Share

BAB II

Penulis: Mllapngst
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-02 01:24:03

          Sara tidak menemukan satu pun fotonya di dalam buku itu. Ia semakin yakin bahwa orang tua kandungnya, tidak pernah menganggapnya ada. Terlepas dari rasa sakit hatinya, ia tetap melanjutkan untuk membuka buku tersebut sampai tuntas. 

Hingga pada akhirnya, ia sampai di halaman paling akhir. Dia  menemukan sebuah informasi tentang kelahirannya. Sara Damayanti, dilahirkan di Klinik Bunda Mulia, Bidan Anik Masruroh, Surabaya. Hanya tulisan itu yang ia temukan.

          Mungkin itu adalah kalimat biasa bagi orang lain, tetapi tidak bagi Sara. Tulisan tersebut bisa ia jadikan sebagai petunjuk untuk menjawab semua pertanyaan yang ada di benaknya selama ini. 

‘Bagaimanapun caranya, aku harus pergi ke sana,' ucapnya dalam hati. Sara jelas-jelas mempunyai tekad yang kuat untuk pergi ke klinik itu.

**

Keesokan harinya, Sara mengemasi beberapa pakainnya untuk di bawa ke Surabaya. Tidak lupa ia membawa boneka panda berukuran 10 cm yang selalu menemaninya dari kecil. Baginya, ia tidak hanya sekedar boneka. Tetapi juga teman kecilnya, tempat ia bercerita, teman tidur, bahkan hampir semua aktifitasnya, ia selalu membawa boneka tersebut. Boneka itu, ia beri nama Mitu.

          Sara memasukkan barang-barangnya ke  koper kecil yang ia dapatkan dari hadiah  acara jalan santai yang diadakan oleh sekolahnya, dua tahun yang lalu. 

Tanpa berpamitan kepada orang tuanya, ia pergi ke terminal bus di Wonorejo. Ini pertama kalinya Sara menaiki angkutan umum. Sara memilih naik bus tidak hanya sekadar karena biayanya lebih murah, tetapi juga karena jarak terminal bus dekat dari rumahnya.

‘Uhm, lama sekali busnya,' protes Sara dalam hati. 

        Sembari menunggu bus datang, Sara duduk di sebelah wanita muda bersama bayi mungilnya. Wanita tersebut memeluk bayinya erat-erat, dan membelai rambutnya yang berwarna pirang kecokelatan dengan sangat lembut.

       “Putriku kedinginan, ya. Tenang, ya, Sayang. Bunda akan selalu memelukmu,” tutur wanita tersebut kepada putrinya sambil memeluknya erat-erat agar bayinya tidak kedinginan. 

Hari ini, memang cuaca tidak terlalu mendukung untuk melakukan perjalanan. Hujan deras turun tiba-tiba, mungkin juga ini yang menyebabkan bus macet di perjalanan. 

‘Andai ibuku seperti ibu bayi itu, pasti aku sangat bahagia.’ Sara membatin.

         Jujur saja, Sara merasa iri. Dari ujung matanya, ia bisa merasakan kehangatan yang bayi itu rasakan. 

Di tengah lamunannya, ia dikagetkan dengan suara rem bus dari sebelah utara. Benar saja, bus arah Surabaya sudah tiba di terminal. Tidak menunggu waktu lama, ia segera bergegas naik ke dalam bus. 

Sara memilih tempat duduk tepat di sebelah jendela. Karena ia pikir, melihat pemandangan di kala hujan melalui kaca jendela, terasa sedikit menyenangkan untuk mengisi waktunya selama perjalanan.

         “Permisi, Mbak. Bolehkah saya duduk di sebelahmu?” tanya seorang wanita. Betapa terkejutnya Sara, kalau wanita tersebut adalah ibu muda yang sempat mencuri perhatiannya tadi. 

        “Oh, iya, Tante. Silakan!” kata Sara mempersilakannya untuk duduk di sebelahnya.

        “Kok, panggil tante. Saya masih muda, loh. Bisa jadi kita seumuran,” sahut wanita itu sambil terkekeh kepada Sara. Kemudian, ia segera duduk di samping Sara.

       “Benarkah? Aku baru berusia 21 tahun. Kamu?” tanya Sara dengan raut muka penasaran. Bagaimana mungkin ia seumuran dengan wanita tersebut. Karena memang jelas dari wajahnya, ia terlihat lebih tua dari dirinya. 

