Beranda / Romansa / PERNIKAHAN SEHARI / Bab 4 - Jangan Bikin Malu Keluarga!

Share

Bab 4 - Jangan Bikin Malu Keluarga!

Penulis: Nona Petrichor
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-02 23:21:21

Aksa memasak dengan kondisi kepala yang dipenuhi bayang-bayang Ayra. Gila saja, semalaman suntuk Aksa tidak dapat tidur hanya karena perempuan mungil itu.

Sepanjang malam Ayra tidak berhenti mengigau. Tidurnya pun tampak seperti jarum jam yang menjelajahi setiap inci kasur ukuran king size milik Aksa. Terlebih lagi dengan kenyataan bahwa Ayra tidur menggunakan dress selutut. Hal itu membuat Aksa mati-matian menahan diri untuk tidak berbuat macam-macam. Ia bahkan mengeluarkan beberapa selimut yang masih baru untuk dapat menutupi tubuh Ayra yang posisi tidurnya tidak terkondisikan itu.

Ayra juga tidak mau lampu kamar dimatikan. Katanya sih, ia takut gelap. Itu sangat bertolak belakang dengan Aksa yang jika tidur harus dalam kondisi lampu mati. Jadilah pria itu kesulitan terlelap dengan nyaman.

Sementara di dalam kamar, Ayra terbangun karena indra penciumannya yang menangkap aroma sedap masakan. Ia mengucek mata dan mengitari pandangan ke sepenjuru kamar. Beberapa saat setelahnya, ia pun teringat jika semalam ia tidur di rumah Aksa.

Gadis manis itu turun dari ranjang dengan susah payah lantaran ada banyak sekali selimut yang terlihat tidak beraturan di atas tempat itu. Ia melangkah ke dapur dan menemukan punggung tegap Aksa yang sedang memasak membelakangi posisi Ayra berdiri saat ini. Bibir mungil nan menggemaskan Ayra tersenyum. Pria itu terlihat sangat seksi saat sedang memasak begitu.

Ayra memilih berdiam diri di sana dan mengamati punggung tegap Aksa. Ia tidak mau menyia-nyiakan pemandangan indah ini.

Saat masakan yang ada di teflon matang, Aksa pun menyajikannya di piring. Saat ia berbalik badan hendak meletakkan piring tersebut, sorot matanya segera tertuju pada Ayra yang sedang senyum-senyum menatapnya di pintu.

“Oh, kamu udah bangun. Kirain masih tidur,” ujar Aksa yang membuat lamunan Ayra buyar dengan seketika.

Gadis itu menyengir. Ia merapikan rambut pendeknya yang tidak begitu berantakan. “Aroma masakannya enak,” kalimat Ayra yang diiringi cengiran lucu.

“Ayo sarapan dulu.”

Ayra mengangguk patuh. Ia pun melangkah dan segera duduk di kursi yang letaknya berseberangan dengan Aksa. Bola mata Ayra berbinar-binar menatap makanan yang tersaji. “Mas Aksa yang masak ini?”

“Iya lah, emang siapa lagi kalau bukan saya? Coba kamu cicipin,” kalimatnya seraya melepas celemek dan meletakkan ke tempat semula.

Bola mata Ayra langsung melebar setelah ia melahap satu sendok makanan yang masih panas tersebut. “Ya ampun, ya ampun, ya ampun, rasanya enak banget sampai mau meninggoy! Ini serius Mas Aksa yang masak? Kok enaknya kebangetan?” ujar Ayra dengan heboh.

Aksa hanya terkekeh pelan melihat hal itu. Saat mereka berdua sedang makan, tiba-tiba Ayra merasa jika ada sesuatu yang bergerak-gerak di kakinya. Ia pun melongok dan segera mendapati seekor kucing angora berwarna orange sedang hilir mudik di sana.

“Ih, gemoy banget! Push,” pekik Ayra yang merasa gemas dengan binatang berbulu tersebut.

