Share

PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA
PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA
Author: Mllapngst

BAB I

Author: Mllapngst
last update Last Updated: 2021-12-02 01:23:49

Pukulan keras seketika menyentuh tubuh seorang gadis kecil berusia sembilan tahun. 

            “Bukan. A ... aku tidak melakukannya, Ma.” 

Dari bilik kamar di sebuah rumah, terlihat anak kecil tengah meyakinkan sesuatu kepada ibunya. Gadis kecil itu terlihat sangat mungil. Ia mengenakan pakaian bermotif polkadot, ditambah penampakan pita merah muda yang menghiasai rambutnya, membuat dirinya terlihat begitu menggemaskan. 

           “Sudah, ngaku saja! Kamu yang memakan ikan di meja itu, kan?” tanya perempuan paruh baya yang berdiri tepat di depan gadis kecil tersebut. Tatapan matanya begitu sinis, bola mata yang berbentuk bulat sempurna, seakan mau keluar dari kerangkanya, ditambah kerutan di dahinya, membuat gadis kecil tersebut makin merasa ketakutan. 

           “Argh, sakit!” Gadis kecil tersebut merintih kesakitan. 

Sesekali ia mengelap air mata yang mengalir deras di pipinya. Pipinya yang masih memiliki tulang lunak, harus mengalami luka memar kemerahan akibat tamparan yang begitu keras. 

          “Rasakan! Sudah salah, masih saja berbohong,” cetus ibunya.

         “Sebagai hukumannya, nanti malam kamu tidak mendapat jatah makan,” tutur wanita tersebut. Sorot matanya begitu tajam.

Ibu yang kejam! Kalimat tersebut sangat pantas untuk dirinya.  Isak tangis mengiringi suasana hari itu. Tidak ada rasa iba dari raut wajahnya, sedikit pun tidak ada.

Hari-hari dilewati tanpa adanya senyuman. Ibarat hidup, tetapi mati. Benar saja, itulah yang ia rasakan saat ini. Ia tidak pernah menerima cinta dari siapa pun, begitu pula sebaliknya. 

**

Waktu terasa bergulir sangat cepat, bersama penderitaan yang menghujam semakin hebat. Kini, gadis kecil tersebut sudah tumbuh dewasa, Sara Damayanti. Ia memiliki alis tebal dengan warna hitam kecokelatan. Bibirnya merah merekah seperti setangkai mawar, membuat ia terlihat sangat indah dan seksi untuk dipandang. 

Meski sudah beranjak dewasa, ia masih mengingat begitu jelas semua kejadian yang ia alami sewaktu ia kecil. Andai saja ia tidak terlahir di keluarganya sendiri, rasanya itu akan jauh lebih baik, pikirnya dalam hati.

Bagi Sara, terlahir sebagai anak dari kedua orang tuanya merupakan mimpi buruk yang ingin segera diakhiri. Belasan tahun ia harus merasakan ketidakadilan dalam keluarganya. Andai kata disuruh memilih, Sara lebih memilih mati daripada harus dilahirkan di dunia ini. 

        “Daging sapi ini untuk adikmu, makanan kamu sudah mama taruh di meja,” kata mama Sara sambil memegang sepotong dendeng sapi dengan taburan bawang goreng di atasnya. Lantas ia pergi meninggalkan Sara. 

Sara bergegas menuju meja makan. Ia segera membuka tudung saji yang diletakkan di atas meja. Setengah tidak percaya, ia hanya mendapati sepiring nasi dengan sepotong tempe di meja tersebut.

      “Punya Sara kenapa hanya tempe aja lauknya, Ma?” tanya Sara pada mamanya.

      “Kenapa? kamu iri sama adik kamu sendiri?”  Mamanya kembali menatapnya tajam, dan menggerakkan salah satu alisnya dengan sinis. Ini pertama kalinya Sara berani protes kepada mamanya sendiri.

      “Aku bukannya iri, Ma. Dari aku kecil sampai dewasa, mama tidak pernah bersikap adil,” kata Sara dengan mata yang berkaca-kaca. Matanya tidak bisa bohong, terlalu banyak luka yang selama ini ia pendam.

       Namun kali ini, ia tidak ingin terlihat lemah.  Sudah banyak air mata yang ia keluarkan untuk menghadapi mamanya sendiri. 

