Share

79. Maaf 3

Author: Lis Susanawati
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Bun, aku beli baju batik ini untuk ngaji." Sony menunjukkan hem bercorak batik yang dipegangnya.

"Boleh," jawab Puspa lantas memilih ukuran yang pas buat Sony.

"Uti, ini bagusan yang mana?" Vanya menunjukkan dua baju pada Bu Dewi.

"Yang di tangan kiri bagus. Iya kan, Puspa?" Bu Dewi minta pendapat sang menantu.

"Iya. Itu bagus. Kamu ambil itu aja, Kak." Puspa memandang Vanya.

Akhirnya gadis itu mengembalikan baju di tangan kanannya. Dada Bu Dewi terasa sejuk. Bagai disirami air es. Tidak sia-sia menasehati Vanya tadi malam dan sehabis salat subuh tadi.

"Aku beli satu buat Monic ya, Uti."

Bu Dewi mengangguk.

Usai menelepon Bram kembali mendekat. Setelah cukup memilih pakaian dan membayarnya, mereka langsung ke sebuah restoran untuk makan siang. Puspa penasaran, siapa yang menelepon karena Bram terlihat begitu serius.

***L***

Meski baru jam tiga sore, suasana sudah pekat oleh kabut. Redup dan dingin. Bu Dewi, Puspa, Mak Siti, dan anak-anak sudah mandi dan sekarang duduk di balkon sam
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (30)
goodnovel comment avatar
Lis Susanawati
ashiaapp .........
goodnovel comment avatar
Lis Susanawati
yuhu 🫰🏻🫰🏻🫰🏻🫰🏻
goodnovel comment avatar
Lis Susanawati
ashiaapp .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 80. Tanpa Sekat 1

    PERNIKAHAN - Tanpa SekatUhuuukk.Suara batuk terdengar sekali lagi dan kali ini sangat keras. Indah sampai kaget dan bersipandang dengan sang ibu. Padahal dia datang tadi ayahnya baik-baik saja. Bahkan masih sempat bermain dengan cucunya. "Pak Lurah sudah diperiksakan ke dokter kan, Bu?" tanya Bu Maksum."Sudah, Bu."Suara benda jatuh, seperti logam yang terjun ke lantai mengagetkan mereka. Membuat Bu Lurah panik. Wanita itu tergesa masuk ke dalam tanpa pamitan pada tamunya. Indah mengikuti. Namun dicegah sama ibunya. "Temani saja tamu kita. Biar ibu yang melihat ayahmu."Indah kembali ke depan, sedangkan Bu Lurah masuk kamar. Pak Lurah berdiri di dekat jendela sambil memegang pipa besi sepanjang depa orang dewasa. Berdiri tegak dengan wajahnya yang merah padam. "Ada apa, Yah?" Bu Lurah memegangi lengan suaminya."Suruh mereka pulang, Bu. Sebelum ayah keluar dan membuat mereka tak bisa berjalan lagi," jawab Pak Lurah sambil mendesis."Sabar, Yah. Kasihan Puspa. Ayah, sudah janji p

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 81. Tanpa Sekat 2

    "Ibu, yakin mereka baik-baik saja? Mantan iparnya Mas Bram, si Santi itu suka sinis kalau nggak sengaja kami bertemu saat nganterin anak-anak." Naina dan Monica sekolah di tempat yang sama. Salah satu SD favorit di kota mereka."Mungkin dia ada hati sama mantan kakak iparnya, Bu. Tapi Mas Bram menikahi Puspa. Ini dugaanku saja sih. Aku dan dia nggak pernah ada masalah, bersinggungan urusan sekolah pun nggak pernah. Anak-anak juga beda kelas. Nai kelas dua, anaknya Santi kelas empat. "Dulu kalau kebetulan bertemu di depan sekolahan saat nganterin atau jemput anak-anak. Kamu diam karena nggak saling kenal. Eh, beberapa bulan ini, setelah Puspa nikah sama Mas Bram, dia jadi lain saja. Suka mandangin dengan sengaja. Terlihat kepo, Bu.""Biarin saja. Jangan memulai kalau nggak dimulai," jawab Bu Lurah seraya mengajak putri sulungnya masuk ke rumah. Saat itu matahari sudah tergelincir ke barat.***L***Tawangmangu ...."Puspa, terima kasih sudah bersabar untuk tetap berusaha mengambil hat

