"Kalo gue enggak bisa bantu, gimana?" tanya Moreno dengan wajah yang terlihat serius."Aku berharap, kamu bisa membantu, karena ini cukup penting, dan kurasa, kamu juga harus melakukan pertemuan dengan dia, kan?""Sebenarnya gue malas, tapi kalau dia emang mengatakan yang enggak-enggak soal perusahaan, gue harus melakukan sesuatu kayaknya.""Jadi, kamu bisa membuat aku dan dia bertemu sebelum aku pulang, kan?""Gue usahakan, tapi jangan terlalu berharap, karena gue lagi banyak urusan."Ardian mengucapkan terima kasih pada Moreno namun, ia masih belum beranjak meskipun ia sudah mengucapkan terima kasih."Kenapa? Masih ada yang mau lu omongin?" tanya Moreno pada Ardian yang tidak beranjak juga walaupun ia sudah menyanggupi akan membantu pria tersebut untuk menemui Combro.Ardian menarik napas sesaat sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Moreno. "Selama kamu menikah kontrak dengan Mitha, apakah kamu berbuat kurang ajar padanya?" Pertanyaan Ardian membuat Moreno jadi terpancin
"Bukankah jika kita teruskan, tidak akan ada artinya? Kau juga tidak ada hati lagi padaku, jadi untuk apa diteruskan?""Tapi, aku tidak mau kita berpisah, Viona!""Kenapa? Hatimu tidak lagi untuk aku, aku juga tidak bisa memberikan keturunan buat kamu, kau selalu bilang aku yang bermasalah, bukan? Kau sehat, dan yang bermasalah aku hingga kita tidak kunjung punya anak, ya, sudah! Tidak perlu lagi untuk memaksakan diri, kita hidup sendiri-sendiri saja, tidak perlu diteruskan lagi!""Viona, aku tahu aku salah, tapi aku mohon, berikan aku kesempatan untuk membuat pernikahan kita kembali bahagia, kamu masih mencintai aku, kan?""Percuma aku mencintaimu, tapi kamu tidak seperti itu, aku capek, Salim, jangan tambah rasa lelah aku untuk keinginan kamu itu.""Tapi, aku serius. Beberapa hari ini aku berusaha untuk mencari pekerjaan, tapi karena reputasiku kurang bagus, aku sulit mendapatkan pekerjaan, aku tahu, tidak layak aku memintamu untuk tetap bersamaku dengan keadaan yang seperti sekaran
Wajah Viona berubah mendengar apa yang diucapkan oleh Maira. "Kamu serius? Lupakan kalau kita pernah membahas soal ini, tapi, apakah kamu benar-benar serius tidak pernah menikah dengan Moreno?"Maira mengangguk dengan wajah yang terlihat hampa. Dan Viona benar-benar tidak menyangka hal seperti itu bisa ia dengar karena ia mengira pernikahan antara Moreno dan juga Maira itu bukan sebuah sandiwara."Jadi, karena pernikahan kontrak kalian, kamu jatuh cinta padanya?""Benar, dan aku menjilat ludahku sendiri, karena waktu itu aku pernah mengatakan padanya aku tidak akan pernah jatuh cinta pada pemuda berondong seperti dia, dan kenyataannya, aku justru jatuh cinta padanya, ini benar-benar memalukan.""Moreno tahu kamu suka padanya?""Ya. Aku pernah mengatakan hal itu, tapi dia bilang aku tidak boleh jatuh cinta padanya, padahal masalah seperti itu, siapa yang bisa mengendalikan? Aku enggak bisa mengendalikan, perasaan itu hadir begitu saja, aku juga tidak tahu bagaimana caranya untuk meng
