Pagi ini tidak seperti biasanya, Marlina sarapan sendiri. Sejak bangun tidur tadi Marlina tidak melihat Kelana ada di rumah."Bi, Kelana kenapa tidak sarapan? Apa dia belum bangun tidur?" Tanya Marlina kepada Bi Nah."Maaf Non, tuan dari semalam belum kembali kerumah. Mungkin Pak Rudy lebih tahu.""Hah, tidak pulang?" Marlina langsung berdiri dan berlari ke depan mencari Pak Rudy"Pak, Kelana tidak pulang? Dia kemana?" Marlina memegang lengan Pak Rudy sambil menggoyang-goyangkannya."Iya Non, tapi..." Belum selesai Pak Rudy menjawab pertanyaan Marlina, Kelana sudah nampak dari dalam rumah."Ada apa kamu mencariku?" Nada suara Kelana terdengar agak meninggi."Hei, kemana saja kamu semalam, kenapa tidak pulang?" Marlina langsung menghampiri suaminya."Ada hal yang perlu aku selesaikan, dan itu bukan urusanmu. Cepat kamu berkemas, hari ini kita harus pergi ke suatu tempat." Kelana mendorong Marlina masuk ke dalam rumah."Kita akan kemana, kamu mengajakku liburan? benarkah itu?" Marlina
"Marlina." Terdengar teriakan perempuan dari dalam rumah. "Ibu, aku sangat merindukanmu." Marlina langsung memeluk ibunya yang berlari dalam rumah. "Apa kau tidak merindukan ayahmu ini?" Ayah Marlina berdiri di samping Marlina dan istrinya yang saling berpelukan. "Ayah, bagaimana kabarmu? Aku merindukan kalian semua." Marlina juga langsung memeluk ayahnya. Mereka bertiga terlihat sangat senang sekali, Marlina sampai melupakan ada Kelana dan Pak Rudy yang masih berdiri di luar rumah. Kelana dan Pak Rudy hanya tersenyum melihat tingkah laku keluarga Marlina. Kemudian Ayah Marlina tersadar dan melepaskan pelukannya, lalu berlari kecil menuju luar rumah. "Maafkan kami, silahkan masuk. Mohon maklum, kami bertiga belum pernah berpisah dengan waktu yang cukup lama. Mari-mari..." Ayah Marlina mengajak menantunya dan Pak Rudy masuk ke dalam rumah. "Mari silahkan duduk, rumah kami sangat sederhana, beginilah rumah di desa tidak ada barang yang mewah." Ibu Marlina mempersilahkan Kelana dan
"Kakak kapan datang?" Agha, suara adik Marlina membuat suasana yang awalnya terasa cukup romantis tiba-tiba menjadi sangat canggung. "Agha, sejak kapan kamu datang?" Marlina mencoba bersikap biasa saja, dan mengusap-usap wajahnya. "Ehmmm, baru saja. Kakak kenapa disini?" Agha mendekat kearah Marlina sambil menyipitkan matanya. Dia melihat kearah Kelana dengan tatapan curiga. "Kamu sudah ditunggu ayah, cepat sana ganti baju dan segera bantu ayah." Kelana mencoba mengalihkan perhatian Agha, dia merangkul kepala Agha sambil menariknya berjalan menuju pasar. "Heiii, kenapa kamu memanggil ayahku Ayah." Agha mencoba melepaskan rangkulan Kelana. "Apa maksudmu, aku ini kan kakakmu. Sopanlah sedikit. Ayo cepat." Kelana kembali menarik tubuh Agha untuk berjalan lebih cepat. Marlina masih kaget dengan kejadian yang baru saja terjadi. Dia juga bingung dengan perilaku Kelana yang sok akrab dengan adiknya. "Hei, kenapa kamu masih berdiri di sana?" Kelana berteriak ke arah Marlina. "Haaa,