Aksa mengikuti arah pandang gadis di depannya. “Bowo,” ucapnya seraya menjetikkan jari ke arah kucing angora tersebut. Binatang itu malah mendekat dan langsung dibawa ke atas pangkuan Aksa.

Ayra yang mendapati hal itu langsung mengernyit. “Bowo?” tanyanya heran.

Aksa mengangguk santai seraya menyendok nasi. “Ini Bowo, kucing saya.”

Ayra hanya bisa menyengir seraya menggaruk kepala yang tidak gatal. ‘Kucing kok namanya Bowo. Kayak nggak ada nama lain aja,’ batinnya.

Selesai sarapan, Aksa pun mengantar Ayra untuk pulang menggunakan mobilnya. Sekalian pria itu hendak ke restoran miliknya yang sebenarnya tidak jauh-jauh amat dari rumah. Saat Ayra baru memasuki mobil, gadis itu tampak menghela napas berat. Aksa tidak tahu apa yang saat ini sedang Ayra alami. Ia juga sungkan bertanya. Memang Aksa pikir, dia itu siapa?

Mobil berhenti tepat di depan sebuah rumah yang catnya berwarna hijau toska. Sebelum turun, Ayra lagi-lagi menghela napas panjang. “Makasih bantuannya ya, Mas Aksa. By the way, cowok tadi malam emang suami aku, Mas. Doain, ya, supaya aku nggak meninggoy muda.” Ia mengulas senyum, kemudian turun dari mobil Aksa, meninggalkan rasa kecewa di dalam dada pria tersebut.

*

“Ayra, kamu udah gila, huh?!”

Ayra hanya memasang wajah datar. Ia siap menerima setiap kalimat yang terlontar dari bibir sang ayah. Lagipula, siapa juga yang peduli? Ayra tidak pernah mau menerima perjodohan sialan itu.

“Ra, kamu sama Varo baru menikah kemarin dan sekarang kamu mau cerai? Kamu emang gila, ya!” bentak Restu lagi yang hanya dibalas dengan tatapan tak peduli dari putrinya. “Kamu punya mulut, kan? Ngomong dong, jawab ucapan Papa. Bukan malah cuma berdiri kayak patung!”

Ayra menilik arloji di pergelangan tangannya dengan malas. “Ceramahnya udah, Pa? Aku ada kelas pagi.”

“Kamu!” Baru saja Restu menggerakkan tangan di udara untuk menampar pipi Ayra, rupanya seorang wanita langsung menghentikan gerakan tersebut. Fatma, ibu tiri Ayra, menggenggam dengan erat pergelangan tangan sang suami.

“Mas, jangan terlalu kasar sama Ayra. Aku mohon,” pinta Fatma dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

Meskipun status Fatma yang hanya sebagai ibu tiri, tapi ia sangat menyayangi Ayra. Ia menganggap Ayra sebagai anak kandungnya, terlebih dengan fakta bahwa selama hampir lima belas tahun Fatma menikah dengan Restu, mereka tak kunjung mendapat keturunan.

Restu membuang napas kasar, lalu mengurungkan niatnya untuk menampar pipi sang putri semata wayang.

Ketika Ayra baru pulang tadi, ia langsung diinterogasi oleh sang ayah mengenai perbuatan yang gadis itu lakukan. Ayra dengan jujur mengatakan jika ia kabur dari rumah Varo dan berniat untuk langsung menggugat cerai pria yang baru menikahinya kemarin. Hal itu seketika memancing amarah Restu. Keduanya pun kembali mengalami percek-cokan yang Ayra anggap merupakan hal yang biasa.

“Pa, aku nggak mau jadi istrinya Pak Varo. Dia itu berandalan. Aku nggak mau. Pokoknya selesai ngampus, aku mau ajuin gugatan cerai sama dia. Permisi.”

Baru saja Ayra hendak melenggang untuk berangkat ke kampus, Restu kembali menyerukan namanya. “Jangan bikin malu keluarga,” ujar pria paruh baya tersebut dengan penuh penekanan di setiap suku katanya.