"Apa dia mau ketemu sama gue?" tanya Combro dengan wajah serius."Ya. Dia pengen ketemu dengan Abang di tempat biasa.""Kapan?""Malam ini." "Kalau gitu, kita ke kota sekarang!"Rekan Combro akhirnya hanya mengiyakan mendengar ajakan yang diucapkan oleh Combro padanya. Keduanya akhirnya beranjak dari tempat itu untuk mempersiapkan diri kembali ke kota setelah beberapa saat lamanya mereka hanya bersembunyi di desa lantaran sedang diburu oleh berbagai macam pihak sementara Combro masih ingin menyelidiki tentang Mister X yang menggantikan dirinya mendapatkan perintah dari Pak Salim dan Dafa.***Moreno terkejut ketika tiba-tiba saja Viona menemuinya ketika ia sedang sibuk menyelesaikan tugasnya di ruangan kerjanya yang tidak lagi begitu besar seperti sebelumnya. Ia mengira, ketika Danu mengatakan bahwa ada seseorang yang ingin bertemu dengan dirinya, ia pikir seseorang itu adalah karyawannya saja, tapi siapa sangka orang itu adalah istri dari Pak Salim yang sebenarnya masih dihormati o
"Ada apa, Tuan?" tanya Danu pada Moreno."Lu tolong bantu gue untuk menyelesaikan pekerjaan!"Moreno tidak menjawab pertanyaan Danu, tapi justru meminta Danu untuk membantunya menyelesaikan pekerjaan. "Ya, Tuan, tapi, siapa yang sedang berkirim pesan? Bisakah saya tahu?" Karena khawatir Moreno melakukan hal yang tidak-tidak, Danu kembali bertanya, dan Moreno meminta Danu untuk tidak bertanya dahulu karena ia akan membalas pesan tersebut.Tuan Moreno menerima pesan dari siapa? Kenapa sepertinya dia terlihat tegang? Apakah ada kaitannya dengan pemotor misterius tersebut?Hati Danu bicara sambil mencoba untuk membantu Moreno menyelesaikan pekerjaannya tapi sesekali pria itu melirik memperhatikan Moreno yang saat itu sedang membalas pesan orang yang mengiriminya pesan."Tuan, jangan merahasiakan apapun, mungkin dengan ibunya Tuan, Tuan bisa melakukan hal itu, tapi dengan saya, Tuan jangan demikian, saya ingin Tuan mengatakan apa saja pada saya karena saya ingin ada di segala situasi Tu
Mendengar apa yang diucapkan oleh Combro, Ardian dan Moreno saling pandang. Tawaran Combro tidak pernah mereka duga sebelumnya hingga mereka tidak paham apa yang sebenarnya di dalam benak pria tersebut."Kenapa enggak ada angin enggak ada hujan lu ngajak kami bersekutu sama lu? Udah enggak ngerasa salah, seenaknya pula, waras, lu?" kritik Moreno sambil menatap lurus ke arah Combro. "Ya, terserah lu kalo ngerasa ini sesuatu yang kagak masuk akal, tapi selama gue menyelidiki manusia satu itu, gue punya alasan kuat untuk mengajak kalian bersekutu.""Alasan kuat yang cuma bikin lu untung bukan keuntungan untuk gue dan Bang Ardian.""Gue kagak tau apakah ini bisa dikatakan untung buat lu atau kagak, tapi Mister X itu sekarang membuat sebuah komunitas besar yang isinya semua rider dari segala penjuru.""Terus?""Gue kagak tau apakah kalian semua sudah mendapatkan undangan khusus dari dia, tapi yang jelas kalo mereka kagak suka sama lu, otomatis mereka akan bergabung dengan Mister X.""Den
"Baik. Gue terima tawaran lu, tapi, apa yang akan gue lakukan?"Akhirnya, Combro mengucapkan kata-kata itu pada Mister X setelah beberapa saat lamanya terdiam. Mister tersenyum penuh arti mendengar Combro akhirnya menerima tawarannya.Ia maju mendekati Combro dan membisikkan sesuatu ke telinga pria tersebut hingga Combro kembali terdiam seketika saat mendengar apa yang dibisikkan olehnya."Kenapa gue harus melakukannya?" tanya Combro ketika Mister X selesai membisikkan kata-kata itu padanya."Lakukan saja, aku punya rencana yang besar yang akan membuat kita semua menjadi penguasa.""Kita? Bukannya lu? Emangnya apa pengaruhnya ke gue kalo rencana lu itu berhasil? Kagak akan bisa membuat gue ikut menikmati hasilnya, kan?""Bodoh! Pantas saja Dafa dan Salim menggantikan kamu denganku, kau memang sebodoh itu ternyata, tentu saja jika rencana ini berhasil, kau juga akan mendapatkan kesempatan untuk berkuasa!""Berkuasa? Kekuasaan seperti apa yang bisa lu janjikan sama gue?""Kau inginnya
