban putih tak hentinya melafalkan ayat-ayat dalam kitab suci.

"Haha ... Manusia munafik!" Suara indah kini terdengar serak hampir menyerupai suara nenek-nenek. Sorot matanya menatap tajam pada Ustadz Zul.

Ustadz Zul tersentak begitu juga dengan Prapto dan lelaki yang membersamai Ustadz Zul. Beberapa saat Ustadz Zul dan lelaki bersorban putih itu saling bersitatap, jika yang berada di dalam tubuh Indah bukanlah Indah melainkan Jin.

"Aslamualaikum!" jawab Ustadz Zul membalas tatapan Indah.

Indah menarik kedua sudut bibirnya tersenyum sinis. Wajah pucat dengan mata mendelik membuat wanita itu menjadi sangat menyeramkan.

"Jangan ikut campur dengan urusanku, manusia munafik!" desis Indah menampakan seringainya.

Prapto yang memegangi tangan Indah semakin ketakutan. Namun, ia harus tetap bertahan demi istrinya dan bayi yang berada di dalam kandungannya.

"Aku akan terus ikut campur dengan urusanmu, selama kamu masih menganggu wanita ini!" cetus Ustadz Zul dengan nada mengancam.

"Coba saja jika kamu bisa, Zul!" balas Indah  penuh penekanan dengan suara khas seseorang seorang nenek tua.

"Kih ... kih ... kih!" Indah tertawa melengking.

Ustadz Zul dan lelaki yang membersamainya kembali melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Teriak suara Indah semakin melengking dan memekikan telinga. Kedua bola mata Indah mendelik menatap pada langit-langit kamar.

"Jangan! Jangan ambil anakku!" teriak Indah dengan suara serak. Jiwa Indah seperti sedang dipermainkan oleh Jin yang bersedia di dalam tubuhnya.

Propto memegang kuat-kuat tubuh Indah yang terus meronta dengan kuat.

Ustadz Zul dan sahabatnya semakin mengeraskan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an dan hal itu, semakin membuat makhluk halus yang berada di dalam tubuh Indah terus meronta-ronta.

"Panas! Panas!" teriak Indah kembali dengan suara wanita tua.

Ustadz Zul tidak peduli. Ia memejamkan kedua matanya dan terus melafalkan doa. Sementara Prapto semakin ketakutan melihat Indah yang sudah seperti setan. Ingin sekali Ia melepaskan tangannya dari tubuh Indah yang terus meronta.

"Panas, ampun! Ampun!" lirih Indah dengan suara serak. Tubuhnya yang masih berada di dalam kuncian Prapto perlahan melemas , tidak sekuat sebelumnya.

"Aku akan berhenti, asalkan kamu berjanji akan berhenti menganggu Indah!" sentak Ustadz Zul.

"Baiklah! Aku tidak akan menanggung Indah!" sahut Jin yang merasuki tubuhku Indah. Nafas Indah terdengar menderu dengan dada yang bergerak naik turun. Perlahan tubuhnya melemas seperti tidak bertenaga.

"Tapi berikanlah bayi itu untukku," ucap Jin itu pada Ustadz Zul diikuti tawa menyeramkan.

"Tidak! Kamu tidak akan bisa mengambil bayi Indah. Setan seperti kamu tidak berhak atas anak Adam!" sentak Ustadz Zul menaikan nada suaranya.

"Kih .. kih ... Kih! Ini bukan urusanmu manusia munafik. Keturunannya sudah memberikan bayi itu kepadaku. Atas sebuah janji yang sudah aku berikan kepadanya dan inilah saatnya aku menagih janji itu!"  Suara wanita itu itu menggelegar, Prapto yang masih bertugas mengunci tubuh Indah semakin bergidik ngeri. Kedua tangannya memegangi kedua tangan indah dengan kuat dari belakang punggung Indah.

