Adam hanya geleng-geleng kepala mendengar ancaman yang dilontarkan oleh Combro. Tetapi ia tidak bisa membantah, karena memang ia tidak punya kemampuan untuk banyak bicara untuk mencegah Combro tetap berkutat dalam aksinya selama ini.Detik berikutnya, Adam hanya bisa melangkah pergi meninggalkan Combro setelah Combro kembali mengusirnya agar ia segera pergi sebelum orang melihat mereka bertemu. Sementara itu, Combro yang sudah menerima informasi tentang keadaan di kota langsung berpikir untuk menyusun rencana. Ia harus membuktikan, apakah informasi yang diberikan oleh Adam itu tepat, dan jika benar Pak Salim dan juga Dafa terlibat kerja sama dan Dafa yang memegang kendali, rasanya Combro berpikir ada yang tidak beres sudah terjadi karena menurutnya itu sangat mustahil. "Hei!!"Ketika Combro sibuk dengan pikirannya yang sedang menyusun rencana saat Adam sudah pergi, sebuah teriakan terdengar dan Combro terkejut. Ia berpaling dan wajah Combro berubah lantaran melihat Ari yang berlari
"Tidak, Kak. Saya tidak terlibat apapun dengan orang yang Kakak maksud, saya-""Terus, informasi apa yang akan lu katakan sama gue?""Kakak mau ikut saya tidak?""Ogah! Malas gue dikibulin bocah kayak lu!"Ari yang kesal karena Combro berhasil kabur tidak mau menyetujui ajakan yang diucapkan oleh Adam. Ia bergegas meninggalkan Adam sambil mengancam Adam jika terbukti Adam bersekutu dengan Combro, maka, Adam akan diperkarakan juga seperti Combro yang akan ia perkarakan.Adam hanya geleng-geleng kepala, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah kepergian Ari, ia sendiri segera pulang ke rumah karena tidak mau orang tuanya mencarinya lantaran ia terlalu lama di luar.Ketika Adam sudah sampai di rumah, pesan Maira masuk. Pesan itu sudah lama dikirim Maira, tapi baru masuk karena sinyal di desa tidaklah mudah didapatkan. Adam segera memeriksa pesan itu untuk mengetahui apa yang ditulis sang kakak padanya.[Aku ketemu sama Dafa, katanya kamu memata-matai kantornya, apakah itu benar
"Ada yang janggal dari kematian kakak kamu, apakah kamu bisa menjelaskan kejanggalan yang kamu maksud itu apa?" tanya Mitha sambil menatap wajah Ridwan yang tertutup masker."Kakakku tidak mungkin bunuh diri segampang itu! Dia memiliki prinsip yang kuat, aku sangat tahu dia seperti apa, jadi mustahil kalau dia itu bunuh diri!""Aku juga berpikir seperti itu....""Apa?""Iya. Aku juga berpikir seperti apa yang kamu pikirkan, tidak percaya kalau kakak kamu itu bunuh diri meskipun kenyataannya dia menusukkan pisau itu ke lehernya sendiri!"Ridwan terjajar ke belakang mendengar apa yang diucapkan oleh Mitha. Tidak menyangka perempuan yang membungkus kepalanya dengan handuk karena Ridwan tiba-tiba masuk ke dalam kamar di mana ia berada membuat Mitha meraih apa saja untuk menutupi kepalanya itu justru bicara demikian menanggapi dugaannya tentang sang kakak. Ini membuat Ridwan perlahan membuka masker yang dipakainya, dan apa yang dilakukan oleh Ridwan membuat Mitha semakin yakin pria itu bu
Pertanyaan Moreno membuat Ridwan semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan sang kakak di masalalu ketika ia sedang merantau ke Jakarta mengadu nasib di kota tersebut. Ia melangkahkan kakinya mendekati Moreno meskipun tadi ia sempat mundur dan justru tidak bisa bergerak lagi lantaran terhalang dinding kamar yang menghubungkan kamar dengan balkon. Moreno melipat kedua tangannya di dada, seolah tidak yakin Ridwan akan tegar jika mendengar apa yang akan ia katakan tentang Red One di hadapannya."Katakan, apa yang kamu tahu tentang kakakku, aku akan mendengarnya, katakan semuanya, jangan sampai tersisa."Ridwan meyakinkan Moreno bahwa ia akan kuat mendengar apa yang akan dikatakan oleh Moreno tentang sang kakak meskipun Moreno meragukannya karena ia terlihat rapuh sebab, ia bukan sang kakak yang terlalu ekstrim menjalani kehidupan."Kakakmu itu sampah dalam lingkaran para rider. Dia itu menjadi racun bagi para rider satu ke rider lainnya dengan alasan yang berbeda-beda.