Combro segera menulis pesan balasan untuk Adam, yang mengatakan bahwa ia tidak peduli dengan apa yang disampaikan oleh Adam tadi padanya dan akan tetap melakukan rencananya, setelah itu ia mengakhiri percakapan via pesan tersebut lalu pergi dari tempat itu dengan mengendarai motornya sekencang mungkin!Apa yang dijanjikan oleh Mister X benar-benar membuat Combro lupa dengan rasa kesalnya pada pria tersebut. Ia lebih tergiur dengan tawaran Mister X bahwa wilayah yang pernah direbut oleh Jee dan juga Moreno akan menjadi miliknya kembali, dan Combro tidak sabar untuk merasakan situasi itu terjadi padanya.***"Kenapa kamu ke sini?" tanya Maira setelah membuka pintu kamar kostnya ternyata yang sejak tadi mengetuk pintu kamar kostnya itu Rani. "Boleh aku masuk?" Tanpa menjawab pertanyaan dari Maira, Rani menanyakan hal itu dan Maira mau tak mau membiarkan Rani masuk ke dalam kamar kostnya meskipun setengah hati.Hubungan antara ia dan Rani memang tidak seburuk saat ia tahu Dafa selingkuh
"Mungkin...."Aku ini kenapa? Kenapa jadi semakin tidak tahu malu, rasanya ini bukan aku tapi aku enggak bisa mundur lagi sekarang....Hati Maira bicara, jari jemarinya saling menggenggam, seolah berusaha untuk mengatasi perasaannya yang kacau akibat perbuatan nekatnya yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Cinta itu perlu dipaksakan, Maira, karena kalau tidak, bagaimana mungkin cinta itu bisa tumbuh?Entah kenapa ucapan Dafa terngiang di telinganya membuat Maira yang awalnya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dafa perlahan justru mencoba mempraktekkannya. Apakah dengan memaksa Moreno, pemuda itu akhirnya bisa membuka hati dan bisa bangkit dari masa lalunya?Tuan Moreno sekarang seperti hilang semangat, Maira, aku tahu, itu karena ia sekarang putus asa untuk berharap Nona Mitha bisa menerimanya kembali, apalagi ia melihat hubungan Nona Mitha dengan suaminya tetap baik-baik saja meskipun ujian demi ujian terus menerpa pernikahan mereka, jika kau memang benar-benar tulus pa
"Kenapa? Takut aku peluk?""Enggak, tapi gue enggak nyaman aja!""Bilang aja kamu takut berdebar karena aku peluk!"Moreno menyeringai mendengar apa yang diucapkan oleh Maira. "Ya, udah! Naik!"Mendengar izin dari Moreno untuk membiarkan dirinya ikut di belakang pemuda tersebut, Maira menarik napas lega. Perempuan itu segera naik ke atas boncengan motor milik Moreno dan nekat memeluk pinggang Moreno meskipun ia sebenarnya tidak mau melakukan hal itu. Hanya saja, sudah terlanjur kesal Maira dengan Moreno sampai ia akhirnya nekat melakukan hal yang sebenarnya tidak mau dilakukannya.Dia benar-benar nekat meluk gue ternyata, oke, lu mau gue bikin ketar ketir? Tunggu aja! Gue akan buat lu benci sama gue, Maira Jasmine!Hati Moreno bicara sambil menambahkan kecepatan motornya. Pemuda itu tidak membawa Maira pulang ke kostnya tapi ia membawa Maira berkeliling tanpa tujuan dengan harapan Maira mabuk perjalanan karena ia membabi buta membawa motor miliknya.Namun apa yang diharapkan Moreno
