Pertanyaan Moreno membuat Ridwan semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan sang kakak di masalalu ketika ia sedang merantau ke Jakarta mengadu nasib di kota tersebut. Ia melangkahkan kakinya mendekati Moreno meskipun tadi ia sempat mundur dan justru tidak bisa bergerak lagi lantaran terhalang dinding kamar yang menghubungkan kamar dengan balkon. Moreno melipat kedua tangannya di dada, seolah tidak yakin Ridwan akan tegar jika mendengar apa yang akan ia katakan tentang Red One di hadapannya."Katakan, apa yang kamu tahu tentang kakakku, aku akan mendengarnya, katakan semuanya, jangan sampai tersisa."Ridwan meyakinkan Moreno bahwa ia akan kuat mendengar apa yang akan dikatakan oleh Moreno tentang sang kakak meskipun Moreno meragukannya karena ia terlihat rapuh sebab, ia bukan sang kakak yang terlalu ekstrim menjalani kehidupan."Kakakmu itu sampah dalam lingkaran para rider. Dia itu menjadi racun bagi para rider satu ke rider lainnya dengan alasan yang berbeda-beda.
Apa yang diucapkan oleh Ridwan membuat Moreno terpancing. Pemuda itu melonggarkan cengkraman tangannya pada kerah kemeja yang dipakai oleh Ridwan, seolah berpikir sejenak untuk apa yang akan ia lakukan sampai akhirnya, cengkraman itu dilepaskan Moreno sama sekali dan Ridwan tersenyum penuh arti melihat apa yang dilakukan oleh Moreno padanya.Ridwan mengarahkan pandangannya pada Mitha yang saat itu juga melakukan hal yang sama padanya karena Moreno tadi mencengkram kerah kemeja miliknya hingga wanita itu was-was meskipun ucapan Ridwan tadi justru membuat dirinya kesal mendengarnya. "Mbak, Mitha. Kamu memiliki suami dua, semuanya sama-sama pembalap liar, yang mana yang sebenarnya paling Mbak Mitha cintai? Kenapa kamu tidak memilih salah satu? Kamu berjilbab tapi kamu memiliki dua suami, apakah itu baik?"Ridwan melontarkan pertanyaan itu pada Mitha, dan pertanyaan tersebut benar-benar membuat Mitha sebal karena lagi-lagi diulang oleh Ridwan."Aku sudah bilang, itu bukan urusanmu, kamu
"Dulu pernah, tapi sekarang enggak!""Kamu benar-benar keterlaluan! Kamu udah tahu aku enggak ngizinin dia untuk melakukan itu, tapi kamu menantang dia!""Tapi yang sekarang itu bukan aku! Kamu salahin aja si Ridwan ini!"Ketika Moreno menunjuk ke arah di mana posisi Ridwan berada sejak tadi, ia terkejut karena Ridwan tiba-tiba tidak ada di tempatnya semula dan Moreno buru-buru berlari keluar dan ia melihat Ridwan sudah melompat keluar tembok pembatas rumahnya dengan lihai. Sebenarnya, ingin sekali Moreno mengejar, tapi niat itu diurungkannya karena akan membuat situasi rumah jadi kacau apalagi ada ayahnya di lantai bawah yang bisa saja melihat hal itu dan Moreno tidak mau itu terjadi."Kamu tidak mau menghubungi Roger?" tanya Moreno ketika kembali ke dalam kamar setelah memastikan Ridwan pergi."Ponselnya tidak bisa dihubungi.""Apa ini pancingan?""Maksudnya?""Si sialan itu bisa masuk ke sini seperti setan, dia menyelinap keluar dengan mudah, pemotor misterius itu benar-benar bik