       “Wah, sama, dong.  Kenalin saya Vilda. Memang kebanyakan orang bilang muka saya lebih tua dari pada umur aslinya. Efek punya anak mungkin, ya,” kata wanita tersebut sambil tersenyum.

Senyumnya terlihat sangat manis, ia juga memiliki rambut tebal yang dikucir ke belakang. Meskipun hidungnya tidak terlalu mancung, ia masih tetap terlihat cantik dan menarik. 

      “Saya Sara, Mbak. Senang bisa bertemu dengan Mbak Vilda,” ucap Sara. Matanya memperhatikannya dengan teliti. 

      Sebenarnya Vilda adalah wanita yang sangat cantik, namun karena ia tidak begitu memperhatikan penampilannya, ia malah terlihat seperti tidak terurus.

Sepanjang perjalanan, mereka berbincang-bincang. Penumpang bus yang tidak terlalu banyak, membuat mereka semakin asyik mengobrol. Sebenarnya, bus yang Sara tumpangi bukanlah bus elit. Bukan hanya soal uang yang diperhitungkan, melainkan juga karena jika Sara menggunakan bus elit, pasti perjalanannya akan ditemani dengan bau AC yang hanya membuat dirinya merasa mual. Ya, Sara tidak menyukai bau AC. 

Ia hanya merogoh uang sebesar enam puluh ribu saja, untuk bisa sampai ke Surabaya. Namun, kalau ia menggunakan bus eksekutif AC, ia harus merelakan uang senilai 350 ribu hanya untuk sekali naik.

       Hari makin siang, matahari makin berani  menampakkan dirinya ke atas bukit. Ini sebagai pertanda bahwa hujan benar-benar reda. 

Bus telah berhasil mendaratkan rodanya di kota Surabaya. Itu artinya, Sara dan Vilda, harus berpisah untuk mencapai kepentingan mereka masing-masing. Keduanya sama-sama berharap, bahwa suatu saat nanti, takdir akan mempertemukan mereka kembali.

       Hati Sara berdecak kagum, ia benar-benar terngangah dengan kemegahan kota ini. Deretan gedung yang menjulang tinggi, membuat matanya makin menjelajah lingkungan sekitar. Sebenarnya sudah tidak perlu merasa heran, karena Surabaya memang dikenal dengan memiliki banyak bangunanan tinggi, pencakar langit yang meliputi perkantoran, pusat pembelanjaan, apartemen, kondominium, dan hotel.  

Ia juga melihat mall besar yang terpampang nyata di depannya. Ingin sekali ia masuk ke mall tersebut. Namun, ia akan sangat malu apabila  masuk untuk sekadar melihat-lihat tanpa membeli sebiji pun. Ditambah lagi ia hanya mengenakan pakaian lusuh, dan kusam, pasti dikira gembel yang memaksakan diri untuk masuk ke dalam mall

       “Mau ke mana, Neng?” tanya lelaki paruh baya yang berhasil merusak lamunan Sara. Lelaki tersebut memiliki penampilan yang sangat sederhana, dengan sandal japit sebagai alas kakinya.

      “Oh, saya mau ke Klinik Bunda Mulia, Pak,” jawab Sara gugup. 

Rupanya laki-laki tersebut adalah sopir angkot yang sedang menunggu beberapa penumpang untuk memenuhi kuota angkotnya. 

      “Saya tau, Neng. Klinik tersebut berada di Jalan Raya Pinang, nomor 12. Kebetulan angkot saya searah dengan jalan tersebut,” tutur supir tersebut.

Sudah bisa ditebak dari raut wajahnya, kalau ia berharap Sara bisa menjadi salah satu penumpangnya.

 

     “Benarkah? Jadi, Bapak bisa antar saya ke sana?” tanya Sara. Wajahnya mulai semringah karena ia tidak perlu susah payah lagi untuk mencari keberadaan klinik tersebut. 

    “Iya, Neng. Monggo naik ke angkotnya!” 

Tidak hanya Sara yang senang, sopir angkot tersebut juga ikut senang. Karena penumpangnya bertambah satu, sekaligus sebagai penumpang terakhir untuk memenuhi jumlah kuota angkotnya. Sungguh simbiosis yang saling menguntungkan.

Sara pun segera masuk ke dalam angkot. Ia sadar  bahwa sebagai penumpang terakhir, ia harus rela duduk di tempat yang lebih sempit dari lainnya.  Sara duduk berdesakan dengan anak sekolah yang mengenakan seragam putih abu-abu, yang dilengkapi rompi bermotif kotak-kotak. 