"Berarti, dia kena karma.""Reno!""Emang salah? Bener, kan? Dia kena karma, karena dulu nyalahin bininya melulu yang enggak subur, emang gue salah?""Iya. Emang kamu enggak salah, tapi apa harus seblak-blakan itu? Rasanya, kayak enggak tega aja Reno, apalagi sekarang dia udah kehilangan segalanya.""Dia kehilangan segalanya karena salah dia sendiri, ngapain gue mikirin? Dia juga banyak bikin aset gue terjual, biarin aja, lah! Karma, gue enggak peduli!""Jadi, kamu enggak mau memaafkan dia?""Belum puas kalo belum gebuk dia!""Kau ini, terserah kamu saja, aku cuma menyampaikan pesan itu, mau kamu terima atau enggak permintaan maaf dia, itu terserah kamu!""Ya, udah. Gue pulang kalo gitu, masih banyak urusan!"Moreno bangkit, dan hendak beranjak meninggalkan Maira tapi gerakannya terhenti ketika tiba-tiba saja Dafa yang entah darimana munculnya sudah mendekati meja di mana ia dan Maira bercakap tadi.Dafa mendekati Maira tapi Maira segera bangkit berdiri membuat Moreno yang ingin melan
"Aku bukan peduli, aku hanya ingin Xoyen sadar dan menghentikan semuanya, karena aku gerah melihat apa yang dilakukannya. Dia sudah menerima konsekuensi dari apa yang diperbuatnya, kau harus mengakhiri perseteruan kalian, begitu juga kau, Ridwan."Dragon menatap Moreno dan Ridwan satu persatu setelah ia bicara seperti itu pada keduanya. "Tapi, aku masih tidak puas jika aku belum membunuhnya!" bantah Ridwan dengan nada suara yang masih terdengar meninggi."Kalau kau membunuhnya dia justru senang karena lepas dari segala hal yang perlu ia pertanggungjawabkan.""Jadi, aku tidak perlu membunuhnya?""Memangnya kau ingin jadi seorang pembunuh?""Untuk seseorang yang sudah melakukan hal jahat pada kerabatku, kurasa itu tidak jadi soal.""Kau akan masuk penjara, Ridwan, kakakmu tidak akan senang jika itu kau lakukan, sudahlah, padamkan api kemarahanmu, Xoyen sudah mendapatkan karma dari apa yang dia perbuat, biarkan kita melihat apakah dia bisa berubah atau tidak. Tidak perlu mengotori tanga
Mendengar apa yang dikatakan oleh Ridwan, Mister X tertawa. Ia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keselamatannya meskipun ada dua orang pria yang menginginkan kematiannya. Ia masih terlihat santai hingga Moreno dan Ridwan benar-benar heran dengan hal itu."Kenapa kau tertawa, Brengsek! Kau meremehkan aku!!" teriak Ridwan yang ingin mendekati sisi tempat tidur di mana Mister X berbaring tapi Moreno segera mencegah hal itu dengan mencengkram salah satu bahu Ridwan."Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya lu udah balik ke Jakarta? Kenapa lu justru ke sini lagi? Enggak jadi balik, lu?" tanya Moreno pada Ridwan. "Aku sudah kembali ke Jakarta, aku bahkan sudah mulai bekerja lagi dan berusaha untuk melupakan semua yang sudah terjadi, tapi ada seseorang yang kenal dengan Mister X, tapi sekarang ia juga sudah berusaha untuk memulai hidup baru seperti aku setelah lama bersama dengan dia, dia yang mengatakan segalanya, dan setelah aku berusaha mencari tahu, memang kenyataannya seperti itu,
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Viona membuat Maira menghentikan tangannya yang sedang sibuk membuat es teh."Ibu dan Bapak masih saling mencintai, tentu saja memberikan kesempatan kedua itu tidak bodoh, yang penting saat diberi kesempatan, suami Ibu memang benar-benar terlihat berubah.""Semuanya berubah, termasuk kehidupan kami yang biasanya glamor, tapi bukan sesuatu yang penting menurut aku karena uang bisa dicari, yang penting adalah sikapnya berubah lebih perhatian dan lebih peduli dengan perasaanku.""Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya, Bu. Semoga, Ibu dan Bapak bisa terus bersama sampai akhir hayat, dan bisa mendapatkan keturunan....""Amiiiiin, jangan singgung soal keturunan di hadapannya, ya? Aku tahu, mukjizat itu pasti ada, tapi dia selalu bilang, apakah mukjizat bisa diberikan pada pendosa seperti dia?""Oooh, baik, Bu. Aku tidak akan membahas masalah keturunan dengan bapak, tapi, apakah Ibu yakin bapak memang sulit memiliki keturunan?""Sepertinya, ya. Dia tida