      “Dasar, anak kurang ajar! Kamu itu udah besar, sama adik sendiri saja kamu tidak mau ngalah. Adik kamu itu masih kecil, dia butuh banyak gizi untuk pertumbuhannya. Lagi pula, kamu juga tidak pernah ranking satu di sekolah, jadi buat apa kamu makan makanan enak kalau akhirnya kamu tetap jadi anak bodoh!” timpal mama Sara, tanpa memikirkan perasaan anaknya.

         Bagi wanita itu, memaki Sara sudah menjadi suatu kebiasaan. Terdapat kepuasan sendiri di hatinya ketika ia berhasil membuat anaknya bersedih, apalagi sampai meneteskan air mata. 

          “Mama bilang karena adik masih kecil, jadi membutuhkan banyak gizi. Terus, bagaimana dengan Sara yang sejak kecil cuma dikasih makan nasi sama garam? Bahkan Sara masih ingat kalau Mama pernah nuduh Sara mengambil ikan di meja. Dengan teganya Mama gak ngasih Sara makan malam. Jadi, pantas saja Sara bodoh karena orang tua Sara aja jarang ngasih makan!”  Emosi Sara benar-benar tidak bisa dikendalikan lagi. 

Perkataan yang seharusnya tidak dilontarkan kepada mamanya, keluar secara tiba-tiba dari mulutnya. Rasanya, ia sudah banyak memendam perasaan kecewa di dalam hatinya hingga pada akhirnya, ia tiba pada hari yang mengharuskannya mengeluarkan semua duri-duri yang sering kali menyayat hatinya.

          “Kamu ….”

           “Apa, Ma? Mau nampar Sara lagi?”  

Kali ini, Sara berusaha menahan tangan mamanya agar tidak berhasil mendarat di pipinya. Seketika, ia mengingat kejadian selama ini, begitu banyak tamparan yang harus ia terima. Sekarang, Sara tidak ingin merasakan sakit yang sama. Ia benar-benar sudah muak diperlakukan seperti anak tiri di keluarganya sendiri.

“Cuih, anak sialan!” umpat mama Sara sambil meludah di depannya. Pergerakan bibirnya begitu lincah mengeluarkan kata-kata keji. Ia tak pernah berpikir sebelum berucap.

Semudah membalikkan telapak tangan, semudah itu pula emosi seseorang merapuhkan hati orang lain. Air mata Sara rupanya tidak bisa dibendung lagi. Bulir kepedihan itu mengalir secara perlahan hingga membasahi pipinya yang bulat. Ditambah omongan mamanya yang semakin melukai hati, memaksanya untuk mengeluarkan semua isi hatinya. Pergerakan jam dinding terasa begitu lambat mengiringi mereka berdua. 

Sara terdiam seribu bahasa. Bagaimanapun  juga, di telapak kaki ibunya masih ada surga yang harus ia jaga. Meskipun faktanya, ia tidak pernah meminta memiliki surga di kakinya.

Secara perlahan ia berusaha menggerakkan kakinya untuk segera beranjak. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi menyikapi ibunya sendiri. Bahkan, tidak ada sisi kelembutan sedikit pun yang bisa ia temukan dari ibunya. 

Sara pergi ke luar rumahnya. Ia ingin menenangkan diri di gubuk petani yang tempatnya berada di tengah-tengah sawah, dekat dengan rumahnya. Ia sadar melanjutkan perdebatan tidak ada gunanya. Yang ada, ia akan lebih merasa sakit hati mendengar umpatan ibunya sendiri. 

Ia berhenti, ketika baru melangkah beberapa jengkal. Ada sesuatu yang menganggu pikirannya. Mata Sara terfokus pada sebuah benda yang tergeletak di depannya. Sebuah buku bersampul cokelat,cukup menarik perhatiannya.

Sara merasa, ia tidak pernah melihat buku tersebut. Anehnya lagi, ada beberapa bagian dari buku tersebut yang sengaja disobek. Tidak perlu berpikir panjang, ia mengambil buku tersebut dan berusaha mencari potongan kertas yang hilang di tumpukkan sampah. Pada akhirnya, ia berhasil menemukan beberapa bagian yang hilang. 

        Sara menyelipkan buku itu di dalam bajunya, lalu membawanya ke dalam gubuk.

 

 Sesampai di gubuk, ia masih saja merasa penasaran, dan tertarik dengan isi buku tersebut. Sebelum membaca isinya, dirinya berusaha menggabungkan terlebih dahulu bagian-bagian yang telah hilang. 