"Dasar iblis!" hardik Ustadz Zul geram. Ustadz Zul kembali membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Tubuh Indah melonjak membuat Prapto jatuh tersungkur membentur tembok. Indah melayang-layang di udara dengan bola mata hitam menatap bengis pada Ustadz Zul. Kedua tangannya siap mencengkram siapa saja yang berada di depannya.

"Aku akan membunuhmu, manusia munafik!" sergah Indah dengan nada mengancam pada Ustadz Zul yang tidak peduli. Bibir lelaki terus berkomat kami membaca ayat-ayat Allah untuk meminta perlindungan.

Wus!

Wus!

Tubuh Indah melayang menyerang Ustadz Zul dan mencekik kuat leher lelaki itu.

"Aku akan membunuhmu saat ini juga, manusia munafik!" hardik Indah memperkuat cengkraman tangannya pada leher Ustadz Zul yang terus melafalkan doa. Perlahan Ustadz Zul mulai kesulitan untuk bernafas. Kedua tangannya menyentuh pergelangan tangan Indah yang sedang mencekiknya.

Lelaki yang membersamai Ustadz Zul menarik tubuh Indah yang melayang-layang di udara. Menghempaskanya kasar hingga membentur tembok.

Argh ....!

Indah mengerang kesakitan. "Sialan kamu!" Sorot mata Indah tertuju pada lelaki yang membantu Ustadz Zul. Tubuhnya menggeliat kesakitan.

"Ustadz, ustadz baik-baik saja!" dengan wajah panik lelaki bernama Firman itu membantu Ustadz Zul untuk bangkit.

"Aku baik-baik saja, Firman!" sahut Ustadz Zul memegangi lehernya yang hampir putus oleh cekikan Indah.

Indah bangkit, merayap pada dinding kamar. Suara tawanya melingking memenuhi kamar berdiding serba putih itu. Bola mata hitam itu tertuju pada Ustadz Zul dan Firman, asisten Ustadz Zul.

"Sepertinya ini bukanlah jin sembarangan, Ustadz!" bisik Firman mendekatkan wajahnya pada telinga Ustadz Zul. Sorot matanya tertuju pada Indah yang berhenti merayap pada dinding.

"Tidak akan ada manusia yang bisa lepas dari godaaku. Karena selamanya aku akan menyesatkan semua anak cucu Adam. Kih ... kih ...!" Indah menampakan seringainya pada Ustadz Zul.

Ustadz Zul memutar tasbih yang berada di tangannya. Sementara Firman kembali membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Wus ...

Bruak!

Ustadz Zul melepar tasbih yang berada di tangannya ke arah Indah. Tubuh Indah terjatuh setelah hembusan angin yang mampu menjebolkan jendela kamar Indah itu datang.

Suasana menjadi hening, Indah tidak sadarkan diri. Prapto yang sedari tadi meringsek ketakutan di sudut kamar perlahan meregangkan tubuhnya yang terasa remuk.

"Alhamdulillah!" lirih Ustadz Zul menyapu wajahnya dengan kedua tangan. Begitu juga dengan Firman, asisten Ustadz Zul.

"Mas Prapto, silahkan tolong Mbak Indah!" ucap Ustadz Zul menoleh ke arah Prapto yang ketakutan.

"Apakah sudah aman?" tanya Prapto ragu untuk mendekati Indah, istrinya.

"Aman, Mas!" sahut Ustadz Zul.

"Ustadz, ada darah!" Firman melihat darah segar mengalir dari kedua kaki Indah.

"Inalillahi wa innailaihi rojiun!" ucap Ustadz Zul dengan wajah getir.

"Sepertinya kita sudah gagal, Ustadz!" imbuh Firman.

Prapto berjalan merayap menghampiri Indah. Kalinya seperti kehilangan tenaga.

"Dek, bangun, Dek!" lirih Prapto meneteskan air mata. Lelaki itu meletakkan kepala Indah yang pucat di atas pangkuannya.

"Firman, panggilkan ambulan!" titah Ustadz Zul pada lelaki yang berdiri mensejajarinya.