      Jika dilihat lebih teliti, ia sepertinya berasal dari keluarga yang berada. Karena sepatu yang ia kenakan sangatlah bagus dan bermerk, tentunya  bukan seperti sepatu murahan yang biasa Sara beli. Tidak hanya itu, anak sekolah tersebut juga mempunyai handphone yang harganya pasti tidaklah murah. Entah ada alasan apa, sehingga ia harus naik angkot untuk bisa pulang ke rumahnya. 

Sedangkan di sisi kiri Sara, terdapat seorang pengamen jalanan yang memiliki usia kisaran tujuh belas tahun. Pada usia yang tergolong muda, ia seharusnya masih bersekolah menengah atas, tetapi karena keadaan, ia harus rela memilih jalan sebagai pengamen. Dari dua remaja di atas, sudah jelas takdir kehidupan lebih berpihak pada siapa. Dua garis kehidupan yang berbeda, dan bertolak belakang.

Bab terkait

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB III

    Klinik Bunda Mulia. Hati Sara berdegup kencang, ketika melihat tulisan yang terpampang jelas di depan matanya. Selangkah demi selangkah ia berjalan, tujuannya semakin dekat. Ada rasa penasaran yang ingin segera ia temukan kebenarannya. Namum, juga ada perasaan takut akan kenyataan yang nantinya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Suasana klinik tersebut benar-benar sepi, bahkan di bangku antrean depan hanya ada dua orang yang menunggu. Mungkin karena hampir seharian hujan turun, jadi banyak yang merasa malas untuk keluar rumah. “Selamat siang! Ada yang bisa saya bantu?” tanya resepsionis yang duduk di depan pintu pendaftaran. Ia menyapa Sara dengan ramah, lalu tersenyum hingga menonjolkan lesung pipinya yang membuatnya tampak manis. “Iya, Mbak. Perkenalkan saya Sara. Sebenarnya, saya mau ketemu dengan Bidan Anik Masruroh, apa saya bisa sekarang?”

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-02
  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB IV

    ''Wah! Jawaban yang kamu berikan sangat berbeda dari pelamar lainnya. Nilai ijazah kamu, juga tidak buruk. Stabil di angka 8. Yang paling saya suka, kamu begitu percaya diri, dan sangat ramah,'' ucap Zea. Ia seperti sedang memberi sinyal yang positif untuk Sara. “Jadi, keputusannya bagaimana, Mbak?” tanya Sara. Ia benar-benar tidak sabar untuk mendengar jawaban dari Zea. Meskipun Zea terlihat memujinya, Sara masih tidak berani menyimpulkan apa maksud dari pujiannya itu. Zea menepis bibirnya, lalu mengulurkan tangan. “Selamat! Kamu diterima di toko kue ini. Mulai besok, kamu sudah bisa bekerja,” jawab Zea dengan tersenyum ramah. “Alhamdulilah. Terima kasih banyak, Mbak,” ucap syukur Sara karena ia bisa diterima kerja di toko kue tersebut. Sara kembali termenung. Ada perasaan lega karena ia sudah mempunyai pekerjaan. Namun, d

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-02
  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB V

    “Kamu di sini anak baru, jadi harus berhati-hati. Kalau tidak tau, tanya. Jangan sampai kamu melakukan kesalahan yang membuat pelanggan saya kecewa. Saya tidak suka kesalahan, apalagi kecerobohan,” kata Amar. Ia menatap tajam wajah Sara. Meskipun ia memiliki bibir yang tebal, ia sangat pandai mengecam orang lain dengan sangat mudah. “Baik, Pak, saya mengerti,” jawab Sara seraya menunduk. ‘Dasar orang songong,’ gerutu Sara dalam hatinya. Sara tidak habis pikir dengan sifat bosnya yang begitu angkuh. Ternyata ekspektasinya terlalu berlebihan, ia pikir bosnya adalah orang yang baik hati dan ramah, kenyataannya adalah orang terangkuh yang pernah ia temui. “Pergilah, saya mau berbicara dengan Zea!” perintah Amar kepada Sara. Rupanya ia tidak ingin pembicaraannya dengan Zea didengar oleh orang lain. Lagi pula, Sara juga tidak berselera m

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-02
  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB VI