“Aku nggak bikin malu keluarga. Kalau nantinya aku cerai, aku sendiri kok yang nanggung akibatnya. Papa nggak usah khawatir,” balas Ayra tanpa menoleh ke arah sang ayah.

“Nggak usah belagu kamu. Kamu bisa hidup sampai sekarang karena Varo.”

Rahang Ayra seketika mengeras begitu mendengar ucapan ayahnya. Lagi dan lagi, selalu berakhir begini. Restu pastinya akan mengungkit kejadian beberapa tahun silam saat terjadi tragedi kebakaran di kompleks perumahan mereka dulu.

Saat Ayra masih berusia dua tahun, terjadi kebakaran besar yang menewaskan ibu kandung Ayra. Sementara Ayra sendiri berhasil diselamatkan oleh Panji, ayah Varo. Restu yang awalnya ada di luar kota langsung pulang dan tidak bisa berbuat apa pun selain mengikhlaskan sang istri pergi selamanya. Paling tidak, buah hatinya bisa selamat atas bantuan Panji. Restu sangat berterima kasih kepada Panji. Karena Panjilah Ayra bisa selamat dari kebakaran itu.

Ayra tak habis pikir dengan jalan pikir ayahnya. Tanpa adanya persetujuan dari sang putri, pria itu berani-beraninya menjodohkan Ayra dengan Varo dengan alasan sebagai bentuk balas budi karena jasa Panji yang sudah menyelamatkan nyawa Ayra. Dan herannya, saat itu Panji juga langsung menyetujui ide gila tersebut.

“Nggak usah macam-macam. Selesai ngampus, langsung pulang ke rumah Varo, minta maaf sama dia,” kalimat Restu sedikit lebih lembut saat ia mendapati sang putri hanya diam mematung.

Ayra yang mewarisi sifat keras kepala sang ayah pun berbalik badan dan menatap Restu datar. “Aku nggak salah sama Pak Varo. Ini hidup aku, Pa. Dan yang mau aku lakuin adalah ajuin gugatan cerai secepatnya.”

Ayra langsung melenggang tanpa mengacuhkan seruan-seruan penuh kemarahan Restu.

_***_

Bab terkait

  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 5 - Erangan Penuh Kenikmatan

    “Ra, lo ke mana aja sih? Dari kemarin kok Whatsapp lo off mulu?! Gedek deh gue.”Baru beberapa langkah Ayra memasuki kelas, dirinya sudah langsung diserbu pertanyaan oleh Dita, sahabatnya yang juga berasal dari prodi Sastra Inggris. Ayra mendecak, lalu segera duduk tanpa berminat menjawab pertanyaan Dita. Ayra tahu jika ada niat terselubung dari pertanyaan yang sahabatnya lontarkan. Dita pasti hendak meminjam tugas yang sudah diberikan oleh dosen mereka beberapa hari yang lalu.“Gila, the best banget lo. Tahu aja gue mau pinjam tugas,” puji Dita setelah Ayra memberikan bukunya. Tanpa babibu, Dita pun segera menyalin jawaban Ayra, sebelum dosen mereka datang. “Semalam gimana, Ra? Lancar nggak malam pertamanya? Terus, beneran enak kayak di film-film JAV nggak?” tanya Dita lagi dengan suara rendah.Dita memang sudah tahu jika Ayra baru saja menikah dengan Varo. Perempuan tersebut juga tahu jika sebenarnya Ayra sama sekali tidak m

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03
  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 6 - Dijamin Masih Ting-Ting