"Baik Ustadz!" Firman memutar tubuhnya menuju pintu keluar.

Ustadz Zul menghampiri Prapto yang terisak. "Sabar Mas Prapto!" tutur Ustadz Zul mengusap lembut bahu Prapto yang bergerak naik turun.

"Bagaimana saya tidak sedikit Ustadz, kehamilan Indah selalu berakhir seperti ini. Ya Allah anakku!" tangis Prapto memeluk wajah Indah.

"Sabar Mas! Semoga tidak terjadi apapun pada Indah dan bayi yang berada di dalam kandungannya," hibur Ustadz Zul. Meskipun sudah jelas jika bayi di dalam rahim Indah mengalami keguguran.

*****

Bersambung ....

Bab terkait

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Lelaki Di Dalam Mimpi Lastri

    Indah masih tergulai lemah di atas bedpasian. Kedua matanya terpejam sedari tadi. Prapto masih terjaga menunggui istrinya, meskipun sesekali rasa kantuk datang menyerang."Selamat malam, Bapak!" ucap seorang wanita berseragam putih melemparkan senyum pada Prapto yang tersadar.Prapto mengusap kedua matanya yang terasa lengket untuk beberapa saat."Iya, Dok!" jawab Prapto kemudian. Menunggu Dokter memeriksa keadaan Indah."Bagaimana dengan keadaan istri saya, Dok?" tanya Prapto."Menurut hasil pemeriksaan, istri bapak tidak hamil. Bahkan kandungan istri Bapak masih norma tidak ada bekas janin sama sekali dan pendarahan yang terjadi infeksi yang terjadi pada kandungannya," tutur Suster pada Prapto yang mengeryitkan dahi menatap bingung."Tapi, bagaimana bisa Dok? Beberapa waktu yang lalu istri saya jelas-jelas hamil Dokter, dan sekarang Dokter mengatakan bahwa istri saya tid

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Misteri Rumah Lastri

    "Mas, sudah di cek belum tadi kelapa yang ada di truk Adin?" ucap Lastri pada salah satu anak buahnya yang berada di dalam gudang kelapa."Sudah Bu! Tadi ada10000butir sudah berangkat kirim ke Jawa tengah," sahut karyawan itu kepada Lastri."Jangan lupa, pastikan semua barang sampai pada konsumen tepat waktu agar kwalitasnya masih bagus." Lastri menyodorkan tumpukan kertas kepada Parjo, asisten yang mengecek semua kelapa yang masuk dan keluar dari dalam gudang Lastri."Siap Bos!" sahut Parjo.Siapa yang tidak mengenal Lastri, wanita pekerja keras yang gigih dan tidak gampang menyerah. Dulu, Lastri hanyalah seorang penjual arang batok kelapa. Tapi, kini ia sudah menjadi bos kelapa terbesar yang memasok kebutuhan kelapa di berbagai daerah di seluruh pulau Jawa, bahkan terkadang sampai ke luar negeri . Banyak lahan para penduduk Ranupani yang dibeli oleh Lastri untuk dijadikan kebun kelapa milikny

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Mencari Bantuan

    Argh!Indah mengerang memperkuat cengkramannya pada leher Prapto."Le-lepaskan, Dek!" lirih Prapto terbata. Nafasnya mulai tersengal dan hampir putus. Perlahan wajah Prapto terlihat semakin pucat.Bough!Indah melempar tubuh Prapto kesembarang tempat. Prapto terpelanting membentur tembok di sebelah kanan ranjangnya.Prapto meringis kesakitan. Dipegangnya pinggang dan leher bekas cekikan Indah yang serasa remuk. Prapto tidak habis pikir, setan apa yang kini sedang merasuki istrinya.Mulut Prapto berkomat Kamit. Perlahan ia bangkit dengan nafas tersengal.Wus ... Wus ... Wus ...Tubuh Prapto tiba-tiba terangkat ke udara. Saat Indah mengerakan kedua telapak tangannya. Wanita itu seperti mengendalikan tubuh Prapto dengan kedua tangannya."Tolong! Tolong!" Teriak Prapto ketakutan. Ia berusaha melambai-lambaikan tangannya agar bisa tu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bisikan Di Hutan Pinus

