"Kamu membayangkan Moreno menyentuh milik kamu!" katanya dengan suara lantang hingga Moreno bisa dengan jelas mendengar ucapannya."Ah, enggak! Kamu salah paham, aku tadi teriak bukan karena merasa nikmat lho, aku teriak karena kesal denger apa yang diucapkan oleh Moreno tentang dadaku! Dia terus bilang dadaku, jelek, Dafa!!""Kamu tidak bohong?""Enggak, lah! Ayolah, lanjutkan, aku tutup kuping deh enggak akan denger kata-kata si brengsek itu lagi tentang dadaku, yang penting kamu suka, kan?"Rani meminta Dafa melanjutkan apa yang dilakukan pria itu pada miliknya karena baru pertama kali itulah Dafa mau melakukan hal itu padanya meskipun mereka sudah beberapa kali bercinta.Dafa berdecak kesal. Di satu sisi, ia marah karena tadi Rani menyebut Moreno, di sisi lain ia juga terlanjur menikmati permainan panas mereka hingga jika dihentikan begitu saja ia juga merasa tanggung. Tangannya menyentuh dada Rani untuk membuat kemarahannya reda dan Rani juga perlahan menyentuh milik pria itu ya
Dafa buru-buru bicara demikian, sekedar cuci tangan karena ia tidak mau disalahkan tunggal oleh Ridwan.Ridwan mengarahkan pandangannya pada Dafa dan menghela napas panjang."Bapak masih menyukainya?" tanyanya dan pertanyaan itu membuat Dafa mendelik ke arahnya tapi anehnya, Rani justru ingin tahu jawaban apa yang akan diberikannya terkait pertanyaan Ridwan tersebut."Kenapa tidak menjawab? Bapak masih menyukai dia tidak?"Ridwan mengulang pertanyaannya, kali ini dengan nada suara yang semakin tegas.Dafa yang didesak oleh Ridwan demikian menjadi sebal juga hingga ia melipat kedua tangannya di dada. "Aku tidak pernah menyukainya!" katanya dengan lantang dan jawabannya itu membuat Rani mengepalkan telapak tangannya lalu....PLAKKK!Sebuah tamparan diterima oleh Dafa dan semua termasuk Moreno terperangah melihat hal itu dilakukan oleh Rani pada Dafa.Sementara itu setelah menampar Dafa seperti tadi, Rani langsung keluar dari ruangan itu melewati Ridwan dan Mister X yang tidak bisa berb
Suara Moreno menggema di ruangan itu dan Moreno mengamati ke seantero ruangan agar ia tidak melewatkan sosok Miko yang mungkin saja akan terlihat di matanya."Aku tidak akan membantumu, karena aku merasa kamu memang harus mendapatkan hukuman dari apa yang pernah kamu lakukan pada adikku!"Beberapa saat teriakannya tidak direspon oleh Miko, akhirnya suara Miko terdengar masih sangat dekat di telinga Moreno tapi dengan wujud yang masih tidak ada."Hukuman apa sih? Gue itu nolong adik lu malah, kalo gue enggak nolong dia, adik lu itu udah sakit parah lagi, Kampret!""Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi, apa yang kamu lakukan pada adikku sampai kamu tahu segala tentang dadanya? Aku mau mencongkel kedua matamu itu karena kamu berani kurang ajar sama dia!""Astaga! Gue ini suhu dalam menilai dada! Gue enggak pernah kurang ajar sama adik lu, gue enggak sengaja ngeliat itu namanya rezeki, hal gituan aja lu gedein, ribet amat lu tau!"PLAKK!Moreno mengernyit menahan sakit saat sebuah tampar
Mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Miko, Mitha mengerutkan keningnya seolah tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh sang kakak."Aku enggak paham dengan apa yang kamu katakan, Miko, emangnya apa yang sudah terjadi?""Aku enggak bisa pulang karena kamu mikirin aku terus, iya, kan? Kamu masih enggak percaya kalau aku benar-benar enggak bisa bantuin kamu buat dititipin anak kamu?"Miko bicara dengan nada suara yang tersengal, pertanda untuk membuka mulut saja ia kesulitan karena kondisinya yang terluka."Enggak juga sih, aku tahu kamu enggak bisa membantuku soal itu, aku memang ada mikir kamu tapi, aku enggak tau kalau ternyata itu bikin kamu enggak bisa pulang terus kamu terluka kayak gini karena siapa?""Moreno.""Apa?""Iya. Ini karena Moreno, dia ditahan oleh orang-orang yang benci sama dia, terus aku menyelamatkan dia, aku juga juga enggak tahu kenapa aku harus melakukannya, padahal itu ada resikonya, tapi, ini aku lakukan untuk kamu.""Untuk aku? Kamu melakukan perjanjian s