Bagian per bagian ia buka dengan perlahan, tidak ada satu pun yang terlewat. Ia menemukan banyak sekali foto keluarganya. Mulai dari foto ibu, dan ayahnya saat masih mudah. Bahkan, foto adiknya pun juga tertempel di dalamnya.                                           

Related chapters

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB II

    Sara tidak menemukan satu pun fotonya di dalam buku itu. Ia semakin yakin bahwa orang tua kandungnya, tidak pernah menganggapnya ada. Terlepas dari rasa sakit hatinya, ia tetap melanjutkan untuk membuka buku tersebut sampai tuntas. Hingga pada akhirnya, ia sampai di halaman paling akhir. Dia menemukan sebuah informasi tentang kelahirannya. Sara Damayanti, dilahirkan di Klinik Bunda Mulia, Bidan Anik Masruroh, Surabaya. Hanya tulisan itu yang ia temukan. Mungkin itu adalah kalimat biasa bagi orang lain, tetapi tidak bagi Sara. Tulisan tersebut bisa ia jadikan sebagai petunjuk untuk menjawab semua pertanyaan yang ada di benaknya selama ini. ‘Bagaimanapun caranya, aku harus pergi ke sana,' ucapnya dalam hati. Sara jelas-jelas mempunyai tekad yang kuat untuk pergi ke klinik itu. ** Keesokan harinya, Sara mengemasi beberapa pakainnya untuk di bawa ke Su

    Last Updated : 2021-12-02
  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB III

    Klinik Bunda Mulia. Hati Sara berdegup kencang, ketika melihat tulisan yang terpampang jelas di depan matanya. Selangkah demi selangkah ia berjalan, tujuannya semakin dekat. Ada rasa penasaran yang ingin segera ia temukan kebenarannya. Namum, juga ada perasaan takut akan kenyataan yang nantinya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Suasana klinik tersebut benar-benar sepi, bahkan di bangku antrean depan hanya ada dua orang yang menunggu. Mungkin karena hampir seharian hujan turun, jadi banyak yang merasa malas untuk keluar rumah. “Selamat siang! Ada yang bisa saya bantu?” tanya resepsionis yang duduk di depan pintu pendaftaran. Ia menyapa Sara dengan ramah, lalu tersenyum hingga menonjolkan lesung pipinya yang membuatnya tampak manis. “Iya, Mbak. Perkenalkan saya Sara. Sebenarnya, saya mau ketemu dengan Bidan Anik Masruroh, apa saya bisa sekarang?”

    Last Updated : 2021-12-02
  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB IV

    ''Wah! Jawaban yang kamu berikan sangat berbeda dari pelamar lainnya. Nilai ijazah kamu, juga tidak buruk. Stabil di angka 8. Yang paling saya suka, kamu begitu percaya diri, dan sangat ramah,'' ucap Zea. Ia seperti sedang memberi sinyal yang positif untuk Sara. “Jadi, keputusannya bagaimana, Mbak?” tanya Sara. Ia benar-benar tidak sabar untuk mendengar jawaban dari Zea. Meskipun Zea terlihat memujinya, Sara masih tidak berani menyimpulkan apa maksud dari pujiannya itu. Zea menepis bibirnya, lalu mengulurkan tangan. “Selamat! Kamu diterima di toko kue ini. Mulai besok, kamu sudah bisa bekerja,” jawab Zea dengan tersenyum ramah. “Alhamdulilah. Terima kasih banyak, Mbak,” ucap syukur Sara karena ia bisa diterima kerja di toko kue tersebut. Sara kembali termenung. Ada perasaan lega karena ia sudah mempunyai pekerjaan. Namun, d

    Last Updated : 2021-12-02
  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB V

    “Kamu di sini anak baru, jadi harus berhati-hati. Kalau tidak tau, tanya. Jangan sampai kamu melakukan kesalahan yang membuat pelanggan saya kecewa. Saya tidak suka kesalahan, apalagi kecerobohan,” kata Amar. Ia menatap tajam wajah Sara. Meskipun ia memiliki bibir yang tebal, ia sangat pandai mengecam orang lain dengan sangat mudah. “Baik, Pak, saya mengerti,” jawab Sara seraya menunduk. ‘Dasar orang songong,’ gerutu Sara dalam hatinya. Sara tidak habis pikir dengan sifat bosnya yang begitu angkuh. Ternyata ekspektasinya terlalu berlebihan, ia pikir bosnya adalah orang yang baik hati dan ramah, kenyataannya adalah orang terangkuh yang pernah ia temui. “Pergilah, saya mau berbicara dengan Zea!” perintah Amar kepada Sara. Rupanya ia tidak ingin pembicaraannya dengan Zea didengar oleh orang lain. Lagi pula, Sara juga tidak berselera m

