Pertanyaan yang dilontarkan oleh sang ayah membuat sekujur tubuh Moreno membeku. Sebenarnya, Moreno tahu hal seperti itu pasti akan terjadi padanya, namun, ia tidak menyangka jika dihadapkan dengan situasi tersebut, ia benar-benar merasa sangat gugup dan sulit untuk menguasai diri."Jawab, Papi, Moreno! Kenapa kamu tidak bisa menjawab?" Suara Pak Marvel membuat Moreno mengeratkan genggaman tangannya pada ujung pakaiannya karena ia berusaha untuk membuat perasaan gelisahnya tidak diketahui oleh sang ayah. "Papi tahu jawabannya, kenapa harus bertanya lagi?"Akhirnya, hanya itu yang dikatakan oleh Moreno, dan Pak Marvel maju melangkah mendekati sang anak, dan....PLAKK!!Sebuah tamparan diterima oleh Moreno membuat tubuh pemuda itu terhuyung."Perusahaan kita sekarang terbelit masalah yang rumit karena perbuatan kamu yang tidak dipikirkan dahulu, bisakah kamu bertanggung jawab atas semua yang sudah terjadi?""Papi sedang sakit, kenapa memaksakan diri membahas masalah seperti ini? Ayol
Tubuh Moreno terhuyung ketika tiba-tiba saja Mitha menamparnya saat ia baru saja menuntaskan ucapannya.Moreno tersenyum kecut menerima tamparan itu, seolah ia tahu apa yang ingin diucapkan oleh Mitha untuk menanggapi apa yang tadi dikatakannya. "Keterlaluan kamu, Reno! Kamu menganggap aku wanita murahan sampai kamu berpikir seperti itu untuk semua masalah yang sekarang ini terjadi?""Aku hanya memberi jalan keluar, kalau kamu tidak setuju silahkan, tidak apa-apa, mungkin kamu lebih setuju untuk cerai dengan si rider setan itu dan menikah dengan aku, iya?""Aku juga tidak akan melakukan hal itu!""Jadi, kamu bisa apa untuk membayar hutang kamu padaku?""Aku akan bayar semua, aku akan minta ayah kamu mengizinkan aku untuk menyicil.""Mau menyicil sampai kapan? Kamu pikir jumlahnya sedikit? Kamu sudah aku berikan solusi tapi kamu sendiri tidak menerima, kamu pikir bisa menghadapi ayahku? Kalau sampai kondisi ayahku semakin buruk karena kamu, aku tidak akan segan untuk menuntut kamu, Mi
Mitha mundur ketika mendengar nada suara Moreno jadi meninggi ketika pemuda itu melontarkan kata-kata tadi padanya. Ia bisa melihat wajah Moreno yang diselimuti aura kemarahan, dan itu benar-benar membuat Mitha jadi sedikit merinding ketika menyadari hal itu. Namun, ucapan Moreno tentang ia yang katanya jijik berhubungan intim dengan pemuda tersebut sebagai syarat yang diajukan oleh Moreno benar-benar menyinggung perasaannya. Bagaimana mungkin seorang Moreno yang setidaknya tahu banyak tentang dirinya lantaran mereka dahulu pernah bersama justru mengatakan hal demikian padanya hanya karena mereka terbelit masalah?"Kamu benar-benar berubah, Reno! Aku enggak perlu menanggapi apa yang kamu katakan tadi padaku, karena kamu sendiri sangat tahu jawabannya, aku bukan wanita seperti itu!""Jadi, kamu tidak mau berkorban untuk anak dan suami kamu?""Itu bukan pengorbanan yang benar!""Apa sebuah pengorbanan itu ada benar dan ada yang salah? Setiap orang yang berkorban tidak harus melihat ha
"Yang mana saja, Kek, asalkan dia tidak bertindak bodoh mau masuk penjara hanya karena mempertahankan prinsipnya itu!""Memangnya, aturan dari kamu itu apa? Kakek tahu pasti itu tidak waras hingga Mitha menolak, tapi Kakek ingin memastikannya.""Tidak perlu aku beberkan, toh, Kakek juga sudah yakin kalau itu tidak waras, kan?""Jawab saja, Kakek akan membandingkan dengan tawaran yang diberlakukan oleh Marvel, Mitha berat jika memenuhi tawaran dari Marvel, dan kalau kamu berbeda dengan apa yang diajukan oleh ayahmu siapa tahu itu memang jalan keluarnya.""Aku minta dia tidur sama aku.""Tidur?""Iya. Tidur.""Satu kamar?""Iya. Masa mau beda kamar?""Hanya tidur saja bukan? Berbaring bersisian kamu dan dia tidak saling menyentuh?""CK! Enggak lucu, Kek!""Kamu yang tidak lucu!!"Nada suara sang kakek terdengar meninggi pertanda ia marah atas apa yang dikatakan oleh cucunya. "Coba pikirkan! Dibandingkan dengan rencana ayah, rencana aku itu jauh lebih masuk akal, suaminya tidak akan ta