Telapak tangan Roger mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh Moreno. Ingin menyangkal tapi ia tidak bisa lantaran ia sendiri tidak tahu di mana posisi si pemotor misterius itu berada.Sementara itu, di sebuah tempat tersembunyi yang tidak diketahui oleh Roger dan juga Moreno, Mister X dan juga Ridwan sedang memperhatikan Moreno juga Roger di posisi mereka."Mister, apakah aku harus mendekati mereka sekarang?" tanya Ridwan pada Mister X yang masih mengawasi Moreno dan Roger dari tempat mereka bersembunyi. "Tahan, biarkan saja dahulu mereka, tidak perlu kita hampiri.""Tapi kau sudah berjanji untuk memberikan uang itu pada si rider setan itu, kan?"Mister X tertawa mendengar apa yang diucapkan oleh Ridwan. "Uang sebanyak itu, kamu pikir akan aku berikan pada orang yang menjadi musuh kakakmu?""Jadi, kamu berbohong padanya? Kamu sebenarnya tidak mau membantu? Hanya memanfaatkan dia agar bisa memancing Moreno keluar?""Ini semua aku lakukan agar pesta kita semakin meriah, aku ingin
"Aku tidak akan membiarkan kamu menang!"Moreno tertawa mendengar apa yang diucapkan oleh Roger padanya. "Lu pikir, gue akan membiarkan lu menang? Jangan bermimpi!""Kalau begitu, mari kita lakukan, aku tidak peduli lagi dengan janji si pemotor misterius tersebut, sekarang biar kita selesaikan masalah ini berdua, hadapi aku, Moreno!!" teriak Roger dengan suara yang meninggi."Gue udah bilang, sekarang gue enggak bisa, ada bokap gue di rumah, kita atur lain waktu, tapi lu harus berjanji sama gue lupakan kerja sama lu dengan si pemotor misterius itu kalo lu enggak mau masalahnya jadi semakin panjang! Masalah lu sama gue cuma karena gue menahan bini lu, kan? Enggak perlu lu ikut campur dengan masalah gue sama si pemotor misterius itu!""Kamu pikir, aku tidak punya kerjaan sampai melakukan hal ini padamu?""Siapa tahu?""Aku tidak punya waktu luang untuk meladeni permainan bodoh kamu, Moreno, jadi sekarang hadapi aku dan kita selesaikan masalah ini secepatnya!""Gue yang buat peraturan b
Wajah Pak Marvel merah padam ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Salim tadi padanya. Melihat perubahan yang terjadi pada wajah Pak Marvel, Pak Salim tersenyum puas, seolah mampu menemukan sesuatu yang bisa membuat ayah Moreno itu mati kutu. "Kau tidak tahu hal yang sebenarnya, Salim, masalah itu kau hanya bisa menerka apa yang kamu lihat saja, Moreno adalah suami satu-satunya Mitha, jadi jika kamu beranggapan menantuku itu memiliki suami dua kamu itu sudah salah menyimpulkan.""Benarkah? Apakah Anda bisa membuktikan hal itu? Jika Anda bisa membuktikan bahwa menantu Anda itu hanya bersuamikan anakmu saja, baiklah, mungkin aku akan mempertimbangkan tentang pengalihan kepemimpinan perusahaanku atas perjanjian yang pernah Anda lakukan dengan ayahku.""Aku akan membuktikan, jadi kamu harus menepati janji!""Tidak masalah, aku akan menepati janji asalkan Anda bisa membuktikan bahwa menantumu itu tidak memiliki suami dua, tapi jika Anda tidak bisa membuktikan, bahwa Moreno adalah
Pertanyaan yang dilontarkan oleh sang ayah membuat sekujur tubuh Moreno membeku. Sebenarnya, Moreno tahu hal seperti itu pasti akan terjadi padanya, namun, ia tidak menyangka jika dihadapkan dengan situasi tersebut, ia benar-benar merasa sangat gugup dan sulit untuk menguasai diri."Jawab, Papi, Moreno! Kenapa kamu tidak bisa menjawab?" Suara Pak Marvel membuat Moreno mengeratkan genggaman tangannya pada ujung pakaiannya karena ia berusaha untuk membuat perasaan gelisahnya tidak diketahui oleh sang ayah. "Papi tahu jawabannya, kenapa harus bertanya lagi?"Akhirnya, hanya itu yang dikatakan oleh Moreno, dan Pak Marvel maju melangkah mendekati sang anak, dan....PLAKK!!Sebuah tamparan diterima oleh Moreno membuat tubuh pemuda itu terhuyung."Perusahaan kita sekarang terbelit masalah yang rumit karena perbuatan kamu yang tidak dipikirkan dahulu, bisakah kamu bertanggung jawab atas semua yang sudah terjadi?""Papi sedang sakit, kenapa memaksakan diri membahas masalah seperti ini? Ayol