    Suara gamelan itu masih terdengar sepanjang perjalanan. Abah terus memacu mobil jeeb tua berwarna biru miliknya menebus hutan pinus yang berjajar rapi di sepanjang jalan. Semakin laju mobil itu dipacu, seolah semakin mendekati arah suara musik tradisional itu. Tak hentinya bibir berdzikir mengingat Allah. Sepertinya ia tahu, suara gamelan yang ia dengar adalah sebuah pertanda buruk.Netra Abah menatap arah jalanan yang berada di depan kaca mobil. Meskipun kini kaca mobil itu dipenuhi dengan butiran gerimis air hujan yang mulai mengguyur. Wiper pada mobil jeeb tua itu berlenggang kekanan kekiri untuk menghapus jejak hujan yang semakin deras. Sejak tadi sore Ustadz Zul meminta pertolongan kepada Abah untuk datang ke kediaman Indah. Karena jarak yang ditempuh ke rumah Indah lumayan jauh, kemungkinan Abah akan tiba di sana tangah malam.Bibir Abah tidak berhenti terus mengucap takbir di sepanjan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Gendam Tejo

    Tejo masih berdiri di depan halaman rumah Indah sejak Indah menutup pintu rumahnya. Wanita dengan wajah pucat itu masih sempat mengantarkan Tejo berpamitan hingga ke ambang pintu."Hati-hati ya Pak De! Terimakasih sudah datang untuk menjengukku!" tutur Indah saat mengantarkan Tejo berpamitan.Sesekali lelaki yang memiliki kumis tebal itu menoleh ke kanan, ke kiri serta ke sekeliling rumah Indah. Setelah memastikan tidak ada siapapun, Tejo segera menaburkan sesuatu benda yang ia ambil dari dalam saku celananya."Mampus kamu, Sulastri! Sebentar lagi akan tamat riwayatmu!" guman Tejo dengan tersenyum kemenangan. Lelaki itu menyebar bujuk garam di sepanjang halaman rumah Indah dengan mulut berkomat-kamit melafalkan mantra."Pak De Tejo!"Tejo tergeragap. Jantungnya seperti lepas' dari tempurungnya saat seseorang menepuk lembut bahu lelaki berkumis tebal itu. Hampir saja ulahnya ketahuan. Untun

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Pesaing Itu Ternyata?

    Prapto membuka kedua matanya dengan perlahan. Satu tangannya memegang pelipis yang terasa nyeri akibat benturan semalam. Sinar surya yang masuk melalui sela-sela jendela semakin panas menyentuh pori-pori kulit Prapto."Indah!" Benak Prapto teringat dengan istrinya. Prapto bergegas bangkit dan berlari menuju kamar.Cekriet!Prapto mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk mencari keberadaan Indah. Hanya ada selimut tebal yang gumul di atas rajang."Indah buka ya?" pikir Prapto ragu dengan rasa penasaran. Perlahan Prapto pun mendekati ranjang. Jantungnya berdegup kencang saat tanganya bergetar hendak menarik selimut yang bergumul di atas ranjang."Alhamdulillah!" Prapto mengelus dada, saat melihat Indah yang berada di balik selimut itu."Ya Allah, Dek!" Prapto menjatuhkan pelukan pada tubuh Indah yang masih terlelap membuat Indah mengeliat dan tersadar.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16
  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Kematian Seno