    Last Updated : 2021-12-02
  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB VI

    Rumor mengenai keberadaan Sara membuat para pembeli banyak yang berdatangan, dan menarik simpati banyak orang, sudah sampai di telinga Zea. Raut wajahnya pun menggambarkan kecemasan tanpa sebab, sesekali berusaha menarik napas, lalu membuangnya. Bersikap biasa-biasa saja menjadi jalan ninja agar tidak terlihat cemas. ‘’Bagaimana mungkin hanya karena seorang pelayan … apa dia mempunyai ilmu marketing yang jauh di atasku?’’ Tanya Zea pada dirinya sendiri, setengah tidak percaya dengan kenyataan yang ada di depannya. Keberhasilan Sara dalam menarik minat pembeli, menciptakan teka-teki khusus untuk Zea. ‘’ Apa cuma karena dia cantik? ’’ Lagi-lagi ia bertanya pada diri sendiri. Tidak dapat dipungkiri, bahwa diam-diam dirinya juga mengakui kecantikan Sara. Bahkan sesekali ia membandingkan dirinya sendiri dengan Sara. Namun tetap saja, ia tidak

    Last Updated : 2022-01-08
  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB VII

    ‘’Mas, are you okay? Hallo!!’’ ‘’Oh ya, ini mbak uangnya!’’ Dengan segera Anda menyulurkan uang berwarna biru tua, yang ia ambil dari dalam dompetnya.Kali ini, matanya masih tidak bisa terpental dari wajah Sara. Meskipun Andra melamun, ia tetap sadar dan mendengar dengan jelas nominal yang Sara ucapkan tadi. ‘’Terimakasih,’’ ucap Sara pada Andra dengan sedikit mengukir senyum di bibirnya.Mempunyai alis tebal berwarna hitam pekat, justru semakin menghiasi wajah Sara. Bagi Andra, setiap kali Sara tersenyum, setiap itu juga ia merasa jatuh hati berulang kali. Sebuah bibir yang memiliki warna merah merekah, membuat senyuman itu terlihat seperti bunga mawar yang baru saja mekar.Sebenarnya ada tanda tanya yang tertanam di benak Sara saat ini, mengenai sikap Andra yang seringka

    Last Updated : 2022-01-08
  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB VIII

    Sara memberikan handphone itu kepada Andra, ia juga mengetahui kalau handphone yang ia temukan bukanlah barang murah, tentu saja ia sangat berhati-hati untuk menjaganya, sampai pemilik asli handphone tersebut datang untuk mencarinya.Sara bukanlah orang yang cacat teknologi, ia sangat tahu bahwa brand terkenal yang berpusat di California itu, tentunya mempunyai harga belasan juta. Terlebih lagi handphone tersebut menyongsong type terbaru di kelasnya. Di lain sisi, Sara cukup pintar untuk menelitik sesuatu berdasarkan pengamatannya.Dengan lihainya, Andra sengaja mengecek handphone miliknya dengan detail, ia tidak mau Sara sampai curiga kalau sebenarnya dirinya hanya berpura-pura. ‘’Aku akan membalas budi, dengan memberikan handphone yang serupa seperti yang kamu temukan,’’ tutur Andra

    Last Updated : 2022-01-09
  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB IX

    ‘’Ada apa ini? Suara kalian kedengaran sampai dalam,’’ tanya Zea yang hadir diantara mereka. ‘’Ini nih, Kak, salah satu karyawan di toko ini ada yang jadi pencuri,’’ ucap Ratri sambil melempar lirikan tajam kepada Sara, gadis tersebut seakan-akan memberi kode kakaknya bahwa yang ia maksud sebagai pencuri adalah seseorang yang berada di sampingnya itu. ‘’Omong kosong! Hentikan omong kosongmu itu, apa yang kamu tuduhkan sama sekali tidak benar,’’ ucap Sara sambil mengangkat jari telunjuknya. Zea menatap Sara dengan ketat, sepertinya ia ingin membaca pikiran Sara melalui kedua matanya. Sementara itu, kosentrasi Zea mend