    Rumor mengenai keberadaan Sara membuat para pembeli banyak yang berdatangan, dan menarik simpati banyak orang, sudah sampai di telinga Zea. Raut wajahnya pun menggambarkan kecemasan tanpa sebab, sesekali berusaha menarik napas, lalu membuangnya. Bersikap biasa-biasa saja menjadi jalan ninja agar tidak terlihat cemas. ‘’Bagaimana mungkin hanya karena seorang pelayan … apa dia mempunyai ilmu marketing yang jauh di atasku?’’ Tanya Zea pada dirinya sendiri, setengah tidak percaya dengan kenyataan yang ada di depannya. Keberhasilan Sara dalam menarik minat pembeli, menciptakan teka-teki khusus untuk Zea. ‘’ Apa cuma karena dia cantik? ’’ Lagi-lagi ia bertanya pada diri sendiri. Tidak dapat dipungkiri, bahwa diam-diam dirinya juga mengakui kecantikan Sara. Bahkan sesekali ia membandingkan dirinya sendiri dengan Sara. Namun tetap saja, ia tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-08
  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB VII

    ‘’Mas, are you okay? Hallo!!’’ ‘’Oh ya, ini mbak uangnya!’’ Dengan segera Anda menyulurkan uang berwarna biru tua, yang ia ambil dari dalam dompetnya.Kali ini, matanya masih tidak bisa terpental dari wajah Sara. Meskipun Andra melamun, ia tetap sadar dan mendengar dengan jelas nominal yang Sara ucapkan tadi. ‘’Terimakasih,’’ ucap Sara pada Andra dengan sedikit mengukir senyum di bibirnya.Mempunyai alis tebal berwarna hitam pekat, justru semakin menghiasi wajah Sara. Bagi Andra, setiap kali Sara tersenyum, setiap itu juga ia merasa jatuh hati berulang kali. Sebuah bibir yang memiliki warna merah merekah, membuat senyuman itu terlihat seperti bunga mawar yang baru saja mekar.Sebenarnya ada tanda tanya yang tertanam di benak Sara saat ini, mengenai sikap Andra yang seringka

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-08
  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB VIII

    Sara memberikan handphone itu kepada Andra, ia juga mengetahui kalau handphone yang ia temukan bukanlah barang murah, tentu saja ia sangat berhati-hati untuk menjaganya, sampai pemilik asli handphone tersebut datang untuk mencarinya.Sara bukanlah orang yang cacat teknologi, ia sangat tahu bahwa brand terkenal yang berpusat di California itu, tentunya mempunyai harga belasan juta. Terlebih lagi handphone tersebut menyongsong type terbaru di kelasnya. Di lain sisi, Sara cukup pintar untuk menelitik sesuatu berdasarkan pengamatannya.Dengan lihainya, Andra sengaja mengecek handphone miliknya dengan detail, ia tidak mau Sara sampai curiga kalau sebenarnya dirinya hanya berpura-pura. ‘’Aku akan membalas budi, dengan memberikan handphone yang serupa seperti yang kamu temukan,’’ tutur Andra

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-09
  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB IX

    ‘’Ada apa ini? Suara kalian kedengaran sampai dalam,’’ tanya Zea yang hadir diantara mereka. ‘’Ini nih, Kak, salah satu karyawan di toko ini ada yang jadi pencuri,’’ ucap Ratri sambil melempar lirikan tajam kepada Sara, gadis tersebut seakan-akan memberi kode kakaknya bahwa yang ia maksud sebagai pencuri adalah seseorang yang berada di sampingnya itu. ‘’Omong kosong! Hentikan omong kosongmu itu, apa yang kamu tuduhkan sama sekali tidak benar,’’ ucap Sara sambil mengangkat jari telunjuknya. Zea menatap Sara dengan ketat, sepertinya ia ingin membaca pikiran Sara melalui kedua matanya. Sementara itu, kosentrasi Zea mend

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-09
  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB X

    ‘’Jika kamu tidak salah, lalu dari mana kamu mendapatkan handphone itu, Nona?’’ Amar rupanya tidak menelan mentah-mentah omongan dari Ratri, untung saja ia masih bisa berusaha adil, dan menjadi penengah mereka. Hebatnya lagi, dalam situasi seperti ini, ia masih bisa mempertahankan kewibawaannya dengan tidak mudah terpancing dengan hasutan orang. Zea masih terdiam membeku, sorot matanya kali ini menggambarkan rasa kagum pada hatinya. Sifat Amar yang tegas, cara bicaranya yang tertata, semakin memperlihatkan bahwa ia adalah orang yang berpendidikan.‘’Saya mendapatkan Hp ini dari seorang pria, Pak! Dia adalah salah satu customer tetap toko ini. Kemarin handphone dia ketinggalan di sofa depan, dan aku tidak sengaja menemukannya. Selang beberapa jam,