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 82. Tanpa Sekat 3

    Puspa kembali berdebar. Bulu kuduknya meremang. Apa yang akan mereka lakukan selama empat hari itu? Ah, Puspa. Kamu bukan anak kecil lagi. Kalian sudah beberapa kali melakukannya, tidakkah kamu paham.Oh, andai dia tidak mengalami kepahitan itu, pasti sangat percaya diri melewati masa-masa pengantin baru yang kata orang sangat indah. Menggebu dan menggelora. Seperti Indah dan Irwan dulu. Tergila-gila satu sama lain. Begitu mesra, tidak bisa menjauh meski hanya sebentar saja.Tapi jika tidak ada peristiwa itu, apa mungkin dia akan menikah dengan Bram. Bukankah ada Rayyan? Yang sampai sekarang mungkin bertanya-tanya, apa yang membuat dirinya meninggalkan cowok itu."Kita ke kamar. Sudah azan Maghrib," ajak Bram setelah mendengar sayup-sayup suara azan. Sore sudah tenggelam berganti senja.Mereka melangkah masuk melewati anak-anak yang sedang menonton TV."Pa, malam ini kita ke mana?" tanya Sony menghentikan langkah sang papa."Adek mau makan apa? Kalau malam wisata kita ya kulineran," j

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 83. Dari Hati ke Hati 1

    PERNIKAHAN- Dari Hati ke Hati"Sayang, diminum tehnya."Dada Puspa berdesir dan menghangat mendengar lagi panggilan itu untuknya. Sudah dua kali ini Bram memanggilnya Sayang. Bram meletakkan segelas teh panas dan air putih hangat di karpet tempat duduk mereka pagi itu. Tepat di depan jendela kaca."Maaf, aku sampai tak ingat ngambilin air minum." Puspa tak enak hati. Bram keluar kamar ternyata untuk membuatkannya minum."Tidak apa-apa." "Terima kasih, Mas."Bram menjawabnya dengan senyuman. Lalu ikut berlindung di dalam selimut yang dipakai Puspa. Lengan mereka bersentuhan. Puspa beringsut pelan. Padahal yang mereka lakukan semalam lebih dari sekedar duduk berdekatan.Memang emosi Puspa masih belum stabil. Lagi dan lagi ia harus bersabar menghadapinya. Untuk membuat Puspa bicara tentang apa yang ada di pikirannya, apa yang dirasakannya pun, Bram tidak bisa memaksa. Menghadapi hal begini bukan hal baru. Setegas apapun dia, kesabarannya pernah diuji bertahun-tahun lamanya. Dia tetap

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 84. Dari Hati ke Hati 2

    "Masih banyak cara untuk membuatnya hancur. Kita sedang memulai untuk memberinya pelajaran," lanjut Bram."Mas, akan menanggung banyak resiko.""Mas sudah memikirkannya." Tatapan Bram menerawang. Di kejauhan, puncak-puncak bukit tersembunyi di balik tirai putih kabut, seolah enggan memperlihatkan dirinya.Bram tahu resikonya. Maka itu bertindak sangat hati-hati. Kalau sampai usahanya ini terbongkar. Dia tidak hanya harus melindungi Puspa, tapi juga kedua anaknya, mamanya, juga bisnisnya. Maksum punya kuasa. Bisa melakukan banyak cara untuk menghancurkannya. "Hentikan saja, Mas. Biarlah mereka berkuasa. Suatu hari pasti akan hancur sendiri. Aku nggak ingin, Mas menanggung resikonya. Gara-gara aku, banyak yang Mas Bram pertaruhkan. Bisnis, uang, dan keselamatan keluarga.""Kita sudah memulai, Puspa. Doakan saja apa yang Mas lakukan bisa memberikan mereka pelajaran."Netra Puspa berkaca-kaca. Bukan tenang, justru membuat Puspa kian cemas. Bram memeluknya. Raga yang awalnya menegang, per