    Aksa berulang kali mendesah saat pikirannya tidak dapat fokus kepada apa yang saat ini tengah dirinya kerjakan. Seperti sekarang, ia sedang mem-plating dessert yang baru saja selesai dibuat, tapi pikirannya malah terus menerus tertuju pada gadis manis bersurai pendek tadi malam. Bayangan sosok manis Ayra tergambar jelas di otak Aksa. Dari cara gadis itu berbicara, caranya merengek manja, sampai caranya menangis benar-benar hampir membuat Aksa hampir gila. Jika saja tadi malam ia kehilangan akal sehat, sudah tentu Ayra telah menjadi santapan empuknya. Namun, Aksa masih waras. Ia tidak mau melecehkan wanita, terlebih lagi gadis imut yang terlihat lugu macam Ayra. “Ah!” Aksa menjatuhkan stroberi ranum yang semestinya ia letakkan di bagian paling atas dessert yang ia buat. “Ayra…,” gumam pria berambut agak gondrong tersebut. Ada sedikit desiran aneh yang ia rasakan di dalam dada setiap kali mengingat sosok Ayra. Seketika, lamunan Aksa tersadar saat seseorang menyentuh ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-04
  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 7 - Kayak Toge Pakai Helm Mulu

    Ayra langsung mengerem mendadak begitu sebuah Lamborghini hitam menyalip dan berhenti tepat di depannya. Ayra yang kesal langsung misuh-misuh seraya membuka kaca helm. Apakah pengemudi mobil mewah tersebut ingin Ayra mati?! Pria berkepala botak yang mengenakan kacamata hitam pun ke luar dari kendaraan beroda empat tersebut. Nyali Ayra mendadak menciut begitu melihat pria dengan kepala plontos itu. Ia pun menghentikan misuhan dan tetap bersiaga. Ia belajar dari pengalaman, orang yang berpenampilan seperti lelaki di depannya ini biasanya bukanlah orang baik. Ayra tahu jika ia tidak bisa menilai seseorang dari tampilan luarnya. Tapi tetap saja pikiran gadis manis itu langsung menuju ke arah sana, mengingat pengalaman yang akhir-akhir ini ia alami. “Nyonya Ayra Salsabella. Bisa Nyonya ikut saya ke dalam mobil?” Dahi Ayra mengernyit. “Maaf sebelumnya, Bapak ini siapa, ya? Kok Bapak bisa tahu nama lengkap saya?” Ayra tahu jika penampilannya memang terlihat

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 8 - Mas Aksa...

    “Yah, udah tutup,” rengek Ayra saat melihat tempat tujuannya sudah ditutup dan tidak ada seorang pun yang hilir mudik di sana. “Besok kita ke sini lagi, ya.” Ayra menoleh ke arah Aksa dengan bibir yang masih dimajukan sebal. Ia pun mengangguk. Padahal Ayra sudah sangat ingin mengajukan gugatan perceraian sekarang juga. Ia tahu jika proses cerai tidak akan berjalan singkat. Terlebih lagi dengan kemungkinan besar bahwa Varo tidak akan menerima keputusan sepihak Ayra secara langsung. Aksa baru saja berniat membelokkan mobil, tapi Ayra langsung mencegahnya. “Kok mau belok? Rumah Mas Aksa kan harusnya lurus,” protes gadis manis bersurai pendek itu. “Saya mau ngantar kamu pulang.” “Ya ampun, ya ampun, ya ampun, Mas Aksa! Kok mau ngantar aku pulang sih? Tadi Mas Aksa dengar sendiri kan kalau sekarang lebih baik kita ke rumah Mas Aksa dan obatin luka-luka itu?” “Nggak usah, Ay. Saya bisa o—” “Nggak mau tahu! Pokoknya sekarang lurus, ki

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 9 - Tolong Bersikap Manis

    “Makasih ya, Mas Aksa, udah ngantarin aku pulang,” ujar Ayra seraya melepas safety belt. Aksa tersenyum. “Sama-sama. Makasih juga kamu udah bantu beresin rumah dan ngobatin luka saya walaupun saya nggak minta.” Ayra memang benar-benar melakukan apa yang ia bilang. Gadis manis itu membereskan rumah Aksa mulai dari ujung depan sampai ujung belakang. Bahkan Bowo, kucing Aksa, juga ikut menjadi objek beres-beres Ayra. Ia sampai memandikan Bowo walaupun baju Ayra yang ikutan basah kuyup menjadi korban. Sekarang sudah pukul tujuh malam dan Aksa mengantar gadis itu pulang. Motor Ayra sudah dibawakan salah seorang teman Aksa ke kediaman gadis tersebut. “Take care, Mas. Jangan nyetir ugal-ugalan kalau nggak mau meninggoy muda.” Aksa geleng-geleng kepala. Tak lama setelahnya, pria tampan itu pun melaju meninggalkan Ayra yang sudah sampai di rumahnya. Bibir mungil Ayra masih terus mengulum senyum. Harinya terasa lebih menyenangkan bersama Aksa. “

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07
  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 10 - Ini Tindak Pelecehan!