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-10

Bab terbaru

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XLVI/46

    Di balik dinding bertirai tebal terlihat dua orang laki-laki yang sedang sibuk membicarakan suatu hal. Tentu sudah menjadi kebiasaan Amar dan asistennya itu untuk mengisi waktu senggangnya dengan mengumpulkan beberapa kalimat obrolan.Anton mendekat ke arah Amar, tidak lama kemudian ia mencoba mengatakan sesuatu yang sedari tadi sudah ia pikirkan.‘’Apa kita perlu mengawasi nyonya di sana?’’ tanya Anton. Ia tidak tega melihat Amar yang seringkali hilang fokus karena terlalu memikirkan Sara. Meskipun Amar tidak pernah bercerita tentang hal yang ia pikirkan terus menerus, Anton tentu yakin tidak akan salah mengira.Amar masih terdiam, lalu tertegun beberapa saat tidak menghiraukan perkataan asistennya itu.Hingga kemudian laki-laki bertubuh kekar itu memejamkan kedua matanya, sambil terus mulai mempertimbangkan saran dari asistennya.‘’Tidak perlu. Dia tidak boleh sampai risih karena kita mengawasinya

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XLV/45

    Sara berjalan di belakang Amnu, ia mengikuti langkah pria berusia 28 tahun itu. Kemudian Amnu berhenti di meja makan tepat di sebelah pojok belakang. Amnu menarik salah satu kursi berlapis kain warna putih, lalu mempersilahkan Sara duduk dengan nyaman. ‘Tidakkah berlebihan?’ tanya Sara dalam hati.Sara memesan segelas air putih dingin, sepiring nasi, dan sepiring cumi saus tiram. Sedangkan Amnu memesan roti panggang, dan jus jeruk. Keduanya hanya saling bertatapan, keadaan terasa begitu hening. Berulang kali Amnu mencuri pandang pada wanita di depannya itu. Dua pelayan wanita berambut pendek datang dengan membawa menu yang sudah mereka pesan. Lalu menaruh makanan tersebut dengan hati-hati. Kemudian memberikan selembar kertas yang berisi total tagihan makanan

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XLIV

    Amnu sangat cerdas, banyak sekali prestasi yang sudah ia dapatkan. Untuk menjadi seorang SPV tentu harus memiliki kemampuan yang mumpuni.Sebelumnya pria itu hanya sales biasa, karena penjualannya yang sangat baik setahun belakangan ini, bahkan seringkali menerima banyak penghargaan dari beberapa perusahaan yang pernah ia singgahi, membuat dirinya bisa menduduki karir seperti sekarang ini. Lagipula saat diadakannya promosi jabatan, 80% suara memihak kepadanya.Orang seprofesional Sara, mustahil mau diajak makan berdua selain urusan pekerjaan. Alasan yang ia buat begitu tepat, terlepas benar atau salah, setidaknya Sara sudah menyetujui ajakannya itu. ‘’Kalau sudah tidak ada yang mau dibicarakan, saya mau kembali bekerja, Pak!’’ ucap

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XLIII/43

    ‘’I-iya, Tuan!’’ Bu Ira tersentak, lalu segera menuju ke kamar mandi dengan perasaan semburat. Ini pertama kali Amar memakinya dengan sangat kasar. Selama ini Bu ira selalu mencari muka kepada Amar, orang lain yang bekerja, namu namanya yang dipuja. Itulah yang menyebabkan Amar begitu mempercayai Bu Ira.Waktu terasa berhenti. Tidak ada satu pun orang yang berani mengajak Amar berbicara. Sedangkan Anton masih setia berdiri tepat di belakang Amar.Kemudian dalam hitungan detik, Sara dan Vilda telah sampai di hadapan Amar.‘Kenapa dia ada di sini?’Hati Sara berdecak, ia terkejut ketika melihat seseorang yang berada di depannya. Dia suaminya, sungguh nyata berada di hadapannya saat ini.Vilda tentu tau sedang berhadapan dengan siapa, sedangkan Sara hanya mengenal bahwa itu adalah suaminya. &l