    Darah kental mengenang di sekitar kepala Seno. Bola mata melotot menahan dahsyatnya maut menjemput masih tersisa. Lidah Seno menjulur hingga bagian dagu, tubuhnya menegang dan kejang berkali kali.Indah meraung raung melihat jasad bapaknya yang kini ada di hadapannya. Tubuh yang bergetar ditahan oleh Prapto agar tidak mendekati jasad Seno yang baru saja menghembuskan nafas terakhir. Sementara Lastri, masih berdiri menyilangkan tangannya di depan dada tanpa rasa kehilangan sedikit pun.Seluruh karyawan Lastri berkerumun di halaman belakang rumah minimalisnya. Untuk menyaksikan kematian suami majikannya."Bapak! Huhuhu ...." Indah terus meraung, memanggil nama bapaknya berkali kali."Kenapa bisa begini? Ya ampun Bapak, huhuhu ... !" Kini giliran Lastri yang menangis histeris melihat jasad suaminya. Setelah beberapa saat ia diam terpaku.***Jenazah Seno sudah berada di ruangan tam

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Masalalu

    Prapto masih memandang langit-langit kamar. Ia sudah menganti beberapa kali posisi tidurnya. Namun, tepat saja rasa kantuk tak kunjung datang."Duh, bagaimana ini, aku nggak bisa tidur!" kesal Prapto pada dirinya sendiri."Wik ... wik ... wik ... bakaran!" Suara burung itu terdengar begitu nyaring di heningnya malam. Burung yang menurut kepercayaan orang Jawa adalah burung pembawa kematian."Duh, ada apalagi ini!" Siapa yang mau mati!" guman Prapto takut. Ia menarik selimut hingga menutupi seluruh wajahnya."Jangan! Jangan ambil anakku! Kembalikan, kembalikan dia padaku!" Indah mengigau dengan wajah ketakutan."Astaghfirullahaladzim!" Prapto megusap dada terkejut.Propto menarik selimut yang menutupi wajahnya. Lalu mengoyangkan tubuh Indah yang berbaring di sampingnya."Dek! Dek Indah! Bangun!" ucap Prapto serays mengoyangkan tubuh Indah.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17

Bab terbaru

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 143

    Langkah Zaki seketika terhenti, saat lirih suara Indah memanggil namanya. Begitu juga dengan Angga dan Dimas yang nampak terkejut melihat tatapan Indah hampir sama dengan Sekar."Dek, kamu manggil, Mas Zaki?" Prapto yang hendak beranjak kembali terduduk menatap serius pada Indah."Zaki!" lirih Indah lagi.Perlahan Zaki menyeret langkah kakinya berat menghampiri Indah. Tatapannya menerawang pada wanita yang duduk di hadapannya."Hati-hati di jalan! Jaga teman-teman!" lirih Indah dengan suara berat, seperti sedang menahan tangis.Tubuh Zaki gemetaran, ia merasa jika seseorang yang berada dalam diri wanita gila itu bukanlah Indah lagi."Siapa kamu?" lirih Zaki.Indah yang sempat menjatuhkan tatapan pada Zaki, kini kembali terdiam dengan tatapan kosong. Sorot mata itu seketika berubah."Jawab siapa kamu?" Zaki menai

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 142

    Zaki menerobos tubuh Angga dan Dimas. Mendekat pada wanita yang hampir mirip sekali dengan Hanum, netranya yang jeli begitu juga dengan suaranya."Hanum! Apakah itu kamu?" lirih Zaki menyentuh pada kedua bahu wanita yang berdiri di hadapannya. Lelaki bertubuh atletis itu sama sekali tidak dapat menyembunyikan kerinduan dan kesedihannya pada kekasihnya yang sudah meninggal."Dek, siapa?"Deg!Wajah Zaki seketika berubah pias saat mendengar suara lelaki dari dalam rumah. Sepertinya panggilan itu di tunjukkan pada wanita di hadapan Zaki. Dimas menyambar tangan Zaki dan menarik tubuh lelaki itu sedikit menjauh dari wanita yang berada di dalam pintu. Wanita yang hampir mirip sekali dengan Hanum itu nampak tercengang."Maaf, mbak!" ucap Dimas menyungingkan senyuman."Siapa, dek?" Lelaki berkulit sawo matang itu muncul dari dalam rumah. "Oh, kalian!" Semburat