    Ayra berjalan secara mengendap ke kamar mandi. Ia mandi dengan sangat hati-hati agar suara cipratan airnya tidak terdengar oleh orang tuanya, terutama Restu. Ini masih pukul tiga pagi dan Ayra sudah bangun. Sebuah keajaiban untuk Ayra yang selalu bangun di atas pukul enam. Gadis manis itu mandi dan bersiap-siap dengan cepat. Setelahnya, ia membawa semua keperluan kuliah, beberapa setel baju, dan keperluan lain yang ia rasa perlu. Ayra pun mengabari Dita bahwa ia sudah selesai berbenah. Ini memang rencana yang sengaja Ayra buat. Semalam ayahnya bilang bahwa Panji dan Varo akan ke mari pagi-pagi. Mereka akan ikut sarapan bersama Ayra dan keluarga. Tentu saja Ayra menolak mentah-mentah ide itu. Ia tidak mau bertatap muka apalagi berinteraksi dengan Varo. Ayra belum tahu apakah ia akan menginap di rumah Dita atau tidak. Yang jelas, ia sudah membawa semua perlengkapan tersebut. Masalah menginap atau tidak bisa dipikirkan nanti. Dita sudah membalas pesan Ay

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 11 - Cewek Cantik Kok Jadi Sad Girl

    Mata Aksa terbuka lebar dengan napas memburu. Dadanya tampak naik turun. “Ayra…,” gumam pria berbibir seksi tersebut. Beberapa detik setelahnya, Aksa pun sadar bahwa itu hanya bunga tidur. Aksa mengusap wajah yang terasa kebas. Saat menengok, rupanya sekarang masih pukul tiga pagi. Ia pun beranjak ke dapur dan minum segelas air putih untuk menetralkan degup jantung yang berpacu tidak beraturan. Tadi Aksa bermimpi buruk. Dalam mimpinya, Ayra terlihat meminta tolong dengan wajah pucat pasi. Aksa tidak tahu apa yang membuat Ayra meminta tolong sampai sebegitunya di dalam mimpi. Yah, namanya juga bunga tidur, tidak begitu jelas. Firasat Aksa tidak enak. Ia merasa jika ada sesuatu yang tidak beres dengan Ayra. Tapi, memangnya ada apa? Saat Aksa masih berdiri di depan lemari pendingin sembari memikirkan perempuan berambut bob yang sejak kemarin mewarnai isi kepalanya, rupanya Bowo datang. Kucing angora itu mengeong seraya mengusap-usap kepalanya di

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 12 - Mas Aksa Ini Siapanya Ayra?

    Wajah Ayra terlihat seperti kuburan di malam Jumat. Sejak tadi pagi, Dita sama sekali tidak menjumpai Ayra yang tersenyum ceria seperti hari-hari sebelumnya. Gadis itu benar-benar tampak kehilangan energi dan sama sekali tidak memiliki gairah untuk hidup. “Lo balik duluan aja, Dit. Gue mau ke perpus,” ujar Ayra saat dosen terakhir mereka ke luar kelas. “Lo mau ngapain ke perpus?” “Ya ada lah. Pokoknya lo pulang duluan.” Dahi Dita mengernyit sembari mengamati Ayra yang sedang memasukkan buku-buku dan alat tulis ke dalam tas. Ia jadi agak was-was. Apa yang akan sahabatnya lakukan di perpustakaan? Lalu, kenapa juga Dita tidak diajak? “Ra, gue ikut, ya,” kalimat Dita sebelum temannya melangkah. Ayra mendecak. “Apaan sih! Udah ah, nggak usah kayak anak kecil.” Tanpa banyak kata, Ayra pun melengos meninggalkan Dita yang masih ragu untuk pulang sendiri. * Aksa berulang kali mencoba menghubungi ponsel Ayra, tapi tetap t