Tubuh Moreno terhuyung ketika tiba-tiba saja Mitha menamparnya saat ia baru saja menuntaskan ucapannya.Moreno tersenyum kecut menerima tamparan itu, seolah ia tahu apa yang ingin diucapkan oleh Mitha untuk menanggapi apa yang tadi dikatakannya. "Keterlaluan kamu, Reno! Kamu menganggap aku wanita murahan sampai kamu berpikir seperti itu untuk semua masalah yang sekarang ini terjadi?""Aku hanya memberi jalan keluar, kalau kamu tidak setuju silahkan, tidak apa-apa, mungkin kamu lebih setuju untuk cerai dengan si rider setan itu dan menikah dengan aku, iya?""Aku juga tidak akan melakukan hal itu!""Jadi, kamu bisa apa untuk membayar hutang kamu padaku?""Aku akan bayar semua, aku akan minta ayah kamu mengizinkan aku untuk menyicil.""Mau menyicil sampai kapan? Kamu pikir jumlahnya sedikit? Kamu sudah aku berikan solusi tapi kamu sendiri tidak menerima, kamu pikir bisa menghadapi ayahku? Kalau sampai kondisi ayahku semakin buruk karena kamu, aku tidak akan segan untuk menuntut kamu, Mi
"Mungkin...."Aku ini kenapa? Kenapa jadi semakin tidak tahu malu, rasanya ini bukan aku tapi aku enggak bisa mundur lagi sekarang....Hati Maira bicara, jari jemarinya saling menggenggam, seolah berusaha untuk mengatasi perasaannya yang kacau akibat perbuatan nekatnya yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Cinta itu perlu dipaksakan, Maira, karena kalau tidak, bagaimana mungkin cinta itu bisa tumbuh?Entah kenapa ucapan Dafa terngiang di telinganya membuat Maira yang awalnya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Dafa perlahan justru mencoba mempraktekkannya. Apakah dengan memaksa Moreno, pemuda itu akhirnya bisa membuka hati dan bisa bangkit dari masa lalunya?Tuan Moreno sekarang seperti hilang semangat, Maira, aku tahu, itu karena ia sekarang putus asa untuk berharap Nona Mitha bisa menerimanya kembali, apalagi ia melihat hubungan Nona Mitha dengan suaminya tetap baik-baik saja meskipun ujian demi ujian terus menerpa pernikahan mereka, jika kau memang benar-benar tulus pa
"Kenapa? Takut aku peluk?""Enggak, tapi gue enggak nyaman aja!""Bilang aja kamu takut berdebar karena aku peluk!"Moreno menyeringai mendengar apa yang diucapkan oleh Maira. "Ya, udah! Naik!"Mendengar izin dari Moreno untuk membiarkan dirinya ikut di belakang pemuda tersebut, Maira menarik napas lega. Perempuan itu segera naik ke atas boncengan motor milik Moreno dan nekat memeluk pinggang Moreno meskipun ia sebenarnya tidak mau melakukan hal itu. Hanya saja, sudah terlanjur kesal Maira dengan Moreno sampai ia akhirnya nekat melakukan hal yang sebenarnya tidak mau dilakukannya.Dia benar-benar nekat meluk gue ternyata, oke, lu mau gue bikin ketar ketir? Tunggu aja! Gue akan buat lu benci sama gue, Maira Jasmine!Hati Moreno bicara sambil menambahkan kecepatan motornya. Pemuda itu tidak membawa Maira pulang ke kostnya tapi ia membawa Maira berkeliling tanpa tujuan dengan harapan Maira mabuk perjalanan karena ia membabi buta membawa motor miliknya.Namun apa yang diharapkan Moreno