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 141

    Zaki tergeragap, menoleh pada pria berseragam petugas kebersihan yang berdiri di belakang punggungnya menenteng ember dan alat pel di tangannya."Itu Mas, ehm ... Tadi saya mendengar ada orang menangis di dalam kamar ini!" ucap Zaki gugup."Menangis?" Lelaki yang mengenakan seragam kebersihan itu mengeryitkan dahi, menjatuhkan tatapan heran pada Zaki."Mas, yakin ngak salah dengar kan?" cetus petugas kebersihan nampak ragu dengan ucapan Zaki."Iya, Mas, benar, saya mendengar orang menangis dari dalam, makanya saya ingin melihatnya," ucap Zaki penuh keyakinan.Wajah petugas kebersihan itu seketika berubah menjadi takut. "Mas, jangan nakut-nakutin saya deh!" protesnya."Tidak, Mas, saya tidak tahu nakutin Mas," seloroh Zaki. "Tadi saya benar-benar mendengar orang sedang menangis dari dalam situ," imbuhnya."Tapi Mas, di dalam kamar itu suda

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 140

    Dimas dan Zaki mendengarkan cerita Angga dengan seksama. Mereka nampak tenggelam dengan cerita yang Angga sampaikan."Lalu siapa wanita buruk rupa itu?" celetuk Dimas dengan wajah penasaran."Dia adalah ibu Yuda,"jawab Angga melirik pada Zaki."Apa?" Lagi-lagi Dimas dan Zaki terhenyak serentak. Mereka menggeleng bersama."Iya, wanita yang aku lihat saat aku berusia tujuh tahun itu adalah ibu Yuda," tegas Angga dengan sorot mata menerawang jauh."Jadi ibu kamu adalah istri nomor ...?" Dimas kelepasan, satu tangannya segera membungkam mulutnya menghentikan ucapannya. Wajahnya meringis saat Angga menoleh padanya."Ternyata ibuku adalah istri kedua ayahku. Jadi aku dan Yuda miliki ayah yang sama dengan ibu yang berbeda. Semenjak itu aku tinggal bersama Yuda, tapi entah mengapa Ayah lebih perhatian padaku, semua ayah lakukan untuk aku. Seolah Yuda dan ibunya tidak

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 139

    Wajah Yuda yang meradang tidak tinggal diam. Hati yang sakit dengan dendam yang menguasai membuat pemuda itu menjadi lepas kendali. Yuda melompati meja, menjatuhkan tinjauan tepat pada hidung Angga.Bruk!Tubuh Angga hampir terjatuh, beruntungnya ada Zaki yang menopang tubuh pemuda tampan itu. Meskipun hidungnya tetap saja terasa sakit sekali."Hay ... Apa yang kamu lakukan!" sentak seorang lelaki.Petugas penjaga segera menghampiri Yuda. Ia menarik tubuh lelaki itu menjauh dari Angga.Satu tangan Angga memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah segar. Wajahnya meringis menahan sakit. Sementara Yuda, netranya memicing pada Angga dengan dada bergerak naik turun."Angga, kamu nggak apa-apa, kan?" sergah Zaki panik.Beberapa saat Angga tidak menjawab. Hidungnya terasa sangat pedih sekali. "Aku baik-baik saja!" lirih Angga menatap pada telap

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 138

    "Zak, ada apa?" seloroh Dimas membuat Zaki tergeragap."Tidak!" balas Zaki mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Suara yang tidak asing itu masih terus mendengung dalam indera pendengarannya."Kamu mencari apa, Zaki?" ucap Dimas menatap aneh pada sikap Zaki yang ada di belakang punggungnya.Zaki nampak gelisah. "Tidak, aku tidak sedang mencari apapun. Mungkin aku tadi hanya salah dengar saja!" imbuh Zaki menarik sebelah sudut bibirnya. "Ayo masuk!" ajak Zaki melingkarkan tangannya pada bahu Dimas masuk ke dalam ruangan Angga.____Jangan pernah menanyakan sinar matahari di lereng Semeru. Sekalipun ia menampakkan cahayanya, ia tidak akan pernah membuatmu terasa panas. Justru yang ada ia akan memberi kehangatan dalam dinginnya udara yang membekukan. Semejak semalam, gerimis masih turun seperti biasa, soalnya hujan tidak memiliki jeda di daerah pegunungan itu. Beberapa kali Dimas berjalan monda

