Suara Moreno menggema di ruangan itu dan Moreno mengamati ke seantero ruangan agar ia tidak melewatkan sosok Miko yang mungkin saja akan terlihat di matanya."Aku tidak akan membantumu, karena aku merasa kamu memang harus mendapatkan hukuman dari apa yang pernah kamu lakukan pada adikku!"Beberapa saat teriakannya tidak direspon oleh Miko, akhirnya suara Miko terdengar masih sangat dekat di telinga Moreno tapi dengan wujud yang masih tidak ada."Hukuman apa sih? Gue itu nolong adik lu malah, kalo gue enggak nolong dia, adik lu itu udah sakit parah lagi, Kampret!""Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi, apa yang kamu lakukan pada adikku sampai kamu tahu segala tentang dadanya? Aku mau mencongkel kedua matamu itu karena kamu berani kurang ajar sama dia!""Astaga! Gue ini suhu dalam menilai dada! Gue enggak pernah kurang ajar sama adik lu, gue enggak sengaja ngeliat itu namanya rezeki, hal gituan aja lu gedein, ribet amat lu tau!"PLAKK!Moreno mengernyit menahan sakit saat sebuah tampar
Mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Miko, Mitha mengerutkan keningnya seolah tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh sang kakak."Aku enggak paham dengan apa yang kamu katakan, Miko, emangnya apa yang sudah terjadi?""Aku enggak bisa pulang karena kamu mikirin aku terus, iya, kan? Kamu masih enggak percaya kalau aku benar-benar enggak bisa bantuin kamu buat dititipin anak kamu?"Miko bicara dengan nada suara yang tersengal, pertanda untuk membuka mulut saja ia kesulitan karena kondisinya yang terluka."Enggak juga sih, aku tahu kamu enggak bisa membantuku soal itu, aku memang ada mikir kamu tapi, aku enggak tau kalau ternyata itu bikin kamu enggak bisa pulang terus kamu terluka kayak gini karena siapa?""Moreno.""Apa?""Iya. Ini karena Moreno, dia ditahan oleh orang-orang yang benci sama dia, terus aku menyelamatkan dia, aku juga juga enggak tahu kenapa aku harus melakukannya, padahal itu ada resikonya, tapi, ini aku lakukan untuk kamu.""Untuk aku? Kamu melakukan perjanjian s
"Apa? Jadi sekarang, kamu curiga padaku? Yang benar saja! Yang nyaris berkhianat bukannya kamu, Pak Dafa? Kenapa kamu justru mencurigai aku?" Mister X tidak terima dianggap ingin berkhianat meskipun sebenarnya ia memiliki rencana sendiri yang tidak sesuai dengan aturan yang dibuat oleh Pak Salim dan juga Dafa, tapi ia merasa, rencananya itu tidak akan membahayakan rencana yang sudah dibentuk oleh orang yang sudah membayarnya. Dafa tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh Mister X padanya, ia melipat kedua tangannya di dada dan menatap wajah Mister X dengan tatapan mata tidak suka. "Kau tidak tahu yang namanya taktik? Kalau kamu penjahat kelas kakap harusnya kamu itu paham dengan taktik seseorang, sekarang bagaimana caramu untuk menghadapi tawanan yang biusnya sudah pulih?" Mister X mengalihkan pandangannya ke arah Moreno yang masih bertarung dengan Roger tapi mereka sedikit terusik dengan kehadiran Dafa dan juga Mister X hingga pertarungan yang mereka lakukan akhirnya
Mendengar apa yang diucapkan oleh Danu, wajah Moreno berubah seketika. {Pingsan kenapa?!}Semua orang yang ada di ruangan itu langsung memperhatikan Moreno ketika pria itu menanggapi ucapan Danu dengan nada suara yang meninggi.Danu menjelaskan pada Moreno mengapa Pak Marvel sampai pingsan, hingga Moreno segera mengakhiri panggilan dan menyimpan ponselnya kembali ke saku lalu ia melangkahkan kakinya menuju pintu tanpa peduli Dafa dan Mister X terkejut dengan apa yang dilakukannya."Kamu mau ke mana? Apakah kau tuli, kamu tidak boleh pergi ke manapun karena kau ini seorang tawanan?" kata Mister X sambil mencengkram salah satu bahu Moreno hingga gerakan Moreno yang melangkah cepat menuju pintu terhenti seketika."Minggir!!" katanya pada pria tersebut lalu menghempaskan tangan Mister X yang memegang bahunya.Tubuh tinggi Mister X terjajar ke belakang ketika Moreno menyentakkan tangannya yang mencengkram salah satu pundak pemuda tersebut. "Gue bilang minggir, kan? Gue harus pulang sekar
