Tante Mila langsung bicara seperti itu ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno tentang keinginan orang yang menolongnya."Kenapa tidak bisa?" tanya Moreno pada ibunya. "Siapa yang menolongmu? Suaminya? Bisa saja ini akal-akalan suaminya agar dia melakukan pertolongan padamu setelah itu, dia akan minta kamu balas budi!""Tidak, Mi. Lagipula, yang menolongku itu saudara kembar gaib Mitha.""Miko?""Kenapa Mami tahu?"Moreno tidak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya ketika mendengar ibunya ternyata tahu tentang Miko padahal ia tidak pernah menceritakan tentang Miko pada keluarganya.Tante Mila menghela napas panjang mendengar pertanyaan Moreno. "Dia pernah datang pada Mami saat kamu dan Mitha masih bersama.""Eh, kenapa Mami enggak pernah ngomong soal ini sama aku?""Karena sampai sekarang, Mami tidak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya.""Tentang hubungan persaudaraan dia dengan Mitha?""Ya.""Sekarang, Mami percaya?""Percaya.""Kenapa Mami percaya?""Mami melihat
Moreno tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh ibunya dan terus melontarkan pertanyaan, tapi Moreno tidak mendapatkan jawaban yang berarti karena sang ibu hanya mengatakan bahwa, ia harus membawanya ke rumah untuk menemui Mitha itu saja hingga mau tidak mau Moreno mengiyakan saja apa yang diinginkan oleh ibunya walau setengah terpaksa.Sesampainya di rumah, Moreno langsung membawa Mitha yang saat itu sedang berkemas karena tahu ketika pagi tiba itu artinya waktunya di rumah Moreno sudah habis."Mitha, di mana kakak kamu!"Tanpa basa-basi Tante Mila langsung melontarkan pertanyaan itu ketika pintu kamar sudah dibuka Mitha saat ibunya Moreno mengetuknya dengan gerakan tidak sabar. "Kakak?" tanya Mitha tidak paham dengan maksud Tante Mila yang menerobos masuk ke dalam kamar tapi ia tidak menemukan siapapun di dalam kamar itu selain Mitha dan sang anak yang masih tidur di atas tempat tidur."Di mana dia?" tanya Tante Mila pada Mitha setelah tidak menemukan orang yang dicarinya di mana
"Hajar, hajar, hajar, itu aja yang kamu katakan, memangnya dengan menghajar masalah kamu akan selesai? Tidak, kan?"Bukannya takut, Miko justru balik mengkritik Moreno hingga Moreno mengepalkan telapak tangannya."Lu mau menemui nyokap gue enggak?""Tidak!""Lu emang pengen gue hajar pake giok dulu, baru lu bisa patuh, Miko?""Jangan, Reno!"Mitha buru-buru mencegah, ketika Moreno usai bicara seperti itu, ia memegang giok miliknya dan mengacungkannya ke arah Miko. Miko hanya tersenyum kecut mendengar ancaman Moreno."Reno, Miko sedang tidak stabil, jangan memaksanya untuk melakukan apa yang tidak ia inginkan, karena kita tidak tahu akibatnya untuk dia."Lagi, Mitha mencoba untuk menasihati Moreno, hingga Moreno membuang napas kesal."Ibuku itu sedang terguncang, kondisi ayahku parah, pasca pingsan keadaannya semakin mengkhawatirkan, dia sampai berpikir minta bantuan pada Miko, itu artinya dia sudah hancur, tidak bisa kah Miko mengiyakan saja apa yang dia inginkan? Setidaknya, temui i
"Ya, tentu saja, kamu bukan Tuhan, tentu saja tidak bisa merubah takdir, tapi setahuku, alam gaib itu punya obat-obatan yang cukup bagus untuk manusia, apakah kamu bisa memberikan obat itu pada anakku, Marvel?""Maaf, saya tidak bisa melakukan hal itu, karena saya bukan makhluk gaib asli, tidak berwenang melakukan hal demikian....""Jadi, kamu memang tidak bisa membantu?""Maafkan saya, saya tidak bisa melakukan apapun untuk ayah Moreno.""Baiklah. Aku mengerti. Miko, aku mengajakmu bicara bukan ingin memaksamu memberikan pertolongan, tapi aku hanya ingin mengatakan padamu, jangan membenci cucuku, aku tahu Moreno itu nakal dan mudah dibenci karena sikapnya mungkin keterlaluan, tapi, dia sebenarnya tidak jahat, dia-""Saya tahu, Kek! Saya tahu Moreno tidak sejahat itu, meskipun terkadang dia keterlaluan, apa yang dia lakukan pada adikku sekarang, memang karena situasi yang membuat ia harus melakukan hal itu, saya akan berusaha untuk paham, tidak perlu dipertegas lagi. Asalkan adik saya
Mitha tidak bisa bicara untuk sesaat setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Tante Mila padanya. Rasanya sangat sesak karena perempuan itu mengatakan ia tidak pernah mencintai Moreno saat di masa lalu lantaran ia memilih meninggalkan Moreno.Ingin rasanya ia menyangkal, tapi Mitha berusaha untuk maklum karena sekarang perempuan itu sedang labil dikarenakan dalam situasi berduka. Itu sebabnya, Mitha memilih untuk diam saja daripada emosi Tante Mila semakin tersulut dan mereka ribut sementara banyak sekali orang di sekitar pemakaman yang belum seluruhnya kembali ke rumah masing-masing.Sementara itu, Maira yang berhasil mengejar Moreno nekat mencekal pergelangan tangan pemuda tersebut agar Moreno tidak terus beranjak semakin jauh dari lokasi makam ayahnya hanya sekedar membuang diri dari keramaian."Reno, jangan jauh-jauh, kamu mau tersesat di pemakaman karena pergi terlalu jauh?" kata Maira sambil menarik lengan Moreno agar pemuda itu menghentikan keinginannya untuk terus melangkah.