"Berarti, dia kena karma.""Reno!""Emang salah? Bener, kan? Dia kena karma, karena dulu nyalahin bininya melulu yang enggak subur, emang gue salah?""Iya. Emang kamu enggak salah, tapi apa harus seblak-blakan itu? Rasanya, kayak enggak tega aja Reno, apalagi sekarang dia udah kehilangan segalanya.""Dia kehilangan segalanya karena salah dia sendiri, ngapain gue mikirin? Dia juga banyak bikin aset gue terjual, biarin aja, lah! Karma, gue enggak peduli!""Jadi, kamu enggak mau memaafkan dia?""Belum puas kalo belum gebuk dia!""Kau ini, terserah kamu saja, aku cuma menyampaikan pesan itu, mau kamu terima atau enggak permintaan maaf dia, itu terserah kamu!""Ya, udah. Gue pulang kalo gitu, masih banyak urusan!"Moreno bangkit, dan hendak beranjak meninggalkan Maira tapi gerakannya terhenti ketika tiba-tiba saja Dafa yang entah darimana munculnya sudah mendekati meja di mana ia dan Maira bercakap tadi.Dafa mendekati Maira tapi Maira segera bangkit berdiri membuat Moreno yang ingin melan
"Aku bukan peduli, aku hanya ingin Xoyen sadar dan menghentikan semuanya, karena aku gerah melihat apa yang dilakukannya. Dia sudah menerima konsekuensi dari apa yang diperbuatnya, kau harus mengakhiri perseteruan kalian, begitu juga kau, Ridwan."Dragon menatap Moreno dan Ridwan satu persatu setelah ia bicara seperti itu pada keduanya. "Tapi, aku masih tidak puas jika aku belum membunuhnya!" bantah Ridwan dengan nada suara yang masih terdengar meninggi."Kalau kau membunuhnya dia justru senang karena lepas dari segala hal yang perlu ia pertanggungjawabkan.""Jadi, aku tidak perlu membunuhnya?""Memangnya kau ingin jadi seorang pembunuh?""Untuk seseorang yang sudah melakukan hal jahat pada kerabatku, kurasa itu tidak jadi soal.""Kau akan masuk penjara, Ridwan, kakakmu tidak akan senang jika itu kau lakukan, sudahlah, padamkan api kemarahanmu, Xoyen sudah mendapatkan karma dari apa yang dia perbuat, biarkan kita melihat apakah dia bisa berubah atau tidak. Tidak perlu mengotori tanga
Mendengar apa yang dikatakan oleh Ridwan, Mister X tertawa. Ia sama sekali tidak merasa khawatir dengan keselamatannya meskipun ada dua orang pria yang menginginkan kematiannya. Ia masih terlihat santai hingga Moreno dan Ridwan benar-benar heran dengan hal itu."Kenapa kau tertawa, Brengsek! Kau meremehkan aku!!" teriak Ridwan yang ingin mendekati sisi tempat tidur di mana Mister X berbaring tapi Moreno segera mencegah hal itu dengan mencengkram salah satu bahu Ridwan."Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya lu udah balik ke Jakarta? Kenapa lu justru ke sini lagi? Enggak jadi balik, lu?" tanya Moreno pada Ridwan. "Aku sudah kembali ke Jakarta, aku bahkan sudah mulai bekerja lagi dan berusaha untuk melupakan semua yang sudah terjadi, tapi ada seseorang yang kenal dengan Mister X, tapi sekarang ia juga sudah berusaha untuk memulai hidup baru seperti aku setelah lama bersama dengan dia, dia yang mengatakan segalanya, dan setelah aku berusaha mencari tahu, memang kenyataannya seperti itu,
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Viona membuat Maira menghentikan tangannya yang sedang sibuk membuat es teh."Ibu dan Bapak masih saling mencintai, tentu saja memberikan kesempatan kedua itu tidak bodoh, yang penting saat diberi kesempatan, suami Ibu memang benar-benar terlihat berubah.""Semuanya berubah, termasuk kehidupan kami yang biasanya glamor, tapi bukan sesuatu yang penting menurut aku karena uang bisa dicari, yang penting adalah sikapnya berubah lebih perhatian dan lebih peduli dengan perasaanku.""Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya, Bu. Semoga, Ibu dan Bapak bisa terus bersama sampai akhir hayat, dan bisa mendapatkan keturunan....""Amiiiiin, jangan singgung soal keturunan di hadapannya, ya? Aku tahu, mukjizat itu pasti ada, tapi dia selalu bilang, apakah mukjizat bisa diberikan pada pendosa seperti dia?""Oooh, baik, Bu. Aku tidak akan membahas masalah keturunan dengan bapak, tapi, apakah Ibu yakin bapak memang sulit memiliki keturunan?""Sepertinya, ya. Dia tida