"Apa yang menjadi pikiranmu, selama sesi latihan tadi sepertinya kamu begitu gelisah." Ibu Sayaka memberikan Kirana secangkir teh hijau. "Ah, tidak aku hanya merasa tegang, sebentar lagi ada ujian akhir, dan minggu depan aku akan ikut perlombaan di Bangkok." Kirana mencoba memutar lengannya agar merasa lebih tenang. "Aku dengar anda tinggal di Jepang cukup lama, Bagaimana dengan Jepang?" "Disana aku merasakan ketenangan, karena memang disana kampung halamanku. Hiroshi juga senang berada di sana. Jepang adalah negara yang sangat menarik. Hal modern bisa sangat berdampingan dengan tradisi yang kuat. Baru-baru ini ada sebuah kontroversi, seorang bangsawan yang akhirnya menikah dengan pacar lamanya." "Benarkah itu, pasti mereka menjadi bahan perbincangan nasional. Hahaha." Karina tertawa mendengar cerita Ibu Sayaka. "Tentu saja, bangsawan itu adalah seorang pewaris tunggal di keluarga bangsawan sekaligus pengusaha. Dia jatuh cinta dengan seorang gadis, temannya semasa kuliah. Mereka m
Sesampainya di Singapura, Kelana langsung bertemu dengan salah satu kliennya. Karena perjalanan yang tidak terlalu melelahkan, maka Kelana memutuskan untuk segera menyelesaikan urusannya dengan beberapa klien sekaligus. Setelah hampir setengah hari dia berkutat dengan urusan pekerjaan, Kelana memutuskan untuk istirahat saja di hotel, karena besok dia masih ada pertemuan dengan klien yang lain. Sebelum kembali ke kamar hotel, Kelana ingin bersantai di restoran hotel. Ketika sedang menikmati kopinya, dia di kejutkan dengan suara perempuan. "Apakah kopi disini enak?" Suara perempuan itu mengejutkan Kelana. "Astaga, apa yang kamu lakukan di sini?" Kelana sedikit beranjak dari duduknya karena terkejut. "Aku mengejutkanmu?" Perempuan itu lalu duduk di samping Kelana. "Bukankah kamu seharusnya ada di Thailand? Apakah tempatnya berubah?" Kelana melihat sekeliling karena seharusnya Kanaya berada di Thailand untuk koompetisi. "Kamu tidak senang aku berada di sini?" Kanaya mencoba memeluk K
Sementara itu selama Kelana berada di luar negri, Marlina setiap hari harus belajar mengelola perusahaan. Dia merasa sangat beruntung karena ada Hiroshi yang selalu membantunya. Meskipun sering menemui kesulitan, namun Marlina tidak mudah menyerah. Dia terus mencoba dan tidak sungkan untuk bertanya kepada Hiroshi maupun kepada pegawai yang lain. "Apa kamu masih ingin lembur?" Hiroshi berdiri di depan meja kerja Marlina. "Ohhhh, sudah jam berapa ini?" Marlina kaget mendengar suara Hiroshi. "Sudah lebih dari jam 7, yang lain juga sudah pulang. Kamu mau jadi penunggu kantor ini?" "Bukankah aku terlalu cantik untuk sesosok hantu penunggu gedung?" Marlina mengusap-usap mukanya. "Hahahahaha, kalau kamu hantunya, aku rela setiap hari kamu ganggu." "Aku sangat lapar, tapi aku harus segera pulang." Marlina membereskan mejanya dan memasukkan barang bawaannya ke dalam tas. "Lahhhh, kenapa kita tidak makan dulu saja. Deket sini ada ayam goreng yang sambelnya terkenal enak, Aku yakin kamu
"Tika, Raptor hari sabtu manggung di kampus kan, kita pakai baju apa bagusnya?" Tiwi merangkul sahabatnya Tika. "Gimana kalau pulang kuliah nanti kita mampir ke mall, sepertinya ada diskon, lumayan kan." jawab Tika semangat. "Kalian kan kuliah buat jadi desainer, baju masih aja beli gak jelas." celetuk Ranti yang duduk di belakang kedua sahabatnya itu. "Lagian apa itu Raptor, kumpulan bangsa dinaosaurus, jaman purba?" "Kamu yang dari purbakala, seluruh kampus juga tahu, siapa itu Raptor. " jawab Tika ketus. Tiba-tiba dari samping Marlina datang langsung mengambil handphone Tika, dia menggoda dua sahabatnya yang menjadi fans berat grup Band Raptor. Marlina berlarian mengelilingi kelas sambil menghindar dari kejaran Tika dan Tiwi. "Hehhh...., Marlina kembalikan HP ku, awas kau!!!" Tika berteriak sambil mengejar Marlina. "Kalian kenapa seperti anak kecil, lagian mau seperti apa kalian berpakaian itu dinosaurus juga gak akan melihat kalian." Ranti bergegas menarik tangan Marlina, se
