Keesokan harinya Arsya bertemu dengan Rama, ia bertemu di perusahaan Louwen. Rama sendiri tampak kacau mendengar penjelasan bahwa Sera bukanlah anaknya. Juga ternyata istrinya yang berpura-pura baik selama berpuluh-puluh tahun. Ya! Arsya memberitahu semuanya kepada Rama tanpa terkecuali.
Tentu saja Arsya menjelaskan semua ini disertai bukti-bukti kuat agar Rama percaya. Sekarang dia duduk bersender di tembok dengan pikiran berkecamuk. Semuanya seolah tak dapat dipercaya, namun semua bukti yang Arsya berikan benar adanya.
"Mereka pergi tanda pamitan sama om?" tanya Arsya.
"Saya baru mengetahui mereka pergi dari bodyguard, saya tak habis pikir dengan jalan pkiran mereka berdua," jawab Rama.
"Mereka merencanakan hal buruk untuk keluarga kita," ungkap Arsya.
Rama mendekat ke arah Arsya. "Terima kasih sudah menjaga Sera dan menyelesaikan kasus ini," ujarn
Arsya mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, sebab baru saja ia mendapat kabar bahwa rumahnya di serang dan Sera berada di rumah hanya dengan Lita. Setelah mengendarai mobil secara ugal-ugalan, akhirnya Arsya sampai di depan mansionnya.Ia melepas sabuk pengamannya dan segera keluar dari dalam mobil. Matanya melhat kondisi rumah bagian depan berantakan, bodyguard yang terbaring lemah di atas dinginnya lantai. Ia masuk ke dalam dan membantu para anggota black rose menghadapi penyusup.BughBughBugh"Berani-beraninya kau datang ke sini?!" bentak Arsya seraya membabi buta om salah satu di antara mereka."Uhuk, uhuk, kau akan mati!""Kau yang akan mati terlebih dahulu!" desis Arsya.BughBughBughArsya kembali mem
Sera bertemu dengan Rama di kediaman Louwen, sepasang ayah dan anak itu berpelukan menyampaikan perasaan bersalah satu sama lain. Sera yakin kalau Rama sudah berubah, dan ia percaya dengan Rama. Setelah sekian lama ia bisa merasakan pelukan Rama kembali.Ia menangis bahagia, namun ada perasaan janggal di hatinya yang entah ia tak tau penyebabnya apa. Di ruang tamu cukup sepi, ia bisa menangis tanpa orang asing dengar. Sampai akhirnya ia melepaskan pelukannya dari Rama."Mama ke mana, pa?" tanya Sera dengan suara pelan."Mama pergi tanpa kasih tau papa," jawab Rama berbohong. Rama sudah berjanji kepada Arsya untuk tak mengungkapkan semuanya kepada Sera dalam waktu dekat ini."Papa sama mama bertengkar?" tanya Sera.Rama mengangguk kaku. "Mama lebih memihak Liora, padahal dia pura-pura baik," jawabnya."Papa jangan sedih, mam
Giory dan Louwen berduka, tertua keluarga mereka meninggal dunia sejak pagi tadi. Arsya menangis mengetahui fakta ini, dan sekarang ia berada di mansion. Di depannya sudah ada 2 peti yang berisi jenazah kakek dan neneknya. Bodyguard Giory turut sedih, mereka tak kuasa menerima berita ini.Karangan bunga ucapan bela sungkawa berjejer rapi di depan mansion. Ini benar-benar mengejutkan, bahkan yang lebih mengejutkannya lagi opa dan oma Sera meninggal karena kecelakaan sewaktu hendak menemui Sera. Ia dan Sera berduka, dan sekarang Sera berada di mansion Louwen."Kek, nek, bangun hiks hiks, Arsya mohon," lirih Arsya memeluk peti mati itu.Reta dan Alif mendekat ke arah sang anak. "Ikhlaskan nenek dan kakek, jangan buat mereka sedih sayang," ucap Reta yang kini sama-sama terlukanya seperti Arsya."Mereka enggak boleh pergi hiks hiks, Arsya masih butuh mereka, Bun," sahut Arsya. 