Mendengar apa yang diucapkan oleh Viona, Pak Salim semakin terpojok, ia tidak menyangka istrinya bisa tahu apa yang ia lakukan secara diam-diam selama ini, hingga ia mati kutu ketika istrinya mengucapkan kata-kata itu padanya. Sebenarnya bukan kali pertama, Viona menyinggung masalah itu, beberapa hari yang lalu, istrinya juga membahas masalah tersebut dengannya, tapi Pak Salim berusaha untuk membantah. Tetapi sekarang, di depan ayah dan juga kakeknya, Pak Salim sulit untuk melakukan bantahan karena sepertinya ayah dan kakeknya juga lebih percaya istrinya daripada dengan dirinya."Apakah yang dikatakan Viona itu benar, Salim? Kau tidak ada bedanya dengan Moreno, kah? Melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang dahulu?"Suara ayahnya terdengar dan Pak Salim mengusap wajahnya dengan kasar mendengar apa yang dipertanyakan oleh sang ayah."Aku hanya ingin mempertahankan posisi ku di perusahaan, Pi...."Akhirnya, Pak Salim bicara demikian dengan nada suara perlahan."Perusahaan dialihkan ke M
"Jangan pergi gitu aja, gue mau ngomong sama lu!" katanya pada Dafa dan hal itu tentu saja membuat Dafa jadi semakin sebal. Pikirannya sekarang sudah penuh masih harus juga ditambah dengan aksi Combro yang menurutnya sangat menyebalkan."Kita tidak punya urusan lagi, Combro, jangan kurang ajar kamu, aku bisa menuntut kamu kalau kamu kurang ajar padaku!""Gue yang harusnya nuntut lu dan si Salim itu, lu pake jasa gue tapi seenaknya lu ganti gue dengan si Mister X itu!""Salahnya di mana? Kami punya uang, kami bebas untuk memutuskan, jadi kamu tidak perlu banyak protes!""Masih ada sisa dari pembayaran yang belum lu lunasi ke gue, Dafa, kalo lu kagak mau bayar, gue akan bilang pada semua wartawan bisnis kalo lu yang memberikan perintah pada gue untuk menembak Moreno pada waktu itu!""Kamu mengancam?""Ini bukan sekedar ancaman, tapi sebuah peringatan, kalo lu kagak mau bayar gue, tetap pake gue dan singkirkan si Mister X itu dari tugas tugas yang lu dan Salim berikan!""Tidak bisa. Dia
Moreno sebal mendengar apa yang diucapkan oleh Miko, ia melangkahkan kakinya mendekati tepi pembaringan agar ia bisa lebih dekat dengan kakak kembar Mitha tersebut."Lu itu udah sekarat, masih aja ngomong sembarangan soal gue, mau gue kepret?"Miko tersenyum kecut mendengar ancaman yang diucapkan oleh Moreno, seraya menentang tatapan mata Moreno. "Tepati janji kamu!" Tanpa menanggapi ancaman yang diucapkan oleh Moreno, Miko langsung mengucapkan kata-kata itu pada Moreno dengan raut wajah yang terlihat serius meskipun ia masih menahan rasa sakit pada tubuhnya."Bokap gue sekarang masuk rumah sakit, lu enggak usah bahas itu dulu, bisa?""Enggak bisa!" sergah Miko dengan nada suara yang meninggi."Miko, udah. Kamu jangan banyak marah-marah terus, kondisi kamu semakin lemah, enggak bisa balik nanti kamu.""Tapi, si tengil ini harus menepati janji dia sama aku, Mitha! Aku kayak gini itu karena dia, jadi dia harus tanggung jawab!""Ya, ya! Karena gue! Gue tau, enggak usah diperjelas! Lu k
Tante Mila langsung bicara seperti itu ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno tentang keinginan orang yang menolongnya."Kenapa tidak bisa?" tanya Moreno pada ibunya. "Siapa yang menolongmu? Suaminya? Bisa saja ini akal-akalan suaminya agar dia melakukan pertolongan padamu setelah itu, dia akan minta kamu balas budi!""Tidak, Mi. Lagipula, yang menolongku itu saudara kembar gaib Mitha.""Miko?""Kenapa Mami tahu?"Moreno tidak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya ketika mendengar ibunya ternyata tahu tentang Miko padahal ia tidak pernah menceritakan tentang Miko pada keluarganya.Tante Mila menghela napas panjang mendengar pertanyaan Moreno. "Dia pernah datang pada Mami saat kamu dan Mitha masih bersama.""Eh, kenapa Mami enggak pernah ngomong soal ini sama aku?""Karena sampai sekarang, Mami tidak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya.""Tentang hubungan persaudaraan dia dengan Mitha?""Ya.""Sekarang, Mami percaya?""Percaya.""Kenapa Mami percaya?""Mami melihat