Mister X tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh Roger padanya."Kamu itu benar-benar bikin aku terganggu! Sekarang aku sedang sibuk mengurus urusanku, kamu datang minta uang yang aku janjikan? Apakah kamu yakin semua syarat sudah dipenuhi?""Aku sudah mengalahkan anak buah kamu, apa itu belum cukup?""Tapi, bagian tugas yang lain kamu belum bisa melakukannya!""Meminta para rider turun ke jalan seperti yang kamu mau?""Ya!""Aku sudah melakukannya, tapi mereka tidak mau turun, apakah itu kau anggap gagal?""Tentu saja. Aku sudah membayarmu beberapa persen, dan kamu tidak menyelesaikan tugas seluruhnya kenapa kamu masih ingin menagih uang itu padaku?""Aku sangat memerlukan uang itu, Mister X, malam ini juga aku harus mendapatkannya, kalau tidak -""Istrimu akan dikawini oleh Moreno?""Berikan saja uangnya, tidak perlu ikut berkomentar ini dan itu!""Minta seluruh rider level A untuk datang ke area balap yang ada di sana, kamu lihat itu, kan? Aku berikan waktu setengah jam m
"Diamlah, kau tidak perlu ikut campur, ini urusanku!""Asalkan kau tidak meminta uang padaku untuk membayar pria ini, aku tidak peduli!""Aku bilang diam!"Pak Salim menanggapi apa yang dibisikkan oleh Dafa sambil terus mengarahkan pandangannya pada Roger yang terlihat masih berpikir atas tawaran yang diberikannya. Ia mengabaikan gerutuan yang diucapkan oleh Dafa padanya, memilih fokus menanti jawaban yang akan diberikan oleh Roger atas tawarannya tadi. "Kapan aku harus melakukan apa yang kamu inginkan?" tanya Roger setelah beberapa saat ia terdiam."Besok, aku akan memanggil beberapa wartawan dan mereka akan meliput apa yang kamu katakan secepatnya.""Jadi malam ini apakah aku pulang dulu baru datang lagi?""Tidak perlu. Kamu tetap di sini, jangan keluar dari bangunan ini tanpa izin dariku.""Bagaimana dengan uangnya? Kamu bisa membayar jika aku melakukan hal itu?""Tentu saja, tapi aku ingin kamu melakukannya dahulu baru aku membayarmu."Roger akhirnya mengiyakan apa yang dikatakan
"Itu terlalu beresiko.""Ayolah, aku akan menanggung resikonya sendiri, kamu enggak usah khawatir, ya?" "Tapi-""Aku enggak peduli dengan izinmu, Ridwan! Aku harus ke sana bertemu dengan si brengsek itu!"Tanpa menunggu respon Ridwan atas permintaannya, Rani segera beranjak dari tempatnya dan bergegas melangkah ke arah bangunan di mana Pak Salim dan lainnya mengurung Moreno dan Roger di sana. Tujuannya cuma satu, ia harus bertemu dengan Dafa, sekedar untuk memastikan, bahwa pria itu memang benar-benar sudah tidak peduli lagi dengannya atau tidak. Rani kesal bukan main, ia yang selama ini selalu mengorbankan waktu dan tubuh untuk Dafa tapi pria itu tidak tergerak sama sekali untuk mencintainya bahkan masih saja berpikir agar Maira bisa menjadi miliknya kembali, itu yang membuat Rani sangat membenci Dafa.Melihat Rani pergi sendiri ke bangunan tersebut, Ridwan mau tidak mau mengejar. Ia tidak mau Rani mengacaukan semuanya hingga niatnya sendiri tidak terealisasi.Sampai akhirnya, kedu
"Jadi, kamu mau membunuh aku di sini?" tanya Rani dengan tatapan mata mencemoohnya pada Dafa. "Aku bisa saja melakukan hal itu, kalau kamu ikut campur dalam urusan aku!""Moreno itu musuhku juga, jadi aku ingin melakukan sesuatu padanya untuk membalas rasa sakit hatiku padanya, bukan cuma kamu aja yang ingin balas dendam, jadi aku mau kamu jangan menguasai dia sendirian!""Apa yang ingin kamu lakukan padanya?""Sesuatu yang dibencinya.""Baik! Aku antar kamu ke ruang di mana dia berada, setelah itu kamu harus pergi dari sini karena jika kamu merusak semua rencana yang kami buat, kamu akan tau akibatnya!""Oke, tapi kamu jangan menggangguku saat aku melakukan pembalasan!"Dafa tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Rani, ia berbalik dan melangkah meninggalkan tempat di mana ia tadi berdiri dan Rani buru-buru mengikutinya. Di waktu yang sama, Danu yang mulai curiga karena Moreno tidak kunjung pulang semenjak pergi dari rumah meminta teman-temannya untuk memeriksa semua area yang sek