Di samping 2 gundukan tanah Arsya berada, kakek dan neneknya sudah di makamkan secara tertutup. Tak ada wartawan yang bisa masuk ke dalam pemakaman ini. Tatapannya kosong, berharap ini cuma mimpi. Rasa bersalahnya menyeruak ketika ia tak berhasil menemukan mereka.Ia tak menangis, namun sorot matanya sendu tak kala teringat peristiwa manis saat bersama dengan kakek dan neneknya. Alif dan Reta jongkok di samping kanan dan kirinya, mereka tak henti-hentinya menguatkan dirinya lewat elusan. Ia benar-benar lemah sekarang."Yuk kita pulang," ajak Reta.Arsya menggeleng pelan. "Aku masih mau ada di sini," ungkap Arsya."Kamu jangan gini, Arsya, bunda mohon," lirih Reta yang malah ikut sedih dengan keadaan Arsya yang seperti ini."Pulang, Arsya!" titah Alif penuh penekanan."Kalian bisa pulang sendiri," jawab Arsya tanpa melihat k
Di halaman luar, Citra dan Liora berdiri. Mereka baru saja mendapatkan kabar bahwa tertua Giory dan Louwen sudah tiada. Tentu saja mereka sangat senang mendengar fakta ini, Hesa berhasil melakukan misinya. Mereka berdua tengah berpesta dengan berbagai macam minuman beralkohol.Musik disko sengaja dinyalakan guna merayakan kemenangan mereka, bukan merayakan lebih tepatnya rencana mereka berhasil. Melenyapkan tua bangka seperti mereka merupakan tugas yang sangat mudah. Tanpa mereka sadari, Hesa berjalan dari arah belakang dengan wajah penuh kemenangan."Bagaimana dengan Arsya dan Sera?" tanya Citra saat Hesa sudah berdiri di sebelahnya."Mereka kacau dan aku senang," balas Hesa tersenyum smirk."Tapi mereka mencari kita sekarang," ucap Liora dengan nafas gusar."Kita akan kembali ke sana," balas Hesa."Nanti kita akan ketangk
Sera mengurung diri di kamarnya, ia sedih kemarin malam mengetahui fakta bahwa ia bukan anak kandung dari Rama. Sejak semalam hingga pagi pukul 8 ia masih berada di kamar seorang diri. Sengaja ia mematikan CCTV supaya mereka tak ada yang tau keadaan dirinya.Ia benar-benar menghabiskan waktu dengan menangis, menangis, dan menangis. Ujian datang bersamaan, siapa yang sanggup? Fakta ini membuat dirinya kecewa dan marah bercampur menjadi satu. Sedangkan di luar kamar, terdapat Arsya dan Lita yang mengetuk pintu kamar Sera.TokTokTok"Sera, buka pintunya," ucap Lita."Aku khawatir sama keadaan Sera," imbuh Lita."Cari kunci cadangan, atau minta kepada ketua bodyguard yang ada di sini," suruh Arsya.Lita segera melaksanakan apa yang Arsya ucapkan. Sedangkan di sini Arsya tetap mengetuk pintu
Lita berjalan menyusuri mansion Louwen, tadi saat ingin ke kamar Sera ia melihat dia bersama dengan ibu kandungnya. Alhasil ia memutuskan untuk berjalan di sekeliling mansion ini, lagi pula ia sudah lama tak berada di sini. Namun matanya melihat seorang anak kecil berada di pinggir kolam.Segera ia menghampirinya, agaknya dia masih berumur 3 tahun. Apakah dia anak dari bodyguard yang ada di sini? Jika iya mengapa dibiarkan berada di dekat kolam renang. Apalagi anak laki-laki itu bermain air dan diciprat-cipratkan hingga membuat bajunya sedikit basah."Hai adek ... Kenapa di sini sendirian?" tanya Lita.Anak kecil itu menoleh ke arah Lita. "Wajah kakak milip Afa, apa kakak mama Afa?" tanya anak kecil itu.Lita memekik gemas melihat gaya bicara anak itu, dengan segera ia menggendongnya. Bukannya memberontak, anak laki-laki itu malah memeluknya dengan erat. Ia akui jika wajahnya
Sera berada di kamarnya bersama dengan Lia, ia sudah tak canggung lagi berada di dekat beliau. Robet dan Lia sendiri memang ia suruh untuk tetap berada di mansion Louwen. Arsya sendiri pamit katanya pergi ke kantor dari beberapa jam yang lalu.Ia sekarang tiduran di paha Lia sembari menonton film luar negeri. Sangat nyaman berada di posisi ini, namun di sisi lain ia juga merindukan kehangatan yang Citra berikan. Aish! Ia tak boleh lagi berpikir seperti itu, sama saja menyakiti hati Lia yang mana beliau sudah menjadi ibu kandungnya."Kenapa mama percaya kalau masih punya anak?" tanya Sera."Dulu sewaktu kamu lahir, dokter bilang jenis kelaminnya laki-laki. Namun saat USG perempuan, dulu mama dan papa berpikir mungkin dokter waktu USG kamu salah. Dokternya juga udah berumur," jawab Lia."Berapa kali mama USG?" tanya Sera lagi."Beberapa kali sih dan ha