"Ini tidak mungkin! Mana kembalikan cincin itu, akan aku kembalikan kepada mereka." Marlina tampak memanyunkan mulutnya. "Kamu tidak dapat melakukan itu tuan putriku." Ibu Marlina langsung memarahi putrinya. "Kalian tidak bisa melakukan ini padaku, kalian ingin menjualku?!" Marlina berdiri dari duduknya dan langsung mengambil cincin yang berada di atas meja. "Kita hidup di abad berapa sekarang, masih harus memaksaku menikah, seperti orang kuno saja!!" "Ibu akan membelikanmu mesin jahit terbaru." Ibu coba merayu putri nya. "Apa maksud Ibu, sekarang bukan waktunya membicarakan tentang mesin jahit. Ibu dan Ayah bayangkan seorang pewaris perusahaan ternama di negara ini akan menikah dengan orang sepertiku? Ini sungguh menggelikan!" Marlina mencoba mencari-cari alasan "Apakah kau tidak mendengar tadi, Pak Rudi sekretaris pribadi mereka mengatakan bahwa putra pewaris tunggal telah menerima dan menghendaki perkawina ini." Ayah Marlina mencoba meyakinkan. "Aku tak tahu apa yang merasuki
Sementara itu selama Kelana berada di luar negri, Marlina setiap hari harus belajar mengelola perusahaan. Dia merasa sangat beruntung karena ada Hiroshi yang selalu membantunya. Meskipun sering menemui kesulitan, namun Marlina tidak mudah menyerah. Dia terus mencoba dan tidak sungkan untuk bertanya kepada Hiroshi maupun kepada pegawai yang lain. "Apa kamu masih ingin lembur?" Hiroshi berdiri di depan meja kerja Marlina. "Ohhhh, sudah jam berapa ini?" Marlina kaget mendengar suara Hiroshi. "Sudah lebih dari jam 7, yang lain juga sudah pulang. Kamu mau jadi penunggu kantor ini?" "Bukankah aku terlalu cantik untuk sesosok hantu penunggu gedung?" Marlina mengusap-usap mukanya. "Hahahahaha, kalau kamu hantunya, aku rela setiap hari kamu ganggu." "Aku sangat lapar, tapi aku harus segera pulang." Marlina membereskan mejanya dan memasukkan barang bawaannya ke dalam tas. "Lahhhh, kenapa kita tidak makan dulu saja. Deket sini ada ayam goreng yang sambelnya terkenal enak, Aku yakin kamu
Sesampainya di Singapura, Kelana langsung bertemu dengan salah satu kliennya. Karena perjalanan yang tidak terlalu melelahkan, maka Kelana memutuskan untuk segera menyelesaikan urusannya dengan beberapa klien sekaligus. Setelah hampir setengah hari dia berkutat dengan urusan pekerjaan, Kelana memutuskan untuk istirahat saja di hotel, karena besok dia masih ada pertemuan dengan klien yang lain. Sebelum kembali ke kamar hotel, Kelana ingin bersantai di restoran hotel. Ketika sedang menikmati kopinya, dia di kejutkan dengan suara perempuan. "Apakah kopi disini enak?" Suara perempuan itu mengejutkan Kelana. "Astaga, apa yang kamu lakukan di sini?" Kelana sedikit beranjak dari duduknya karena terkejut. "Aku mengejutkanmu?" Perempuan itu lalu duduk di samping Kelana. "Bukankah kamu seharusnya ada di Thailand? Apakah tempatnya berubah?" Kelana melihat sekeliling karena seharusnya Kanaya berada di Thailand untuk koompetisi. "Kamu tidak senang aku berada di sini?" Kanaya mencoba memeluk K