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 85. Dari Hati ke Hati 3

    "Astaga. Berani-beraninya kamu baca privasi orang." Dita sewot. "Kamu juga baca chat-ku dengan cowokku?""Sumpah, nggak. Aku hanya baca pesannya Puspa. Maafkan aku, Dit.""Ya ampun. Kamu baca semuanya? Dan sekarang kamu tahu rahasia itu, Ray?" Dita menyesal. Kenapa begitu ceroboh meninggalkan ponselnya. Padahal chat dari Puspa belum sempat dihapus. Puspa pasti marah kalau sampai tahu hal ini. Padahal di antara sekian teman, hanya Dita yang dipercaya mendengar kisahnya."Kenapa Puspa nggak mau ngomong saja sama aku, Dit?" Suara Rayyan bergetar. Dita pun berkaca-kaca."Kenapa justru menjauh dan menikah dengan orang lain?""Ya ... ya karena baginya itu aib, Ray. Kamu mestinya bisa mengira bagaimana perasaan perempuan yang mengalami pelecehan. Ini bukan pelecehan lagi, tapi pemerkosaan. Dia bilang kalau nggak layak buatmu. Makanya dia menjauhimu dan menerima perjodohan yang diatur orang tuanya.""Kenapa kamu nggak langsung memberitahuku seketika itu, Dit? Jadi Puspa nggak sampai nikah sa

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 86. Mangga Muda 1

    PERNIKAHAN - Mangga MudaVanya mendekati Puspa dan melihat ke dalam kamar. Ada Mak Sri di sana. Gadis itu memandang ibu tirinya. Tinggi mereka sama. Memang benar, mereka seperti kakak adik jadinya."Jangan khawatir, aku nggak bakalan masuk, Vanya. Tadi hanya kebetulan, aku keluar kamar dan melihat Mak Sri hendak bersih-bersih," ujar Puspa pada Vanya yang berdiri di depannya. Sejak di semprot Vanya malam itu, Puspa tidak ada keinginan untuk masuk ke sana lagi. Ia hanya berdiri di depan pintu kamar dan melihat ke dalam. Itu pun karena ada Mak Sri.Mak Sri yang sedang bersih-bersih, memperhatikan dua majikannya dengan perasaan cemas.Gadis remaja itu memandang Puspa beberapa saat, lantas kembali masuk kamar tanpa bicara apa-apa. Sekarang tidak lagi menyemprot dengan kata-kata, tapi membisu. Namun mata itu bisa mengungkapkan isi hati pemiliknya. Vanya memang belum benar-benar menerimanya.Puspa menuruni tangga untuk ke dapur mengambil teko air minum yang tadi dicucinya.Sabar, Puspa. Sed

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 87. Mangga Muda 2

    Tapi jujur saja, Puspa penasaran. Siapa orang yang dimaksud Mak Sri mencampuri urusan rumah tangga suaminya dengan Sandra. Sejauh mana dan seperti apa hubungan mereka sebenarnya. Hanya penasaran yang berkecamuk dalam benak.Pintu terbuka. Bram tersenyum ke arahnya."Mas, mau ganti baju?" tanya Puspa."Tidak usah. Mas tadi hanya ngobrol sama Dahlan.""Apa sebaiknya kita biarkan saja mereka, Mas. Banyak yang akan Mas korbankan untuk hal ini. Aku sudah nggak apa-apa. Mas, bisa menerimaku saja, dah sangat bersyukur. Hentikan saja. Besok aku akan ngomong ke ayah sambil nganterin oleh-oleh. Kalau aku yang bicara, ayah pasti mengerti."Bram menangkupkan kedua telapak tangannya di kedua pipi Puspa. Mata mereka bertemu. "Kita sudah memulainya, Puspa. Setidaknya kita juga bisa menyelamatkan warga dari pemimpin yang tak layak. Mereka maju menjadi anggota dewan bukan untuk memajukan bangsa, tapi demi kepentingan mereka sendiri. Kita lanjutkan saja, kamu tidak usah takut."Melihat keseriusan itu,