    Last Updated : 2022-01-09

Latest chapter

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XLVI/46

    Di balik dinding bertirai tebal terlihat dua orang laki-laki yang sedang sibuk membicarakan suatu hal. Tentu sudah menjadi kebiasaan Amar dan asistennya itu untuk mengisi waktu senggangnya dengan mengumpulkan beberapa kalimat obrolan.Anton mendekat ke arah Amar, tidak lama kemudian ia mencoba mengatakan sesuatu yang sedari tadi sudah ia pikirkan.‘’Apa kita perlu mengawasi nyonya di sana?’’ tanya Anton. Ia tidak tega melihat Amar yang seringkali hilang fokus karena terlalu memikirkan Sara. Meskipun Amar tidak pernah bercerita tentang hal yang ia pikirkan terus menerus, Anton tentu yakin tidak akan salah mengira.Amar masih terdiam, lalu tertegun beberapa saat tidak menghiraukan perkataan asistennya itu.Hingga kemudian laki-laki bertubuh kekar itu memejamkan kedua matanya, sambil terus mulai mempertimbangkan saran dari asistennya.‘’Tidak perlu. Dia tidak boleh sampai risih karena kita mengawasinya

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XLV/45

    Sara berjalan di belakang Amnu, ia mengikuti langkah pria berusia 28 tahun itu. Kemudian Amnu berhenti di meja makan tepat di sebelah pojok belakang. Amnu menarik salah satu kursi berlapis kain warna putih, lalu mempersilahkan Sara duduk dengan nyaman. ‘Tidakkah berlebihan?’ tanya Sara dalam hati.Sara memesan segelas air putih dingin, sepiring nasi, dan sepiring cumi saus tiram. Sedangkan Amnu memesan roti panggang, dan jus jeruk. Keduanya hanya saling bertatapan, keadaan terasa begitu hening. Berulang kali Amnu mencuri pandang pada wanita di depannya itu. Dua pelayan wanita berambut pendek datang dengan membawa menu yang sudah mereka pesan. Lalu menaruh makanan tersebut dengan hati-hati. Kemudian memberikan selembar kertas yang berisi total tagihan makanan

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XLIV

    Amnu sangat cerdas, banyak sekali prestasi yang sudah ia dapatkan. Untuk menjadi seorang SPV tentu harus memiliki kemampuan yang mumpuni.Sebelumnya pria itu hanya sales biasa, karena penjualannya yang sangat baik setahun belakangan ini, bahkan seringkali menerima banyak penghargaan dari beberapa perusahaan yang pernah ia singgahi, membuat dirinya bisa menduduki karir seperti sekarang ini. Lagipula saat diadakannya promosi jabatan, 80% suara memihak kepadanya.Orang seprofesional Sara, mustahil mau diajak makan berdua selain urusan pekerjaan. Alasan yang ia buat begitu tepat, terlepas benar atau salah, setidaknya Sara sudah menyetujui ajakannya itu. ‘’Kalau sudah tidak ada yang mau dibicarakan, saya mau kembali bekerja, Pak!’’ ucap

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XLIII/43

    ‘’I-iya, Tuan!’’ Bu Ira tersentak, lalu segera menuju ke kamar mandi dengan perasaan semburat. Ini pertama kali Amar memakinya dengan sangat kasar. Selama ini Bu ira selalu mencari muka kepada Amar, orang lain yang bekerja, namu namanya yang dipuja. Itulah yang menyebabkan Amar begitu mempercayai Bu Ira.Waktu terasa berhenti. Tidak ada satu pun orang yang berani mengajak Amar berbicara. Sedangkan Anton masih setia berdiri tepat di belakang Amar.Kemudian dalam hitungan detik, Sara dan Vilda telah sampai di hadapan Amar.‘Kenapa dia ada di sini?’Hati Sara berdecak, ia terkejut ketika melihat seseorang yang berada di depannya. Dia suaminya, sungguh nyata berada di hadapannya saat ini.Vilda tentu tau sedang berhadapan dengan siapa, sedangkan Sara hanya mengenal bahwa itu adalah suaminya. &l