"Aku tahu kamu sedang menyudutkan aku, tapi aku benar-benar mengatakan bahwa kamu memang sudah lulus sensor.""Lulus sensor dalam rangka apa?""Mencintai seseorang dengan tulus.""Ohya?""Iya.""Entahlah, aku enggak tahu apakah aku bisa dikatakan tulus atau tidak, yang jelas rasanya ini sangat menyesakkan.""Itu sudah tulus, Maira. Ketika kamu mencintai seseorang, dan kamu tidak memaksakan kehendak kamu dan lega orang yang kamu cintai bahagia meskipun enggak sama kamu, itu artinya kamu sudah lolos sensor, kamu mencintai Moreno dengan tulus, dan aku yakin, ketulusan kamu akan membuat dia bisa luluh pada akhirnya.""Tidak perlu menghiburku. Dia tidak akan pernah luluh sama aku, setiap kali dia sama aku dia selalu mengomel, aku juga sudah mau berusaha move on, kok. Udah capek!""Tidak mau berusaha lagi?""Malas. Usiaku sudah hampir kepala 4, sudah diatas 30, rasanya kalau waktuku hanya untuk mengejar seseorang yang tidak suka sama aku, aku bakal terlambat menikah, orang tuaku akan kecewa
"Terus, gue diem aja saat dia mengusik dan meneror gue, gitu?""Sebenarnya, lu bisa menyelesaikan masalah lu itu dengan cara nanya sama dia, apa yang dia mau.""Yang bener aja, kalian sendiri enggak mau melakukan apa yang dia inginkan.""Mengumpulkan rider level A di area balap yang sudah dia tentukan?""Ya!""Karena itu percuma, buang waktu, kita semua tau ada resiko yang bisa mengusik kehidupan yang sudah kita atur ulang dengan baik, gitu juga dengan lu, kan?""Masalah enggak akan selesai, sampe gue melakukan apa yang dia inginkan, Jee. Udahlah, enggak usah banyak omong lu, lu enggak tau apa yang sebenarnya terjadi, jadi enggak usah sok bilang gue buang waktu!""Terus, Mitha gimana?""Mulai sekarang, dia akan pulang ke rumah, enggak ada lagi kaitannya sama gue.""Serius?""Berisik!""Wasiat dari bokap lu, kah?""Bukan!""Terus?""Perjanjian gue sama Miko!""Si setan itu, lu ketemu sama dia?""Ya.""Tapi kenapa lu melakukan perjanjian sama dia?""Biar gue bebasin adiknya.""Pantes. T
Mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Mitha padanya, Danu menatap wanita itu dengan tatapan mata serius. "Bisakah Nona tidak menjaga jarak dengan Tuan Moreno?" katanya dengan sangat hati-hati seolah permintaannya itu takut menyinggung perasaan Mitha. "Oh, tentu.""Eh, Nona tidak keberatan?"Danu terlihat tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Mitha hingga ia melontarkan pertanyaan seperti itu pada wanita tersebut. "Iya, aku enggak akan memusuhi dia, karena biar bagaimanapun, dia itu seseorang yang pernah menolongku meskipun caranya sedikit ekstrim.""Terima kasih, Nona, sekarang saya tahu kenapa Tuan Moreno begitu sulit untuk melupakan Nona, karena hati Nona sangat pemaaf.""Karena aku juga merasa salah sudah membuat kekacauan di keluarga Moreno, Danu. Kepergian Pak Marvel itu cukup membuat aku menjadi merasa bersalah, aku sudah membuat beliau terpukul, jadi bukan salah Moreno saja."Ucapan Mitha disusul dengan teriakan Jee yang meminta perempuan itu cepat mengikutinya. Ha