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XLII/42

    ’Mbak, Vilda?’ Kata Sara dalam hati. Mama muda yang ia temui sewaktu berangkat ke Surabaya, sekarang bisa bertemu kembali dengan keadaan yang berbeda. Wanita itu terlihat lebih terawat dari sebelumnya, apalagi kulit wajahnya begitu bersih, dan bersinar. Tidak! Mungkinkah dia operasi wajah? Bu Ira mengarahkan mata tajamnya ke sumber suara. Dengan bengis mengernyitkan bibirnya. ‘’Oh, jadi kau teman BA baru ini, ya? Baiklah kau bisa membantunya kalau merasa kasihan dengannya!’’ ketus Bu Ira. Lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Perlahan Sara mulai mendekat ke arah Vilda. Dipandanginya wanita itu dengan saksama, hanya untuk memastikan dia wanita di dalam bus itu, atau bukan. ‘’Kamu … Mbak Vilda, bukan?’’ tanya Sara dengan merapikan lengan bajunya. &n

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XLI/41

    Ada dua orang yang sedang memperhatikan mereka dari jarak jauh, mereka bersembunyi di semak-semak. ‘’Kak Zea? dan … Ratri?’’ ucap Sara terkejut. Bagaimana bisa kedua orang itu bisa berada di sini. Tiga tahun tidak bertemu mereka, rasanya ada rindu di dalam hati. Meskipun Ratri pernah memperlakukan Sara dengan cara tidak baik, bagaimana pun juga ia adalah temannya. PROKK … PROKK Amar menepuk kedua tangannya, ia sedang mengkode dua wanita itu. ‘’Kemarilah!’’Kedua wanita itu sedang menghampiri Amar, dan Sara. Rupanya mereka berdua yang telah membantu Amar untuk mempersiapkan kejutan untuk Sara. Tidak

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XL/40

    ‘’Lalu?’’ Sara terlihat begitu tertarik mendengar cerita Amar.Amar menyeka keringat yang menetes dari dahinya, bahkan untuk mengingat masa lalunya itu, ia harus mempersiapkan mentalnya terlebih dahulu.Amar melihat ke arah Sara. Bagaimana pun juga gadis itu adalah istrinya, dia berhak tahu cerita hidup suaminya sendiri. Ia juga tidak tega ketika memandang wajah Sara yang sangat antusias mendengarkan ceritanya. ‘’Semua sudah hancur! Wanita jalang itu telah merebut ayahku, suami dari mamaku.’’ Amar mencengkeram tangannya sendiri dengan kasar, ia terlihat begitu murka ketika mengingat kembali cerita hidupnya.Sara tidak berani berkata apa-apa, ia tidak ingin membuka luka lama dalam hati Amar. Lagipula in

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XXXIX/39

    Guyuran air segar dari atas membasahi tubuh mereka berdua. Dua pasang tangan mengambil posisi untuk meratakan sampo di kepala mereka masing-masing. Kedua tangan Sara memijat dengan lembut baluran sampo di atas kepala Amar. Begitu pula sebaliknya. Sambil memainkan busa yang tertumpuk di badan mereka masing-masing.Selama tiga tahun menikah, ini adalah pertama kalinya mereka mandi berdua. Terlihat begitu intim di bawah guyuran air. Sebuah tawa lepas yang melandas di bibir mereka, membuat suasana semakin terasa milik mereka berdua. Tidak tahu kenapa, Sara merasa bersalah karena telah berburuk sangka kepada suaminya saat itu. Terlebih lagi ia sudah memutuskan untuk bekerja. Bagaimana pun juga Sara harus tetap melanjutkan pekerjaannya itu.Sara segera berkemas, memakai pakaian yang sudah ada di dalam koper.

  • PERSELINGKUHAN ISTRI PENGUSAHA   BAB XXXVIII/38

    Sara terus memejamkan mata untuk merasakan kejantanan suaminya. Rasanya Sara tidak dapat lagi menahan tangannya sendiri untuk tidak bergerak. Dengan bantuan sepasang bola matanya, ia mulai meraba leher Amar yang ditumbuhi bulu-bulu halus. ‘’Cepat Sayang …,’’ ucap Sara sambil mencengkeram erat punggung Amar dengan sepuluh jemarinya. Sara semakin mengerang, lidahnya bertingkah liar, mengecup, dan saling bertukar saliva dengan suaminya itu. Suara kecup dan hentakan saling beradu di dalam ruangan bertirai putih itu.Amar semakin mempercepat gerakannya. Memaju mundurkan pinggulnya agar segera sampai dengan tujuan akhir. Dirinya juga bisa merasakan bahwa senjatanya itu akan segera meledakkan cairan kental yang ma

DMCA.com Protection Status