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XLII/42

    ’Mbak, Vilda?’ Kata Sara dalam hati. Mama muda yang ia temui sewaktu berangkat ke Surabaya, sekarang bisa bertemu kembali dengan keadaan yang berbeda. Wanita itu terlihat lebih terawat dari sebelumnya, apalagi kulit wajahnya begitu bersih, dan bersinar. Tidak! Mungkinkah dia operasi wajah? Bu Ira mengarahkan mata tajamnya ke sumber suara. Dengan bengis mengernyitkan bibirnya. ‘’Oh, jadi kau teman BA baru ini, ya? Baiklah kau bisa membantunya kalau merasa kasihan dengannya!’’ ketus Bu Ira. Lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Perlahan Sara mulai mendekat ke arah Vilda. Dipandanginya wanita itu dengan saksama, hanya untuk memastikan dia wanita di dalam bus itu, atau bukan. ‘’Kamu … Mbak Vilda, bukan?’’ tanya Sara dengan merapikan lengan bajunya. &n

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XLI/41

    Ada dua orang yang sedang memperhatikan mereka dari jarak jauh, mereka bersembunyi di semak-semak. ‘’Kak Zea? dan … Ratri?’’ ucap Sara terkejut. Bagaimana bisa kedua orang itu bisa berada di sini. Tiga tahun tidak bertemu mereka, rasanya ada rindu di dalam hati. Meskipun Ratri pernah memperlakukan Sara dengan cara tidak baik, bagaimana pun juga ia adalah temannya. PROKK … PROKK Amar menepuk kedua tangannya, ia sedang mengkode dua wanita itu. ‘’Kemarilah!’’Kedua wanita itu sedang menghampiri Amar, dan Sara. Rupanya mereka berdua yang telah membantu Amar untuk mempersiapkan kejutan untuk Sara. Tidak

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XL/40

    ‘’Lalu?’’ Sara terlihat begitu tertarik mendengar cerita Amar.Amar menyeka keringat yang menetes dari dahinya, bahkan untuk mengingat masa lalunya itu, ia harus mempersiapkan mentalnya terlebih dahulu.Amar melihat ke arah Sara. Bagaimana pun juga gadis itu adalah istrinya, dia berhak tahu cerita hidup suaminya sendiri. Ia juga tidak tega ketika memandang wajah Sara yang sangat antusias mendengarkan ceritanya. ‘’Semua sudah hancur! Wanita jalang itu telah merebut ayahku, suami dari mamaku.’’ Amar mencengkeram tangannya sendiri dengan kasar, ia terlihat begitu murka ketika mengingat kembali cerita hidupnya.Sara tidak berani berkata apa-apa, ia tidak ingin membuka luka lama dalam hati Amar. Lagipula in

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XXXIX/39

    Guyuran air segar dari atas membasahi tubuh mereka berdua. Dua pasang tangan mengambil posisi untuk meratakan sampo di kepala mereka masing-masing. Kedua tangan Sara memijat dengan lembut baluran sampo di atas kepala Amar. Begitu pula sebaliknya. Sambil memainkan busa yang tertumpuk di badan mereka masing-masing.Selama tiga tahun menikah, ini adalah pertama kalinya mereka mandi berdua. Terlihat begitu intim di bawah guyuran air. Sebuah tawa lepas yang melandas di bibir mereka, membuat suasana semakin terasa milik mereka berdua. Tidak tahu kenapa, Sara merasa bersalah karena telah berburuk sangka kepada suaminya saat itu. Terlebih lagi ia sudah memutuskan untuk bekerja. Bagaimana pun juga Sara harus tetap melanjutkan pekerjaannya itu.Sara segera berkemas, memakai pakaian yang sudah ada di dalam koper.

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XXXVIII/38

    Sara terus memejamkan mata untuk merasakan kejantanan suaminya. Rasanya Sara tidak dapat lagi menahan tangannya sendiri untuk tidak bergerak. Dengan bantuan sepasang bola matanya, ia mulai meraba leher Amar yang ditumbuhi bulu-bulu halus. ‘’Cepat Sayang …,’’ ucap Sara sambil mencengkeram erat punggung Amar dengan sepuluh jemarinya. Sara semakin mengerang, lidahnya bertingkah liar, mengecup, dan saling bertukar saliva dengan suaminya itu. Suara kecup dan hentakan saling beradu di dalam ruangan bertirai putih itu.Amar semakin mempercepat gerakannya. Memaju mundurkan pinggulnya agar segera sampai dengan tujuan akhir. Dirinya juga bisa merasakan bahwa senjatanya itu akan segera meledakkan cairan kental yang ma

DMCA.com Protection Status