"Apa yang ingin kamu lakukan padanya?""Apa yang ingin aku lakukan? Tentu saja sesuatu yang mungkin membuat Moreno marah.""Lakukan saja, tidak perlu meminta aku keluar.""Kamu yakin?""Kenapa aku tidak yakin? Memangnya kamu bisa melakukan apa sampai aku harus marah?"Baiklah, aku akan membuat kamu panas dingin saat aku menyentuh Moreno, Dafa, agar kamu tahu, tidak ada seorang wanita seperti aku yang bisa memuaskan kamu!Hati Rani bicara seperti itu, dan gadis seksi berambut panjang itu segera membalikkan tubuhnya lalu fokus kembali dengan Moreno yang berbaring di atas tempat tidur tanpa kasur tersebut. "Berani lu sentuh gue, gue patahin semua jari lu!"Baru saja Rani ingin menyentuh Moreno, pria itu membuka mata dan bicara seperti itu padanya. Mendengar ancaman yang dikatakan oleh Moreno, Rani tersenyum kecut."Kamu itu sedang dibius, Sayang, mana bisa kamu matahin jariku segala, nikmati aja apa yang akan aku lakukan untuk kamu, sebagai balasan penolakan sadis kamu beberapa waktu ya
Seraya bicara demikian, Rani mengusap permukaan celana yang dipakai Moreno di bagian bawah perutnya, hingga membuat Moreno murka sampai wajahnya merah padam. Moreno memaki tiada henti dan Rani justru semakin bersemangat mendengar makian yang diberikan oleh Moreno padanya hingga Dafa yang melihat hal itu harus mengusap wajahnya dengan kasar.Ketika Rani sibuk ingin membuka celana yang dipakai oleh Moreno agar perempuan itu leluasa menyentuh tubuh Moreno, tiba-tiba saja pintu ruangan tersebut digedor dari luar. Membuat Rani menghentikan kegiatannya, dan berpaling ke arah Dafa. "Siapa? Aku belum selesai, lho! Bisa kamu tahan dulu enggak orang yang ada di luar itu untuk aku?" katanya pada Dafa. "Sudahlah, sampai di situ saja, Rani. Aku tidak mau kamu merusak semua rencana kami, kamu sudah menyentuh Moreno, sudah cukup membuat dia marah, berhenti saja!""Tidak! Aku belum selesai, aku belum melakukan apapun padanya, baru juga buka baju, kamu tahan dulu aja orang di luar itu, aku enggak
"Kamu membayangkan Moreno menyentuh milik kamu!" katanya dengan suara lantang hingga Moreno bisa dengan jelas mendengar ucapannya."Ah, enggak! Kamu salah paham, aku tadi teriak bukan karena merasa nikmat lho, aku teriak karena kesal denger apa yang diucapkan oleh Moreno tentang dadaku! Dia terus bilang dadaku, jelek, Dafa!!""Kamu tidak bohong?""Enggak, lah! Ayolah, lanjutkan, aku tutup kuping deh enggak akan denger kata-kata si brengsek itu lagi tentang dadaku, yang penting kamu suka, kan?"Rani meminta Dafa melanjutkan apa yang dilakukan pria itu pada miliknya karena baru pertama kali itulah Dafa mau melakukan hal itu padanya meskipun mereka sudah beberapa kali bercinta.Dafa berdecak kesal. Di satu sisi, ia marah karena tadi Rani menyebut Moreno, di sisi lain ia juga terlanjur menikmati permainan panas mereka hingga jika dihentikan begitu saja ia juga merasa tanggung. Tangannya menyentuh dada Rani untuk membuat kemarahannya reda dan Rani juga perlahan menyentuh milik pria itu ya
Dafa buru-buru bicara demikian, sekedar cuci tangan karena ia tidak mau disalahkan tunggal oleh Ridwan.Ridwan mengarahkan pandangannya pada Dafa dan menghela napas panjang."Bapak masih menyukainya?" tanyanya dan pertanyaan itu membuat Dafa mendelik ke arahnya tapi anehnya, Rani justru ingin tahu jawaban apa yang akan diberikannya terkait pertanyaan Ridwan tersebut."Kenapa tidak menjawab? Bapak masih menyukai dia tidak?"Ridwan mengulang pertanyaannya, kali ini dengan nada suara yang semakin tegas.Dafa yang didesak oleh Ridwan demikian menjadi sebal juga hingga ia melipat kedua tangannya di dada. "Aku tidak pernah menyukainya!" katanya dengan lantang dan jawabannya itu membuat Rani mengepalkan telapak tangannya lalu....PLAKKK!Sebuah tamparan diterima oleh Dafa dan semua termasuk Moreno terperangah melihat hal itu dilakukan oleh Rani pada Dafa.Sementara itu setelah menampar Dafa seperti tadi, Rani langsung keluar dari ruangan itu melewati Ridwan dan Mister X yang tidak bisa berb