Latest chapter

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 197. Nikah Yuk! 1

    PERNIKAHAN - Nikah, yuk!Dikri memperhatikan seorang perempuan yang memakai setelan kantoran warna abu-abu berdiri di seberang jalan. Segera disusulnya Maya untuk diseberangkan. Karena lalu lintas sangat ramai."Kamu istirahat sampai jam berapa?" tanya Dikri saat mereka berjalan beriringan masuk ke rumah makan."Jam satu lebih tiga puluh lima menit. Tapi aku harus salat zhuhur juga."Mereka duduk dan langsung memesan makanan. "Kamu biasa makan siang di sini?" tanya Dikri."Nggak. Biasanya aku bawa bekal atau makan di kantin. Kebetulan hari ini aku nggak bawa karena tadi aku dan mama bangun kesiangan. Siang ini pas banget dapat traktiran." Maya terkekeh. Dia terlihat ceria daripada saat bertemu Dikri beberapa waktu yang lalu. "Oh ya, tadi kamu bertemu klien di mana?""Di Kertosono.""Setelah ini nanti langsung kembali ke kantor?""Iya. Kamu pulang jam berapa?""Jam empat. Kalau banyak kerjaan, kadang jam tujuh malam baru nyampe rumah.""Makan dulu, May." Dikri mempersilakan saat pra

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 196. Teman Lama 3

    Mereka berdua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Maya memandangi suasana alun-alun yang selalu ramai di Minggu pagi.Meski mereka sudah berbincang-bincang, tapi Dikri tidak memberitahu bahwa ia pernah melihat mantan suami Maya bersama wanita lain di dalam mobil."Oh ya, kamu belum punya anak?""Pernikahanku sebenarnya dibilang baik-baik saja hanya dua bulan, Dik. Selebihnya kami pisah rumah hingga bercerai. Dia sudah membawa wanita lain ke rumah semenjak ketahuan selingkuh. Mungkin ini balasanku karena ninggalin kamu disaat sedang butuh dukungan.""Nggak, May. Jangan punya pikiran seperti itu. Anggap semuanya takdir." Dikri tidak ingin Maya punya pikiran demikian, karena dirinya juga bukan tunangan yang baik. "Nomer teleponmu masih sama?""Aku sudah ganti nomer semenjak menikah.""Boleh minta?""Iya."Keduanya menyimpan nomer masing-masing. Dilanjut berbincang hingga hari beranjak siang. "Sudah siang, aku mau pulang dulu, Dik. Kapan-kapan ketemuan lagi.""Kamu naik apa?"

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 195. Teman Lama 2

    Maya diam sejenak. Ada jeda yang panjang, Maya tidak tahu harus mulai dari mana. Wajah Maya tertunduk. Sejujurnya, sejak ia bercerai, ia kerap membayangkan jika takdir membawanya bertemu Dikri lagi. Namun itu sungguh tidak tahu diri. Dia yang tega memutuskan pertunangan mereka disaat Dikri sedang terpuruk."Dikri, aku …" Maya menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Banyak hal yang terjadi dalam hidupku setelah kita ....""Setelah kamu menikah?" potong Dikri seolah tidak ada beban. Dia sudah melupakan dan tidak pernah dendam pada Maya setelah ditinggalkan.Maya mengangguk, menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuknya. "Iya. Pernikahan itu nggak seperti yang kubayangkan. Setelah beberapa bulan, suamiku mulai berubah. Dia kasar, dan ternyata dia juga selingkuh. Aku malu cerita seperti ini sama kamu. Aku merasa sangat bersalah telah meninggalkanmu di saat-saat sulit demi menuruti keinginan orang tuaku."Kami memutuskan hubungan pertunangan waktu itu juga