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19

Bab terbaru

  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 13 - Ganteng Nan Seksi

    Kelopak mata Ayra perlahan terbuka. Bukan Dita atau sang mama yang pertama kali ia lihat, melainkan sosok pria yang memiliki bibir lembap nan seksi yang tak lain dan tak bukan adalah Aksa. Dahi Ayra mengernyit. Lehernya terasa sakit karena ternyata ia tertidur di perpustakaan kampus.Ayra berpikir sendiri, bagaimana Aksa bisa tidur di sebelahnya dengan posisi yang sama? Bukannya pria tersebut tidak berkuliah di sini? Aksa kan sudah bekerja.Tangan Ayra yang semula terangkat hendak membangunkan Aksa pun seketika berhenti. Tidak, Ayra tidak akan membangunkan pria tersebut sekarang. Pemandangan di depannya ini terlalu indah untuk dilewatkan.‘Ya ampun, ya ampun, ya ampun, nikmat mana yang kau dustakan? Mas Aksa ini guantengnya bikin mau meninggoy di tempat! Udah guanteng, baik pula. Kurang apa lagi sih? Idaman banget,’ batin Ayra yang sekarang malah senyum-senyum sendiri mengamati wajah rupawan pria di depannya.Jantung Ayra terasa berpacu lebih

  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 12 - Mas Aksa Ini Siapanya Ayra?

    Wajah Ayra terlihat seperti kuburan di malam Jumat. Sejak tadi pagi, Dita sama sekali tidak menjumpai Ayra yang tersenyum ceria seperti hari-hari sebelumnya. Gadis itu benar-benar tampak kehilangan energi dan sama sekali tidak memiliki gairah untuk hidup. “Lo balik duluan aja, Dit. Gue mau ke perpus,” ujar Ayra saat dosen terakhir mereka ke luar kelas. “Lo mau ngapain ke perpus?” “Ya ada lah. Pokoknya lo pulang duluan.” Dahi Dita mengernyit sembari mengamati Ayra yang sedang memasukkan buku-buku dan alat tulis ke dalam tas. Ia jadi agak was-was. Apa yang akan sahabatnya lakukan di perpustakaan? Lalu, kenapa juga Dita tidak diajak? “Ra, gue ikut, ya,” kalimat Dita sebelum temannya melangkah. Ayra mendecak. “Apaan sih! Udah ah, nggak usah kayak anak kecil.” Tanpa banyak kata, Ayra pun melengos meninggalkan Dita yang masih ragu untuk pulang sendiri. * Aksa berulang kali mencoba menghubungi ponsel Ayra, tapi tetap t

  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 11 - Cewek Cantik Kok Jadi Sad Girl

    Mata Aksa terbuka lebar dengan napas memburu. Dadanya tampak naik turun. “Ayra…,” gumam pria berbibir seksi tersebut. Beberapa detik setelahnya, Aksa pun sadar bahwa itu hanya bunga tidur. Aksa mengusap wajah yang terasa kebas. Saat menengok, rupanya sekarang masih pukul tiga pagi. Ia pun beranjak ke dapur dan minum segelas air putih untuk menetralkan degup jantung yang berpacu tidak beraturan. Tadi Aksa bermimpi buruk. Dalam mimpinya, Ayra terlihat meminta tolong dengan wajah pucat pasi. Aksa tidak tahu apa yang membuat Ayra meminta tolong sampai sebegitunya di dalam mimpi. Yah, namanya juga bunga tidur, tidak begitu jelas. Firasat Aksa tidak enak. Ia merasa jika ada sesuatu yang tidak beres dengan Ayra. Tapi, memangnya ada apa? Saat Aksa masih berdiri di depan lemari pendingin sembari memikirkan perempuan berambut bob yang sejak kemarin mewarnai isi kepalanya, rupanya Bowo datang. Kucing angora itu mengeong seraya mengusap-usap kepalanya di

  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 10 - Ini Tindak Pelecehan!

