"Jadi, kamu benar-benar tidak mau peduli dengan keadaan Adam?""Dia tahu apa yang dia lakukan, jadi lu enggak usah khawatirkan itu." "Kamu benar-benar enggak peduli dia ternyata....""Terus? Lu mau mewek di sini sampai semua orang liat lu macam itu?"Maira terdiam mendengar ucapan sinis yang dilontarkan oleh Moreno padanya, yang jelas sekarang ini perasaannya sedang kalut. Rasanya bercampur aduk hingga untuk bicara saja ia merasa tidak sanggup.Melihat Maira yang demikian, Moreno akhirnya mengajak perempuan itu pulang bersama. "Ikut gue, gue anter pulang."Ucapan Moreno yang tidak disangka-sangka membuat Maira mendongakkan kepalanya."Kamu mau nganterin aku pulang?""Terus? Lu mau tetap di sini sampe tempat ini enggak ada orang?""Ya, udah. Makasih."Maira menerima tawaran Moreno yang ingin mengantarkannya pulang, keduanya segera pergi dari tempat itu menuju parkiran, dan detik berikutnya keduanya sudah pergi meninggalkan tempat tersebut."Adam itu laki-laki, dia tahu apa yang dia
Roger akhirnya segera memilih karena ia tidak bisa mundur lagi meskipun tahu apa yang ia lakukan itu mungkin akan membuat ia dan Mitha akan bertengkar, tapi mau bagaimana lagi? Ia sudah tidak tahan menerima perlakuan Moreno yang semakin lama semakin menguji kesabarannya lantaran sudah menguasai sang isteri dalam rentang waktu yang lumayan lama. Mister X memberikan kantong plastik yang sejak tadi dibawanya pada Roger setelah Roger memutuskan memilih salah satu dari dua pilihan yang diajukannya.Setelah itu, pria tersebut kembali mengingatkan pada Roger bahwa ia harus menyelesaikan tugas jika tidak mau ia akan mendapatkan masalah karena sudah tidak patuh dengan aturan yang dibuatnya.Roger menggenggam erat kantong plastik yang diterimanya dari tangan Mister X. Perlahan, Roger membuka kantong plastik tersebut dan alangkah terkejutnya ia ternyata pikirannya yang mengira bahwa kantong plastik hitam itu berisi uang muka yang cukup banyak, tapi berisikan hanya beberapa lembar uang saja, dan
Mendengar apa yang diucapkan oleh pria yang bernama Ari itu, Adam mau tidak mau merasa was-was. Ia berusaha untuk tidak terlihat gugup meskipun sebenarnya ia merasa gugup karena yang dicari pria bernama Ari tersebut adalah orang yang ingin ditemuinya. "Ya, udah. Saya percaya kalau gitu, Kak. Maaf, kalau tadi saya tidak percaya dengan apa yang Kakak katakan, saya tidak tahu dengan orang yang Kakak cari, maaf ya, saya pamit dulu."Adam memilih untuk melarikan diri saja dari hadapan Ari daripada ia diketahui sedang bekerjasama dengan orang yang sedang diburu RT kece itu. Tanpa menunggu jawaban dari Ari, Adam buru-buru naik ke atas sepedanya dan mengayuhnya meskipun jalanan yang becek membuat ia sedikit terpeleset. "Dia malah kabur, padahal gue belum selesai ngomong, warga di desa ini ada apa sih? Pada kagak percaya gue RT? Gimana kalo gue jadi wakil presiden? Makin kagak percaya kali ya?" gerutu Ari yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Adam yang semakin jauh dengan sepedanya.