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 194. Teman Lama 1

    PERNIKAHAN- Teman Lama"Kamu pakai baju seperti itu?" seloroh Bu Ira saat melihat Dikri keluar kamar hanya memakai kaus dan celana pendek."Iya, Ma. Memangnya kenapa?"Bu Ira tampak termangu sejenak. Kalau sang anak memakai baju seperti itu, berarti dia tidak sedang janjian sama cewek. "Oh, nggak apa-apa. Hati-hati di jalan. Kamu mau ketemuan sama temanmu di mana?""Di car free day, Ma.""Jam segini car free day sudah buyar, Dik." Bu Ira memandang jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sembilan."Kami cuman mau ngopi sama ngobrol. Siapa tahu ada prospek bisnis yang bisa kujadikan sampingan.""Ya sudah.""Aku pergi dulu, Ma. Motornya kubawa. Assalamu'alaikum.""Iya, hati-hati. Wa'alaikumsalam," jawab Bu Ira seraya membereskan meja makan. Kecewa. Ternyata belum ada tanda-tanda Dikri dekat dengan perempuan.Motor Dikri melaju pelan di jalan desa pinggir sawah. Sinar matahari semakin terang, membuat embun di dedaunan perlahan-lahan menguap dan menghilang. Namun, kesejukan pagi masih

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 193. Masih Normal 3

    "Semoga kamu selalu sehat sampai lahiran. Mbak ikut bahagia, Pus." Netra Indah berkaca-kaca. "Aamiin." Puspa merangkul sang kakak. Sekali pun sudah ikhlas menerima kondisinya, tapi dalam hati Indah, pasti berharap bisa hamil lagi. Untung ada Denny yang sangat menghiburnya.Dalam kesempatan itu, mereka foto bersama-sama dengan seluruh keluarga. Bram menggendong A'im seraya memeluk pinggang sang istri. Di samping kiri dan kanan berdiri Vanya, Sony, orang tua mereka dan kerabat yang lain. Angin yang semilir dan bulan purnama di angkasa sana, seolah menjadi saksi kebagian Bram dan keluarganya.***L***"Siapa yang ngasih lapis Surabaya ini, Ma?" tanya Dikri yang baru keluar dari kamarnya. Mencomot satu potong kue dan memakannya. Biasa kalau libur kerja, habis salat subuh kembali tidur dan bangun sekitar jam delapan pagi."Jiya yang ngasih. Semalam baru datang. Tadi Rayyan juga mencarimu ke sini. Mama bilang kalau kamu belum bangun.""Dia masih di sini?" Bram melihat ke luar lewat pintu.

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 192. Masih Normal 2

    Rayyan mengangguk. "Jiya juga asli sini, Mas. Cuman kerjanya di Kediri. Kantornya bersebelahan dengan kantor saya." Rayyan mengulas sedikit kedekatan mereka, juga menyebutkan tempat tinggal Najiya. Bram yang asli kota angin, tahu desa tempat tinggal gadis itu.Pesanan mereka datang dan langsung makan sambil berbincang. Puspa lega, Rayyan sudah menemukan tambatan hatinya. Tidak terbelenggu lagi oleh kisah mereka yang tidak pernah kesampaian.Puspa menghindari bertemu pandang dengan lelaki itu. Karena binarnya masih terlihat ada cinta untuknya. Bram bisa membawa keadaan menjadi sangat nyaman dan hangat. Dia bertanya, juga menceritakan tentang kondisi perekonomian sekarang ini. Berbagi pendapat dengan Rayyan. Bram yang disangkanya kaku oleh Rayyan, bisa seramah itu dan cukup enak diajak berbincang.Tentu saja. Sebab Bram seorang wirausaha yang sering berhadapan dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Tentang cemburu, bukan tidak ada lagi rasa itu. Namun dia tahu bagaimana cara menge