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 137

    Zaki beranjak bangun karena terkejut, sesaat lelaki yang mengenakan topeng itupun juga menatap ke arahnya. Dengan gerakan cepat lelaki yang mengenakan topeng itu berhambur lari menuju ke arah pintu."Angga!" teriak Dimas terkejut melihat Angga tengah sekarat bersimbah dengan darah.Zaki bingung, hendak menyelamatkan Angga atau menangkap lelaki bertopeng itu. Zaki memutuskan untuk mengejar lelaki yang mengenakan topeng itu hingga menuju pintu keluar rumah Pak Samsul.Lengan kekar Zaki menyambar jaket kupluk yang lelaki itu kenakan. Tubuh lelaki terpelanting dan terjatuh."Ough!" Suara lelaki yang mengenakan topeng itu mengaduh kesakitan, karena benturan yang cukup keras.Zaki segera mengambil kesempatan untuk menangkap tubuh lelaki itu. Sayangnya lelaki itu menendang tubuh Zaki hingga terjatuh. Saat Zaki hendak melakukan penyerang padanya. Tubuh Zaki tersungkur dengan wajah mering

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 136

    "Hey, tunggu!" teriak Angga dari ambang jendela.Menyadari jika Angga dan Zaki melihat kehadirannya. Lelaki yang bersembunyi di balik pohon pisang itu segera berlari masuk ke dalam kebun pisang."Tunggu!" teriak Zaki terus mempercepat langkah kakinya mengejar lelaki yang mengenakan jaket hitam dan berlari sangat cepat sekali.Mantan jawara beladiri itu tidak kesulitan untuk menangkap lelaki yang mengintai rumah Pak Samsul. Satu tangannya menyambar jaket yang lelaki itu kenakan hingga terjatuh. Secepatnya Zaki, mengunci tubuh lelaki itu, dengan kaki yang menindih pada bagian perut dan tangan yang mencengkeram kuat pada kedua pergelangan tangan lelaki tersebut."Ampun Mas, ampun!" lirih lelaki itu dengan wajah ketakutan."Apa?" Seketika Zaki terkesiap. Melihat sosok lelaki yang berada di bawah tubuhnya bukanlah Yuda. Sahabat yang ia kira sedang mengintai rumah Pak Samsul.&n

  • PESUGIHAN GUNUNG SEMERU   Bab 135

    Lelaki yang mengenakan topeng itu terus menyerang Dimas. Dimas tidak bisa berkutik, karena lelaki itu menindih tubuh Dimas dari belakang punggungnya."Le-lepaskan!" lirih Dimas, satu tangannya hendak meraih penutup topeng yang lelaki itu kenakan.Plak!Lelaki yang menindih tubuh Dimas itu memberikan tamparan tepat pada pipi Dimas. Seketika wajah Dimas pun berpaling hingga kacamata yang ia kenakan pun terlepas. Saat itu juga meramunlah penglihatan Dimas. Ia tidak bisa lagi melihat siapa yang sudah menyerangnya, apalagi gelap malam semakin membuatnya hampir seperti orang buta.Dimas semakin panik, ia tahu lelaki itu bisa leluasa menyakitinya karena kini dirinya hampir tidak dapat melihat sama sekali."Tolong!" teriak Dimas memberontak. Sayangnya tenaga lelaki itu jauh lebih kuat. Beberapa kali lelaki itu menjatuhkan tinjuan pada Dimas."Hentikan!"&n

DMCA.com Protection Status