Adam hanya geleng-geleng kepala mendengar ancaman yang dilontarkan oleh Combro. Tetapi ia tidak bisa membantah, karena memang ia tidak punya kemampuan untuk banyak bicara untuk mencegah Combro tetap berkutat dalam aksinya selama ini.Detik berikutnya, Adam hanya bisa melangkah pergi meninggalkan Combro setelah Combro kembali mengusirnya agar ia segera pergi sebelum orang melihat mereka bertemu. Sementara itu, Combro yang sudah menerima informasi tentang keadaan di kota langsung berpikir untuk menyusun rencana. Ia harus membuktikan, apakah informasi yang diberikan oleh Adam itu tepat, dan jika benar Pak Salim dan juga Dafa terlibat kerja sama dan Dafa yang memegang kendali, rasanya Combro berpikir ada yang tidak beres sudah terjadi karena menurutnya itu sangat mustahil. "Hei!!"Ketika Combro sibuk dengan pikirannya yang sedang menyusun rencana saat Adam sudah pergi, sebuah teriakan terdengar dan Combro terkejut. Ia berpaling dan wajah Combro berubah lantaran melihat Ari yang berlari
"Tidak, Kak. Saya tidak terlibat apapun dengan orang yang Kakak maksud, saya-""Terus, informasi apa yang akan lu katakan sama gue?""Kakak mau ikut saya tidak?""Ogah! Malas gue dikibulin bocah kayak lu!"Ari yang kesal karena Combro berhasil kabur tidak mau menyetujui ajakan yang diucapkan oleh Adam. Ia bergegas meninggalkan Adam sambil mengancam Adam jika terbukti Adam bersekutu dengan Combro, maka, Adam akan diperkarakan juga seperti Combro yang akan ia perkarakan.Adam hanya geleng-geleng kepala, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah kepergian Ari, ia sendiri segera pulang ke rumah karena tidak mau orang tuanya mencarinya lantaran ia terlalu lama di luar.Ketika Adam sudah sampai di rumah, pesan Maira masuk. Pesan itu sudah lama dikirim Maira, tapi baru masuk karena sinyal di desa tidaklah mudah didapatkan. Adam segera memeriksa pesan itu untuk mengetahui apa yang ditulis sang kakak padanya.[Aku ketemu sama Dafa, katanya kamu memata-matai kantornya, apakah itu benar
"Ada yang janggal dari kematian kakak kamu, apakah kamu bisa menjelaskan kejanggalan yang kamu maksud itu apa?" tanya Mitha sambil menatap wajah Ridwan yang tertutup masker."Kakakku tidak mungkin bunuh diri segampang itu! Dia memiliki prinsip yang kuat, aku sangat tahu dia seperti apa, jadi mustahil kalau dia itu bunuh diri!""Aku juga berpikir seperti itu....""Apa?""Iya. Aku juga berpikir seperti apa yang kamu pikirkan, tidak percaya kalau kakak kamu itu bunuh diri meskipun kenyataannya dia menusukkan pisau itu ke lehernya sendiri!"Ridwan terjajar ke belakang mendengar apa yang diucapkan oleh Mitha. Tidak menyangka perempuan yang membungkus kepalanya dengan handuk karena Ridwan tiba-tiba masuk ke dalam kamar di mana ia berada membuat Mitha meraih apa saja untuk menutupi kepalanya itu justru bicara demikian menanggapi dugaannya tentang sang kakak. Ini membuat Ridwan perlahan membuka masker yang dipakainya, dan apa yang dilakukan oleh Ridwan membuat Mitha semakin yakin pria itu bu
Pertanyaan Moreno membuat Ridwan semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan sang kakak di masalalu ketika ia sedang merantau ke Jakarta mengadu nasib di kota tersebut. Ia melangkahkan kakinya mendekati Moreno meskipun tadi ia sempat mundur dan justru tidak bisa bergerak lagi lantaran terhalang dinding kamar yang menghubungkan kamar dengan balkon. Moreno melipat kedua tangannya di dada, seolah tidak yakin Ridwan akan tegar jika mendengar apa yang akan ia katakan tentang Red One di hadapannya."Katakan, apa yang kamu tahu tentang kakakku, aku akan mendengarnya, katakan semuanya, jangan sampai tersisa."Ridwan meyakinkan Moreno bahwa ia akan kuat mendengar apa yang akan dikatakan oleh Moreno tentang sang kakak meskipun Moreno meragukannya karena ia terlihat rapuh sebab, ia bukan sang kakak yang terlalu ekstrim menjalani kehidupan."Kakakmu itu sampah dalam lingkaran para rider. Dia itu menjadi racun bagi para rider satu ke rider lainnya dengan alasan yang berbeda-beda.
Apa yang diucapkan oleh Ridwan membuat Moreno terpancing. Pemuda itu melonggarkan cengkraman tangannya pada kerah kemeja yang dipakai oleh Ridwan, seolah berpikir sejenak untuk apa yang akan ia lakukan sampai akhirnya, cengkraman itu dilepaskan Moreno sama sekali dan Ridwan tersenyum penuh arti melihat apa yang dilakukan oleh Moreno padanya.Ridwan mengarahkan pandangannya pada Mitha yang saat itu juga melakukan hal yang sama padanya karena Moreno tadi mencengkram kerah kemeja miliknya hingga wanita itu was-was meskipun ucapan Ridwan tadi justru membuat dirinya kesal mendengarnya. "Mbak, Mitha. Kamu memiliki suami dua, semuanya sama-sama pembalap liar, yang mana yang sebenarnya paling Mbak Mitha cintai? Kenapa kamu tidak memilih salah satu? Kamu berjilbab tapi kamu memiliki dua suami, apakah itu baik?"Ridwan melontarkan pertanyaan itu pada Mitha, dan pertanyaan tersebut benar-benar membuat Mitha sebal karena lagi-lagi diulang oleh Ridwan."Aku sudah bilang, itu bukan urusanmu, kamu