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 191. Masih Normal 1

    PERNIKAHAN- Masih Normal "Kenapa Mbak Santi itu nggak pernah bersikap ramah sedikit saja sama aku ya, Mas?" Puspa penasaran. Saat itu mereka sudah di perjalanan."Kamu kepikiran tentang hal itu?" "Nggak, sih. Heran saja.""Nggak usah heran. Memang ada orang yang seperti itu. Sudah tabiatnya. Jika nasehat manusia tidak bisa menyadarkannya, biar Allah saja yang menegur dengan cara-Nya."Puspa merinding mendengar ucapan suaminya. Pak Maksum, istrinya, dan Dikri saja bisa menyadari kesalahannya dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik. Kenapa Santi yang tidak separah mereka, tidak juga mau berubah.Mungkin dia menganggap sikapnya itu hal yang wajar. Jadi tidak pernah merasa keliru. Kalau terlalu fatal seperti keluarga Pak Maksum, sangat kentara dan akhirnya membuat mereka bisa instrospeksi diri.Bram pun sudah tidak mempermasalahkan keluarga mertuanya hendak seperti apa. Bukan urusannya lagi, selagi mereka tidak menghasut Vanya dan Sony. Anak-anak pun sekarang sudah mengerti, mana

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 190. Kebesaran Hati 3

    "Nggak apa-apa, Pa. Aku sudah bisa menerima semuanya. Setahun ini, aku merasa hidupku jauh lebih tenang. Aku sekarang lebih fokus ke Dikri, memastikan dia segera menikah. Usianya sudah tiga puluh satu tahun.""Papa juga mengingatkan Dikri untuk segera berumahtangga."Kembali keheningan menerpa. Dikri yang diam-diam menajamkan pendengaran dari balik pintu kamar, cukup geram. Kedua orang tuanya masih juga berbelit-belit seperti anak muda."Kalau Papa ingin menikah lagi, monggo. Di usia tua, perlu juga pendamping hidup supaya ada teman. Tapi selesaikan dulu urusan di antara kita." Bu Ira bicara dengan pembawaan yang kalem. Tidak ada amarah dan emosi seperti dulu.Pak Maksum menghela nafas panjang. "Apa papa sudah nggak diberikan kesempatan lagi untuk kembali bersama kalian, Ma? Papa tahu terlalu sering menyakiti. Namun papa sudah menyadari kesalahan itu."Papa ingin menghabiskan masa tua dengan keluarga kita. Biar Dikri tenang dan bisa memikirkan untuk masa depannya."Bu Ira memandang l

  • PERNIKAHAN (Rahasia Kelam Seorang Istri)Β Β Β 189. Kebesaran Hati 2

    Ponsel Bram di atas meja kecil berdering. Puspa melihat siapa yang menelepon. "Mas, ada telepon dari Bu Harso.""Angkat saja.""Halo, Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam." Bukan suara Bu Harso, tapi suaranya Santi."Ada apa, Mbak?""Aku mau bicara sama Mas Bram.""Mas Bram lagi sibuk, Mbak. Ada pesan apa nanti saya sampaikan.""Sebentar saja. Bisa nggak?" Wanita di seberang memaksa."Nggak bisa diganggu Mas Bram-nya, Mbak. Jangan khawatir, nanti pasti saya sampaikan." Puspa jadi geram. Memangnya mau bicara apa. Bram pun sudah memberitahu Santi atau Bu Harso, kalau ada urusan yang mungkin perlu disampaikan ke Vanya dan Sony, bisa bicara langsung pada Puspa. Tapi wanita itu sepertinya tidak percaya padanya."Besok malam, ada acara arisan keluarga di rumah mama. Vanya dan Sony disuruh datang atau biar aku yang jemput mereka.""Oke. Nanti aku kasih tahu ke Mas Bram."Panggilan langsung ditutup begitu saja tanpa mengucapkan salam. Bram mendekat sambil mengendong A'im. "Ada apa?""Mbak Sant

DMCA.com Protection Status