"Apa? Jadi sekarang, kamu curiga padaku? Yang benar saja! Yang nyaris berkhianat bukannya kamu, Pak Dafa? Kenapa kamu justru mencurigai aku?" Mister X tidak terima dianggap ingin berkhianat meskipun sebenarnya ia memiliki rencana sendiri yang tidak sesuai dengan aturan yang dibuat oleh Pak Salim dan juga Dafa, tapi ia merasa, rencananya itu tidak akan membahayakan rencana yang sudah dibentuk oleh orang yang sudah membayarnya. Dafa tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh Mister X padanya, ia melipat kedua tangannya di dada dan menatap wajah Mister X dengan tatapan mata tidak suka. "Kau tidak tahu yang namanya taktik? Kalau kamu penjahat kelas kakap harusnya kamu itu paham dengan taktik seseorang, sekarang bagaimana caramu untuk menghadapi tawanan yang biusnya sudah pulih?" Mister X mengalihkan pandangannya ke arah Moreno yang masih bertarung dengan Roger tapi mereka sedikit terusik dengan kehadiran Dafa dan juga Mister X hingga pertarungan yang mereka lakukan akhirnya
Mendengar apa yang diucapkan oleh Danu, wajah Moreno berubah seketika. {Pingsan kenapa?!}Semua orang yang ada di ruangan itu langsung memperhatikan Moreno ketika pria itu menanggapi ucapan Danu dengan nada suara yang meninggi.Danu menjelaskan pada Moreno mengapa Pak Marvel sampai pingsan, hingga Moreno segera mengakhiri panggilan dan menyimpan ponselnya kembali ke saku lalu ia melangkahkan kakinya menuju pintu tanpa peduli Dafa dan Mister X terkejut dengan apa yang dilakukannya."Kamu mau ke mana? Apakah kau tuli, kamu tidak boleh pergi ke manapun karena kau ini seorang tawanan?" kata Mister X sambil mencengkram salah satu bahu Moreno hingga gerakan Moreno yang melangkah cepat menuju pintu terhenti seketika."Minggir!!" katanya pada pria tersebut lalu menghempaskan tangan Mister X yang memegang bahunya.Tubuh tinggi Mister X terjajar ke belakang ketika Moreno menyentakkan tangannya yang mencengkram salah satu pundak pemuda tersebut. "Gue bilang minggir, kan? Gue harus pulang sekar
Mendengar apa yang diucapkan oleh Viona, Pak Salim semakin terpojok, ia tidak menyangka istrinya bisa tahu apa yang ia lakukan secara diam-diam selama ini, hingga ia mati kutu ketika istrinya mengucapkan kata-kata itu padanya. Sebenarnya bukan kali pertama, Viona menyinggung masalah itu, beberapa hari yang lalu, istrinya juga membahas masalah tersebut dengannya, tapi Pak Salim berusaha untuk membantah. Tetapi sekarang, di depan ayah dan juga kakeknya, Pak Salim sulit untuk melakukan bantahan karena sepertinya ayah dan kakeknya juga lebih percaya istrinya daripada dengan dirinya."Apakah yang dikatakan Viona itu benar, Salim? Kau tidak ada bedanya dengan Moreno, kah? Melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang dahulu?"Suara ayahnya terdengar dan Pak Salim mengusap wajahnya dengan kasar mendengar apa yang dipertanyakan oleh sang ayah."Aku hanya ingin mempertahankan posisi ku di perusahaan, Pi...."Akhirnya, Pak Salim bicara demikian dengan nada suara perlahan."Perusahaan dialihkan ke M
"Jangan pergi gitu aja, gue mau ngomong sama lu!" katanya pada Dafa dan hal itu tentu saja membuat Dafa jadi semakin sebal. Pikirannya sekarang sudah penuh masih harus juga ditambah dengan aksi Combro yang menurutnya sangat menyebalkan."Kita tidak punya urusan lagi, Combro, jangan kurang ajar kamu, aku bisa menuntut kamu kalau kamu kurang ajar padaku!""Gue yang harusnya nuntut lu dan si Salim itu, lu pake jasa gue tapi seenaknya lu ganti gue dengan si Mister X itu!""Salahnya di mana? Kami punya uang, kami bebas untuk memutuskan, jadi kamu tidak perlu banyak protes!""Masih ada sisa dari pembayaran yang belum lu lunasi ke gue, Dafa, kalo lu kagak mau bayar, gue akan bilang pada semua wartawan bisnis kalo lu yang memberikan perintah pada gue untuk menembak Moreno pada waktu itu!""Kamu mengancam?""Ini bukan sekedar ancaman, tapi sebuah peringatan, kalo lu kagak mau bayar gue, tetap pake gue dan singkirkan si Mister X itu dari tugas tugas yang lu dan Salim berikan!""Tidak bisa. Dia