"Apa yang menjadi pikiranmu, selama sesi latihan tadi sepertinya kamu begitu gelisah." Ibu Sayaka memberikan Kirana secangkir teh hijau. "Ah, tidak aku hanya merasa tegang, sebentar lagi ada ujian akhir, dan minggu depan aku akan ikut perlombaan di Bangkok." Kirana mencoba memutar lengannya agar merasa lebih tenang. "Aku dengar anda tinggal di Jepang cukup lama, Bagaimana dengan Jepang?" "Disana aku merasakan ketenangan, karena memang disana kampung halamanku. Hiroshi juga senang berada di sana. Jepang adalah negara yang sangat menarik. Hal modern bisa sangat berdampingan dengan tradisi yang kuat. Baru-baru ini ada sebuah kontroversi, seorang bangsawan yang akhirnya menikah dengan pacar lamanya." "Benarkah itu, pasti mereka menjadi bahan perbincangan nasional. Hahaha." Karina tertawa mendengar cerita Ibu Sayaka. "Tentu saja, bangsawan itu adalah seorang pewaris tunggal di keluarga bangsawan sekaligus pengusaha. Dia jatuh cinta dengan seorang gadis, temannya semasa kuliah. Mereka m
"Kakak kapan datang?" Agha, suara adik Marlina membuat suasana yang awalnya terasa cukup romantis tiba-tiba menjadi sangat canggung. "Agha, sejak kapan kamu datang?" Marlina mencoba bersikap biasa saja, dan mengusap-usap wajahnya. "Ehmmm, baru saja. Kakak kenapa disini?" Agha mendekat kearah Marlina sambil menyipitkan matanya. Dia melihat kearah Kelana dengan tatapan curiga. "Kamu sudah ditunggu ayah, cepat sana ganti baju dan segera bantu ayah." Kelana mencoba mengalihkan perhatian Agha, dia merangkul kepala Agha sambil menariknya berjalan menuju pasar. "Heiii, kenapa kamu memanggil ayahku Ayah." Agha mencoba melepaskan rangkulan Kelana. "Apa maksudmu, aku ini kan kakakmu. Sopanlah sedikit. Ayo cepat." Kelana kembali menarik tubuh Agha untuk berjalan lebih cepat. Marlina masih kaget dengan kejadian yang baru saja terjadi. Dia juga bingung dengan perilaku Kelana yang sok akrab dengan adiknya. "Hei, kenapa kamu masih berdiri di sana?" Kelana berteriak ke arah Marlina. "Haaa,
"Marlina." Terdengar teriakan perempuan dari dalam rumah. "Ibu, aku sangat merindukanmu." Marlina langsung memeluk ibunya yang berlari dalam rumah. "Apa kau tidak merindukan ayahmu ini?" Ayah Marlina berdiri di samping Marlina dan istrinya yang saling berpelukan. "Ayah, bagaimana kabarmu? Aku merindukan kalian semua." Marlina juga langsung memeluk ayahnya. Mereka bertiga terlihat sangat senang sekali, Marlina sampai melupakan ada Kelana dan Pak Rudy yang masih berdiri di luar rumah. Kelana dan Pak Rudy hanya tersenyum melihat tingkah laku keluarga Marlina. Kemudian Ayah Marlina tersadar dan melepaskan pelukannya, lalu berlari kecil menuju luar rumah. "Maafkan kami, silahkan masuk. Mohon maklum, kami bertiga belum pernah berpisah dengan waktu yang cukup lama. Mari-mari..." Ayah Marlina mengajak menantunya dan Pak Rudy masuk ke dalam rumah. "Mari silahkan duduk, rumah kami sangat sederhana, beginilah rumah di desa tidak ada barang yang mewah." Ibu Marlina mempersilahkan Kelana dan
Pagi ini tidak seperti biasanya, Marlina sarapan sendiri. Sejak bangun tidur tadi Marlina tidak melihat Kelana ada di rumah."Bi, Kelana kenapa tidak sarapan? Apa dia belum bangun tidur?" Tanya Marlina kepada Bi Nah."Maaf Non, tuan dari semalam belum kembali kerumah. Mungkin Pak Rudy lebih tahu.""Hah, tidak pulang?" Marlina langsung berdiri dan berlari ke depan mencari Pak Rudy"Pak, Kelana tidak pulang? Dia kemana?" Marlina memegang lengan Pak Rudy sambil menggoyang-goyangkannya."Iya Non, tapi..." Belum selesai Pak Rudy menjawab pertanyaan Marlina, Kelana sudah nampak dari dalam rumah."Ada apa kamu mencariku?" Nada suara Kelana terdengar agak meninggi."Hei, kemana saja kamu semalam, kenapa tidak pulang?" Marlina langsung menghampiri suaminya."Ada hal yang perlu aku selesaikan, dan itu bukan urusanmu. Cepat kamu berkemas, hari ini kita harus pergi ke suatu tempat." Kelana mendorong Marlina masuk ke dalam rumah."Kita akan kemana, kamu mengajakku liburan? benarkah itu?" Marlina