"Baik, Panglima. Aku paham, terima kasih sudah memberikan aku kesempatan untuk tetap berinteraksi dengan kakakku." Panglima Tanakarma hanya mengiyakan tanpa bicara panjang lebar lagi, lalu dalam hitungan detik, pria dari alam gaib itu dirasakan Mitha tidak lagi ada di dalam ruangan tersebut meskipun ia tidak melihat. "Apakah dia sudah pergi?" tanya Moreno, pada Mitha beberapa menit kemudian. "Sudah." "Kamu yakin bisa memenuhi syarat untuk bisa bertemu dengan Miko?" "Yakin tidak yakin, aku harus yakin." "Mustahil...." Moreno hanya bicara seperti itu sambil melangkah keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Mitha yang masih melontarkan kata-kata, bahwa ia akan tetap berusaha untuk membuat utangnya lunas bagaimanapun caranya. Moreno dan juga Mitha akhirnya pulang ke rumah mereka masing-masing didampingi oleh keluarga mereka. Moreno banyak diam, meskipun masa masa kritisnya sudah lewat, tapi berdasarkan keterangan Panglima Tanakarma, keadaannya dengan Mitha memang sepe
"Kamu masih tidak percaya juga bahwa aku bisa berubah?" tanya Pak Salim sambil menatap wajah Viona dengan sangat serius."Bukan tidak percaya, tapi aku trauma, Maira adalah temanku, aku sudah menganggap dia seperti seorang adik, jadi wajar jika aku merasa takut kalau-kalau kamu justru masih menyukainya, aku harus bagaimana bersikap dengan dia....""Viona, aku benar-benar tidak lagi memiliki keinginan untuk memiliki Maira, aku hanya berpikir ingin bersamamu jika masih diberi kesempatan, tapi jika tidak, aku juga tidak memaksa, aku tahu diri.""Jadi, apa yang akan kau lakukan untuk membuat aku tidak khawatir lagi tentang perasaan kamu dengan Maira?""Aku akan membantu Maira untuk bisa mendapatkan Moreno lagi...."Wajah Viona seketika berubah semringah mendengar apa yang diucapkan oleh Pak Salim. "Kamu serius?""Sangat serius.""Kenapa kamu ingin melakukan hal itu?""Karena aku tahu, Maira sangat mencintai Moreno.""Ya, kamu benar, Maira memang sangat mencintai Moreno, tapi pemuda itu
"Iya, aku yang sulit memiliki keturunan, bukan kamu...." "Kamu ke dokter? Periksa?""Tidak sengaja, saat itu, aku mencari pekerjaan, bertemu dengan temanku yang jadi dokter, kami makan bersama dan banyak mengobrol, lalu entah siapa yang memulai sampai akhirnya kami bicara soal anak, dan aku mengatakan bahwa kita tidak punya anak, dia terkejut.""Terkejut karena kita masih muda tapi sulit dapat keturunan?""Ya.""Terus, dia menyarankan kamu untuk periksa?""Ya.""Kenapa kamu mau? Kamukan selalu bilang, kamu sehat dan yang sakit itu aku?""Aku menantang diri sendiri, aku merasa aku memang sehat dan masalahnya ada padamu, jadi karena itulah aku periksa.""Jika benar, yang bermasalah itu aku, kamu akan datang padaku dan menyudutkan aku?""Tidak, Viona. Aku memang egois, selalu merasa paling benar, tapi aku berusaha untuk berpikir jernih, dan selama kita berpisah, aku benar-benar merasa, aku memang sudah keterlaluan sama kamu."Viona memandang wajah Pak Salim dengan sorot mata yang tajam,