Pagi harinya Sera disibukkan dengan kegiatan rutinnya, yaitu membantu Skay dan Darka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Jangan lupakan fakta bahwa ia juga harus membantu Arsya bersiap-siap ke kantor, semuanya berteriak di tempat masing-masing membuat ia pusing. Darka dan Skay berada di kamarnya, dan Arsya juga berada di kamar. Mereka mencari sesuatu tak ketemu-ketemu sedangkan Arsya pun begitu, dia tak mau mencari sendiri dan berakhir saling bersahutan dengan Skay dan Darka memanggil nama Sera. "Momy, dasi dedek mana?" "Momy kaos kaki Skay hilang, mau beli lagi." "Kaos kaki kakak enggak hilang, jadi enggak usah beli lagi!" "Dasi dedek ada di kasur!" "Sayang berteriak lah, suara kamu enggak kedengaran oleh mereka." "Kamu juga! Dari dulu enggak mau pakai dasi sendiri." Begitulah perdeba
Seperti apa yang dikatakan tadi, Arsya dan Sera sudah berada di taman bermain khusus untuk anak-anak. Mereka duduk di bangku panjang bersama dengan Rian dan Lita, anak-anak bermain di depan sana. Lita membawa anaknya yang berusia 1,5 tahun berjenis kelamin laki-laki.Anaknya lucu dan mirip sekali dengan Rian dan Lita, Arsya sendiri berbincang-bincang dengan om nya itu. Rian sendiri sedikit terkejut melihat Arsya yang sudah dewasa dan penuh wibawa, sementara Sera dan Lita menghibur baby boy itu. Dua sahabat itu sama-sama sudah menikah dan mempunyai anak."Astaga, aku lupa nanya nama anak kamu," ujar Sera sembari menepuk jidatnya."Namanya Razka, itu yang kasih nama Rafa," jawab Lita."So sweet banget, Rafa pasti seneng punya adek laki-laki, dia juga udah besar terakhir kali ketemu dia masih nangis kalau minta eskrim," ucap Sera."Rafa baik banget, per
4 Tahun berlalu, kini kedua anak Arsya dan Sera sudah berumur 4 tahun. Mereka sangat aktif, apalagi Skay yang suka sekali mengganggu adiknya. Setiap beberapa bulan pasti keluarga Arsya atau Sera datang ke sini dan menginap selama 1 atau 2 bulan lamanya.Arsya mempunyai rumah mewah yang ukurannya tak terlalu besar, ia tak lagi tinggal di apartemen sejak 3 tahun yang lalu. Karena anak-anaknya sangat aktif, apalagi lantai apartemen berada paling atas. Jadi lebih baik mencegah sebelum hal buruk akan terjadi. Sekarang ini Arsya dan Sera berada di ruang bermain milik Skay dan Darka."Momy, dady, kenapa enggak adek aja sih yang jadi kakak?" tanya Darka yang saat ini berada di pangkuan Sera."Karena kakak kamu lahir duluan," jawab Sera seadanya."Teman-teman adik yang laki-laki jadi abang semua, adek sendiri yang jadi adek," ucap Darka."Memangnya kenapa kamu mau
Sera dan Arsya berada di trotoar, masing-masing dari mereka mendorong stroller yang berisikan baby Skay dan baby Darka. Mereka akan pergi menuju taman, karena di sana ada bazar. Sudah lama sekali Sera datang ke acara seperti itu, dan baru sekarang kesampean.Kedua anaknya pun sudah bisa sedikit untuk di atur, makanya ia berani membawa mereka keluar dari apartemen. Arsya berjalan sembari mendengarkan musik dari headset miliknya, tenang saja ia masih bisa mendengarkan jika Sera berbicara begitu juga dengan celotehan Skay dan Darka."Kamu beli tiketnya supaya kita bisa masuk," suruh Sera saat mereka sudah sampai di pintu masuk taman."Beli berapa?" tanya Arsya."2 aja, Skay sama Darka masih kecil," jawab Sera."Baiklah." Arsya berjalan membeli tiket, sementara Sera memegang dua stroller.Tak lama kemudian Arsya kembali, mereka