Hari ini Kanaya masuk kuliah dengan perasaan yang masih sangat kesal dengan perlakuan Kelana tempo hari. Dia tidak terlalu bersemangat dengan jadwal kuliah hari ini. Dia berjalan di lorong kampus hendak menuju kantin kampus. Ketika dia melewati toilet, terdengar percakapan beberapa gadis yang menyebut namanya. "Apakah kau tahu, Kanaya telah dicampakkan oleh Kelana. Semua siswa seni tahu kalau mereka sudah sudah menjalin hubungan sejak lama." "Aku tidak yakin mereka sudah tidak berhubungan sama sekali. Aku kira dia menjadi simpanan sekarang." "Bukankah itu rendahan sekali, seorang wanita simpanan. Dia wanita berkelas, tidak sepatutnya dia menjadi seperti itu." "Aku kasihan padanya, aku lihat mereka sangat cocok. Dia masih harus melihat Kelana setiap hari di kampus, bahakan sekarang Kelana selalu datang bersama dengan istrinya. Kalau aku menjadi Kanaya, aku pasti sudah tidak kuat. Aku memilih pindah kampus atau ambil beasiswa ke luar negeri." "Betul juga, aku dengar dulu dia pernah
"Sebaiknya hari ini kamu tidak ada rencana, aku akan mengajarimu main golf." Kelana beranjak dari kursinya dan meninggalkan Marlina yang masih menikmati sarapannya. "Ini kan hari minggu, aku mau tiduran di rumah saja. Lagi pula buat apa aku harus belajar main golf, temanku tidak ada yang bisa bermain juga. Aku juga tidak berminat dengan mainan itu." Marlina menjawab dengan nada kesal. "Sudah nurut saja, aku tidak menawari tapi aku menyuruhmu belajar. Kamu tidak bisa memilih. Cepat selesaikan sarapanmu. 30 menit lagi kita harus berangkat, aku tidak akan menunggumu." Dengan wajah manyun, Marlina bergegas menyelesaikan makanannya. Entah apa yang sebenarnya yang dirasakan Marlina, namun setiap perkataan Kelana dia pasti akan menurut saja. Setelah selesai makan dia kemudian menuju kamarnya untuk berganti pakaian, dan di atas tempat tidurnya sudah disiapkan pakaian untuknya bermain golf. "Kelana, bagaimana penampilanku, bukankah ini cocok untuk ku?" Marlina berdiri tepat di depan Kelana
Hari ini adalah hari ulang tahun Kelana. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Kelana merayakan ulang tahun bersama dengan teman-teman band nya. Kelana kali ini merayakan ulang tahun di villa pribadi keluarga. Selain teman band yang datang, ada teman-teman Marlina yang juga diundang atas permintaan Marlina. Tak lupa Hiroshi pun juga datang di acara itu. Terlihat Kelana dan Marlina memasuki tempat acara diadakan. Tidak seperti pasangan suami-istri yang baru saja menikah, Kelana sangat tidak peduli dengan Marlina yang berjalan dibelakangnya. Sikap dingin Kelana begitu mencolok terlihat, namun Marlina selalu nampak ceria walaupun perlakuan Kelana seperti itu. Kelana berjalan dan menyapa teman-temannya yang sudah datang."Kamu tahu siapa tamu spesial hari ini?" Joe menarik tangan Kelana. Joe adalah gitaris dari band Kelana."Apa maksudmu?" Kelana sedikit penasaran."Selamat ulang tahun Kelana." Kanaya menjulurkan tangannya.Kelana nampak canggung menyambut tangan Kanaya. Marlina pun merasa tida