    Ayra berjalan secara mengendap ke kamar mandi. Ia mandi dengan sangat hati-hati agar suara cipratan airnya tidak terdengar oleh orang tuanya, terutama Restu. Ini masih pukul tiga pagi dan Ayra sudah bangun. Sebuah keajaiban untuk Ayra yang selalu bangun di atas pukul enam. Gadis manis itu mandi dan bersiap-siap dengan cepat. Setelahnya, ia membawa semua keperluan kuliah, beberapa setel baju, dan keperluan lain yang ia rasa perlu. Ayra pun mengabari Dita bahwa ia sudah selesai berbenah. Ini memang rencana yang sengaja Ayra buat. Semalam ayahnya bilang bahwa Panji dan Varo akan ke mari pagi-pagi. Mereka akan ikut sarapan bersama Ayra dan keluarga. Tentu saja Ayra menolak mentah-mentah ide itu. Ia tidak mau bertatap muka apalagi berinteraksi dengan Varo. Ayra belum tahu apakah ia akan menginap di rumah Dita atau tidak. Yang jelas, ia sudah membawa semua perlengkapan tersebut. Masalah menginap atau tidak bisa dipikirkan nanti. Dita sudah membalas pesan Ay

  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 9 - Tolong Bersikap Manis

    “Makasih ya, Mas Aksa, udah ngantarin aku pulang,” ujar Ayra seraya melepas safety belt. Aksa tersenyum. “Sama-sama. Makasih juga kamu udah bantu beresin rumah dan ngobatin luka saya walaupun saya nggak minta.” Ayra memang benar-benar melakukan apa yang ia bilang. Gadis manis itu membereskan rumah Aksa mulai dari ujung depan sampai ujung belakang. Bahkan Bowo, kucing Aksa, juga ikut menjadi objek beres-beres Ayra. Ia sampai memandikan Bowo walaupun baju Ayra yang ikutan basah kuyup menjadi korban. Sekarang sudah pukul tujuh malam dan Aksa mengantar gadis itu pulang. Motor Ayra sudah dibawakan salah seorang teman Aksa ke kediaman gadis tersebut. “Take care, Mas. Jangan nyetir ugal-ugalan kalau nggak mau meninggoy muda.” Aksa geleng-geleng kepala. Tak lama setelahnya, pria tampan itu pun melaju meninggalkan Ayra yang sudah sampai di rumahnya. Bibir mungil Ayra masih terus mengulum senyum. Harinya terasa lebih menyenangkan bersama Aksa. “

  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 8 - Mas Aksa...

    “Yah, udah tutup,” rengek Ayra saat melihat tempat tujuannya sudah ditutup dan tidak ada seorang pun yang hilir mudik di sana. “Besok kita ke sini lagi, ya.” Ayra menoleh ke arah Aksa dengan bibir yang masih dimajukan sebal. Ia pun mengangguk. Padahal Ayra sudah sangat ingin mengajukan gugatan perceraian sekarang juga. Ia tahu jika proses cerai tidak akan berjalan singkat. Terlebih lagi dengan kemungkinan besar bahwa Varo tidak akan menerima keputusan sepihak Ayra secara langsung. Aksa baru saja berniat membelokkan mobil, tapi Ayra langsung mencegahnya. “Kok mau belok? Rumah Mas Aksa kan harusnya lurus,” protes gadis manis bersurai pendek itu. “Saya mau ngantar kamu pulang.” “Ya ampun, ya ampun, ya ampun, Mas Aksa! Kok mau ngantar aku pulang sih? Tadi Mas Aksa dengar sendiri kan kalau sekarang lebih baik kita ke rumah Mas Aksa dan obatin luka-luka itu?” “Nggak usah, Ay. Saya bisa o—” “Nggak mau tahu! Pokoknya sekarang lurus, ki