Apa yang diucapkan oleh Ridwan membuat Moreno terpancing. Pemuda itu melonggarkan cengkraman tangannya pada kerah kemeja yang dipakai oleh Ridwan, seolah berpikir sejenak untuk apa yang akan ia lakukan sampai akhirnya, cengkraman itu dilepaskan Moreno sama sekali dan Ridwan tersenyum penuh arti melihat apa yang dilakukan oleh Moreno padanya.Ridwan mengarahkan pandangannya pada Mitha yang saat itu juga melakukan hal yang sama padanya karena Moreno tadi mencengkram kerah kemeja miliknya hingga wanita itu was-was meskipun ucapan Ridwan tadi justru membuat dirinya kesal mendengarnya. "Mbak, Mitha. Kamu memiliki suami dua, semuanya sama-sama pembalap liar, yang mana yang sebenarnya paling Mbak Mitha cintai? Kenapa kamu tidak memilih salah satu? Kamu berjilbab tapi kamu memiliki dua suami, apakah itu baik?"Ridwan melontarkan pertanyaan itu pada Mitha, dan pertanyaan tersebut benar-benar membuat Mitha sebal karena lagi-lagi diulang oleh Ridwan."Aku sudah bilang, itu bukan urusanmu, kamu
"Dulu pernah, tapi sekarang enggak!""Kamu benar-benar keterlaluan! Kamu udah tahu aku enggak ngizinin dia untuk melakukan itu, tapi kamu menantang dia!""Tapi yang sekarang itu bukan aku! Kamu salahin aja si Ridwan ini!"Ketika Moreno menunjuk ke arah di mana posisi Ridwan berada sejak tadi, ia terkejut karena Ridwan tiba-tiba tidak ada di tempatnya semula dan Moreno buru-buru berlari keluar dan ia melihat Ridwan sudah melompat keluar tembok pembatas rumahnya dengan lihai. Sebenarnya, ingin sekali Moreno mengejar, tapi niat itu diurungkannya karena akan membuat situasi rumah jadi kacau apalagi ada ayahnya di lantai bawah yang bisa saja melihat hal itu dan Moreno tidak mau itu terjadi."Kamu tidak mau menghubungi Roger?" tanya Moreno ketika kembali ke dalam kamar setelah memastikan Ridwan pergi."Ponselnya tidak bisa dihubungi.""Apa ini pancingan?""Maksudnya?""Si sialan itu bisa masuk ke sini seperti setan, dia menyelinap keluar dengan mudah, pemotor misterius itu benar-benar bik
Telapak tangan Roger mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno. Ingin menyangkal tapi ia tidak bisa lantaran ia sendiri tidak tahu di mana posisi si pemotor misterius itu berada.Sementara itu, di sebuah tempat tersembunyi yang tidak diketahui oleh Roger dan juga Moreno, Mister X dan juga Ridwan sedang memperhatikan Moreno juga Roger di posisi mereka."Mister, apakah aku harus mendekati mereka sekarang?" tanya Ridwan pada Mister X yang masih mengawasi Moreno dan Roger dari tempat mereka bersembunyi. "Tahan, biarkan saja dahulu mereka, tidak perlu kita hampiri.""Tapi kau sudah berjanji untuk memberikan uang itu pada si rider setan itu, kan?"Mister X tertawa mendengar apa yang diucapkan oleh Ridwan. "Uang sebanyak itu, kamu pikir akan aku berikan pada orang yang menjadi musuh kakakmu?""Jadi, kamu berbohong padanya? Kamu sebenarnya tidak mau membantu? Hanya memanfaatkan dia agar bisa memancing Moreno keluar?""Ini semua aku lakukan agar pesta kita semakin meriah, aku ingin
"Aku tidak akan membiarkan kamu menang!"Moreno tertawa mendengar apa yang diucapkan oleh Roger padanya. "Lu pikir, gue akan membiarkan lu menang? Jangan bermimpi!""Kalau begitu, mari kita lakukan, aku tidak peduli lagi dengan janji si pemotor misterius tersebut, sekarang biar kita selesaikan masalah ini berdua, hadapi aku, Moreno!!" teriak Roger dengan suara yang meninggi."Gue udah bilang, sekarang gue enggak bisa, ada bokap gue di rumah, kita atur lain waktu, tapi lu harus berjanji sama gue lupakan kerja sama lu dengan si pemotor misterius itu kalo lu enggak mau masalahnya jadi semakin panjang! Masalah lu sama gue cuma karena gue menahan bini lu, kan? Enggak perlu lu ikut campur dengan masalah gue sama si pemotor misterius itu!""Kamu pikir, aku tidak punya kerjaan sampai melakukan hal ini padamu?""Siapa tahu?""Aku tidak punya waktu luang untuk meladeni permainan bodoh kamu, Moreno, jadi sekarang hadapi aku dan kita selesaikan masalah ini secepatnya!""Gue yang buat peraturan b