Detik, menit, jam, hari berlalu begitu cepat. Tepat pukul 3 dini hari Sera melahirkan 2 anaknya dalam keadaan sehat. Saat ini pun Arsya berada di ruang rawat Sera, tadi saat bayinya lahir ia meneteskan air mata karena terharu. Beberapa menit yang lalu Sera baru saja selesai menyusui kedua anaknya.Kebahagiaan semakin bertambah tak kala anak mereka berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, mereka mempunyai anak yang sepasang. Kedua anak itu sedang digendong oleh kedua neneknya yang baru saja datang. Suasana di sini ramai karena ada keluarga Arsya dan Sera, sedangkan Arsya sendiri menemani Sera di brankarnya."Terima kasih Sera," ucap Arsya tulus dari hati yang paling dalam."Sama-sama," balas Sera sembari tersenyum. Ia bangga dengan dirinya sendiri yang berhasil melahirkan dua anak itu dengan normal walapun resikonya tinggi."Arsya, kamu enggak mau gendong baby boy nya?" tanya
Tak terasa perut Sera sudah membesar, Arsya pun semakin protektif kepada Sera. Sera pun masih mengalami mual dan muntah tapi ia bersyukur karena masih ada Arsya di sekitarnya. Arsya selalu siap jika ia butuhkan, dia laki-laki yang siaga dalam 24 jam. Arsya juga selalu mengingatkan Sera agar dia minum obat tepat waktu.Hari-hari mereka habiskan dengan jalan-jalan berkeliling sembari menghapal tempat-tempat yang ada di sini. Kemarin Arsya belanja banyak sekali baju untuk Sera, dan saat ini pun mereka tengah belanja baju untuk kedua baby mereka yang sebentar lagi akan lahir. Walapun sedang mengandung, Sera masih saja terlihat cantik."Kamu kalau ambil jangan ragu-ragu, ambil sepuas kamu sayang," ucap Arsya."Nanti enggak kepake kalo banyak-banyak," sahut Sera malas."Cari warna yang netral yang cocok untuk laki-laki dan perempuan," pesan Arsya."Iya, ak
Pagi harinya Sera terbangun, ia mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Ia melihat ke samping tempat tidur, ia sama sekali tak menemukan keberadaan Arsya di sini. Lantas ia berdiri, semoga saja pagi ini ia tak mual. Ia mencium bau lezat, dengan segera ia berjalan keluar dari kamar. Baunya semakin tercium.Sera berjalan ke dapur, ia melihat Arsya berada di sana dengan celemek melekat di tubuh atletis nya. Ia menggeleng pelan melihat tingkah Arsya dalam memasak, bagaimana tidak dia memakai tutup panci yang terbuat dari kaca untuk melindungi mukanya. Jaraknya dengan kompor ada kali satu meter."Masakan kamu bisa gosong Arsya," ucap Sera sembari menggeleng-gelengkan kepala."Minyaknya meletup-letup, mulai sekarang aku enggak bakal ijinin kamu masak. Bisa-bisa kulit kamu terbakar kena mintak panas," oceh Arsya."Ya iyalah, goreng ayah ya gitu. Kalau mau enggak ada minyaknya pakai aja
Arsya berada di dalam kantornya, ia berkutat dengan banyak sekali berkas-berkas yang harus di revisi. Sudah 4 jam ia hanya duduk di sini sedari tadi, juga ia harus lebih mengenal lagi sekretaris barunya. Untuk bahasa ia tak terlalu kesulitan, sebab sebagian karyawan di kantor sini memang di ambil dari negara asalnya.Karena sangat kesulitan mencari pegawai baru yang asli dari sini, jadi tak ada cara lain selain mengambang karyawan dari sana. Ia di ruangan ini bersama dengan sekretarisnya, dia lah yang membantu ia bekerja selama di sini. Dan dia lah yang memperkenalkan dirinya sebagai atasan kepada pegawai di sini."Apakah saya ada jadwal meeting?" tanya Arsya."Tidak, untuk hari ini bapak tak ada jadwal meeting.""Bisakah kau menyuruh mereka untuk lembur lagi? Perasaan saya tak enak kepada istri saya," ucap Arsya."Bisa pak.""Yasudah, saya
4 Bulan berlalu, pagi ini Sera berada di dalam apartemennya. Arsya sudah berangkat kerja dari 1 jam yang lalu, entah mengapa hari ini badannya terasa tak enak. Ia sudah berkali-kali keluar masuk kamar mandi untuk memutahkan isi perutnya. Sekarang ia tertidur di kasur dengan posisi miring.Ia pusing, lemas, mual, semuanya bercampur menjadi satu. Ia bari kepikiran bahwa dirinya belum datang bulan selama 2 bulan lamanya, lantas ia merubah posisinya menjadi duduk. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, apakah ia hamil? Sebab rasa mual ini sama sekali tak pernah dirinya dapatkan sebelumnya."Apakah aku hamil? Aku juga udah 2 bulan enggak datang bulan," batin Sera bertanya-tanya."Aku harus periksa ke dokter," gumam Sera, ia menelepon seseorang. Dia adalah pegawai yang ada di apartemen ini, ia pun kenal baik dengan dia karena dia berasal dari negara yang sama seperti dirinya.