  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 7 - Kayak Toge Pakai Helm Mulu

    Ayra langsung mengerem mendadak begitu sebuah Lamborghini hitam menyalip dan berhenti tepat di depannya. Ayra yang kesal langsung misuh-misuh seraya membuka kaca helm. Apakah pengemudi mobil mewah tersebut ingin Ayra mati?! Pria berkepala botak yang mengenakan kacamata hitam pun ke luar dari kendaraan beroda empat tersebut. Nyali Ayra mendadak menciut begitu melihat pria dengan kepala plontos itu. Ia pun menghentikan misuhan dan tetap bersiaga. Ia belajar dari pengalaman, orang yang berpenampilan seperti lelaki di depannya ini biasanya bukanlah orang baik. Ayra tahu jika ia tidak bisa menilai seseorang dari tampilan luarnya. Tapi tetap saja pikiran gadis manis itu langsung menuju ke arah sana, mengingat pengalaman yang akhir-akhir ini ia alami. “Nyonya Ayra Salsabella. Bisa Nyonya ikut saya ke dalam mobil?” Dahi Ayra mengernyit. “Maaf sebelumnya, Bapak ini siapa, ya? Kok Bapak bisa tahu nama lengkap saya?” Ayra tahu jika penampilannya memang terlihat

  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 6 - Dijamin Masih Ting-Ting

    Aksa berulang kali mendesah saat pikirannya tidak dapat fokus kepada apa yang saat ini tengah dirinya kerjakan. Seperti sekarang, ia sedang mem-plating dessert yang baru saja selesai dibuat, tapi pikirannya malah terus menerus tertuju pada gadis manis bersurai pendek tadi malam. Bayangan sosok manis Ayra tergambar jelas di otak Aksa. Dari cara gadis itu berbicara, caranya merengek manja, sampai caranya menangis benar-benar hampir membuat Aksa hampir gila. Jika saja tadi malam ia kehilangan akal sehat, sudah tentu Ayra telah menjadi santapan empuknya. Namun, Aksa masih waras. Ia tidak mau melecehkan wanita, terlebih lagi gadis imut yang terlihat lugu macam Ayra. “Ah!” Aksa menjatuhkan stroberi ranum yang semestinya ia letakkan di bagian paling atas dessert yang ia buat. “Ayra…,” gumam pria berambut agak gondrong tersebut. Ada sedikit desiran aneh yang ia rasakan di dalam dada setiap kali mengingat sosok Ayra. Seketika, lamunan Aksa tersadar saat seseorang menyentuh ba

  • PERNIKAHAN SEHARI   Bab 5 - Erangan Penuh Kenikmatan

    “Ra, lo ke mana aja sih? Dari kemarin kok Whatsapp lo off mulu?! Gedek deh gue.”Baru beberapa langkah Ayra memasuki kelas, dirinya sudah langsung diserbu pertanyaan oleh Dita, sahabatnya yang juga berasal dari prodi Sastra Inggris. Ayra mendecak, lalu segera duduk tanpa berminat menjawab pertanyaan Dita. Ayra tahu jika ada niat terselubung dari pertanyaan yang sahabatnya lontarkan. Dita pasti hendak meminjam tugas yang sudah diberikan oleh dosen mereka beberapa hari yang lalu.“Gila, the best banget lo. Tahu aja gue mau pinjam tugas,” puji Dita setelah Ayra memberikan bukunya. Tanpa babibu, Dita pun segera menyalin jawaban Ayra, sebelum dosen mereka datang. “Semalam gimana, Ra? Lancar nggak malam pertamanya? Terus, beneran enak kayak di film-film JAV nggak?” tanya Dita lagi dengan suara rendah.Dita memang sudah tahu jika Ayra baru saja menikah dengan Varo. Perempuan tersebut juga tahu jika sebenarnya Ayra sama sekali tidak m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status