"Kamu serius ingin menitipkan anak kamu sama aku?""Bisa, kan? Waktu Nami bayi pun kamu pernah aku minta jaga, kamu bisa melakukannya.""Tapi waktu itu kamukan enggak di penjara, Mitha. Kamu cuma nyuci di lantai bawah, itu sih mudah aku bisa melakukannya kalau durasi tidak lama, minimal satu jam aku masih bisa, tapi kalau berhari-hari, atau sampai bertahun-tahun, aku jelas tidak bisa.""Aku tahu kamu pasti tidak bisa, yang aku bilang itu, aku nitip anakku ke dunia kamu.""Eh, apa kamu sudah gila?"Mitha terkejut ketika Miko tiba-tiba saja mengucapkan kata-kata itu padanya. Ia menatap sang kakak kembar yang saat itu melotot ke arahnya."Kamu tahu itu artinya apa?"Mitha menggeleng ragu ketika mendengar pertanyaan itu dilontarkan oleh Miko. "Itu artinya, kamu menyerahkan anak kamu ke makhluk gaib!""Tapikan aku nitip sama kamu bukan berarti aku menyerahkan dia sama makhluk gaib, kan?""Sama aja! Tidak! Aku tidak setuju, jangan lakukan itu, aku tidak mau keponakanku jadi tidak bisa kem
"Tidak lebih dari 1 bulan semenjak dia memutuskan untuk kembali ke sini.""Pak Marvel sudah di sini beberapa pekan, dan selama di sini beliau selalu sibuk dengan pekerjaannya di kantor meskipun Moreno sudah menggantikan tapi kulihat, beliau mengurus perusahaan dari rumah dan sesekali bepergian itu akan memangkas sisa waktu yang ditentukan oleh dokter, tapi....""Tapi apa?""Jika beliau senang melakukan apa yang ia lakukan kemungkinan penentuan dokter bisa meleset.""Kamu mau bilang bisa saja usia anakku bertambah jika apa yang dilakukannya itu membuat dia senang?""Benar.""Yang membuat dia senang adalah tawaran yang diberikan oleh dia pada kamu, Mitha dan Kakek yakin kamu keberatan untuk menikah sungguhan dengan Moreno.""Kenapa kalian sangat kukuh untuk meminta aku menjadi istri Moreno? Ada Maira yang sangat mencintai Moreno, Kek, aku yakin Moreno itu bisa mencintai wanita itu asalkan Maira memang tulus menyukai dia.""Setelah hubungan kalian berakhir, Moreno sangat terpuruk, Mitha,
Mendengar apa yang dikatakan oleh Rani, Ridwan menghela napas. Ditatapnya Rani yang juga menatapnya seolah tidak sabar dengan apa yang dikatakan oleh Ridwan mengenai pertanyaan mengandung tawaran yang tadi diucapkannya pada sang mantan."Ridwan, gimana? Mau tidak? Aku akan bantu kamu kalau kamu mau balik jadi pacar aku lagi."Suara Rani terdengar membuyarkan lamunan Ridwan yang tidak percaya Rani mengulang permintaannya untuk mengajak mereka kembali berhubungan. Sebenarnya itu sudah kerap diucapkan oleh Rani, tapi Ridwan tidak pernah menanggapi perkataan Rani dengan serius hingga sampai saat sekarang pun mereka tidak tahu status mereka itu apa."Maaf, aku tidak bisa."Akhirnya, Ridwan bicara seperti itu setelah beberapa saat lamanya ia hanya diam."Kenapa enggak bisa? Kamu enggak cinta sama aku lagi? Udah punya pacar di Jakarta?""Aku ke Jakarta itu cari uang, bukan berpacaran, aku tidak sempat untuk memikirkan masalah itu.""Jadi itu artinya, kamu masih cinta dengan aku dong ya? Buk
"Tidak. Aku tidak mau!""Kenapa? Kamu tidak mau berhubungan intim dengan aku?""Bukan tidak mau, tapi rasanya, melakukan hal seperti itu hanya untuk kepuasan semata membuat aku seolah menjadi pria yang tidak tahu aturan.""Jadi, kamu maunya gimana? Kita menikah? Ya, udah. Ayo, kapan?""Rani, menikah itu sesuatu yang sakral, kenapa kamu begitu mudah mengucapkan kalimat seperti itu tanpa berpikir lebih dulu?""Berpikir apalagi? Aku sudah berpikir puluhan kali dari kemarin menyoal ini terus aku ngomong ke kamu soal ini, apa menurut kamu, aku masih enggak mikir sama sekali soal itu?""Aku sekarang pusing, Rani. Tidak usah melanjutkan percakapan masalah ini lagi, aku pulang saja."Sembari bicara demikian, Ridwan segera membenahi celana yang dipakainya, lalu bergegas keluar dari kamar Rani tanpa peduli Rani memanggilnya karena masih ingin menantang Ridwan untuk apa yang tadi sempat ia tawarkan.Rani kesal ditinggalkan oleh Ridwan, ini bukan sekali dua kali adik Red One itu meninggalkannya k