"Baik, Panglima. Aku paham, terima kasih sudah memberikan aku kesempatan untuk tetap berinteraksi dengan kakakku." Panglima Tanakarma hanya mengiyakan tanpa bicara panjang lebar lagi, lalu dalam hitungan detik, pria dari alam gaib itu dirasakan Mitha tidak lagi ada di dalam ruangan tersebut meskipun ia tidak melihat. "Apakah dia sudah pergi?" tanya Moreno, pada Mitha beberapa menit kemudian. "Sudah." "Kamu yakin bisa memenuhi syarat untuk bisa bertemu dengan Miko?" "Yakin tidak yakin, aku harus yakin." "Mustahil...." Moreno hanya bicara seperti itu sambil melangkah keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Mitha yang masih melontarkan kata-kata, bahwa ia akan tetap berusaha untuk membuat utangnya lunas bagaimanapun caranya. Moreno dan juga Mitha akhirnya pulang ke rumah mereka masing-masing didampingi oleh keluarga mereka. Moreno banyak diam, meskipun masa masa kritisnya sudah lewat, tapi berdasarkan keterangan Panglima Tanakarma, keadaannya dengan Mitha memang sepe
"Kamu masih tidak percaya juga bahwa aku bisa berubah?" tanya Pak Salim sambil menatap wajah Viona dengan sangat serius."Bukan tidak percaya, tapi aku trauma, Maira adalah temanku, aku sudah menganggap dia seperti seorang adik, jadi wajar jika aku merasa takut kalau-kalau kamu justru masih menyukainya, aku harus bagaimana bersikap dengan dia....""Viona, aku benar-benar tidak lagi memiliki keinginan untuk memiliki Maira, aku hanya berpikir ingin bersamamu jika masih diberi kesempatan, tapi jika tidak, aku juga tidak memaksa, aku tahu diri.""Jadi, apa yang akan kau lakukan untuk membuat aku tidak khawatir lagi tentang perasaan kamu dengan Maira?""Aku akan membantu Maira untuk bisa mendapatkan Moreno lagi...."Wajah Viona seketika berubah semringah mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Salim. "Kamu serius?""Sangat serius.""Kenapa kamu ingin melakukan hal itu?""Karena aku tahu, Maira sangat mencintai Moreno.""Ya, kamu benar, Maira memang sangat mencintai Moreno, tapi pemuda itu
"Iya, aku yang sulit memiliki keturunan, bukan kamu...." "Kamu ke dokter? Periksa?""Tidak sengaja, saat itu, aku mencari pekerjaan, bertemu dengan temanku yang jadi dokter, kami makan bersama dan banyak mengobrol, lalu entah siapa yang memulai sampai akhirnya kami bicara soal anak, dan aku mengatakan bahwa kita tidak punya anak, dia terkejut.""Terkejut karena kita masih muda tapi sulit dapat keturunan?""Ya.""Terus, dia menyarankan kamu untuk periksa?""Ya.""Kenapa kamu mau? Kamukan selalu bilang, kamu sehat dan yang sakit itu aku?""Aku menantang diri sendiri, aku merasa aku memang sehat dan masalahnya ada padamu, jadi karena itulah aku periksa.""Jika benar, yang bermasalah itu aku, kamu akan datang padaku dan menyudutkan aku?""Tidak, Viona. Aku memang egois, selalu merasa paling benar, tapi aku berusaha untuk berpikir jernih, dan selama kita berpisah, aku benar-benar merasa, aku memang sudah keterlaluan sama kamu."Viona memandang wajah Pak Salim dengan sorot mata yang tajam,