Share

PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU
PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU
Author: Sity Mariah

PRS - 1

Author: Sity Mariah
last update Last Updated: 2024-03-07 11:16:28

"Mas, lihat dompetku gak?" tanyaku kepada Mas Rafka, suamiku.

"Enggak, Dek. Mas gak lihat. Kenapa memangnya?" jawab serta tanya Mas Rafka balik.

Lelaki yang sudah membersamaiku hampir dua belas tahun lamanya itu, terlihat santai menyesap aroma kopi dalam cangkir. Dia duduk di kursi mini pantry yang tidak memiliki sekat dengan ruangan televisi.

Berbeda denganku yang sibuk menyingkap setiap barang di sudut ruangan sekarang ini. Mencari benda berbentuk persegi panjang berwarna cokelat. Tak lain ialah dompet hadiah pernikahan tahun lalu dari Mas Rafka.

Aku membuang napas kasar sembari menyeka dahi. Lalu menghempas bobotku membentur sofa empuk di ruangan televisi ini. "Dompetku gak ada, Mas. Gak tahu hilang atau nyelip di mana," balasku lesu.

Melalui ujung mata, terlihat Mas Rafka yang beranjak dari kursinya. Membawa cangkir di tangannya dan menghampiriku. "Hilang? Kapan? Kok bisa? Dompet kamu hadiah dari Mas itu, 'kan?"

Aku mengangguk pelan. "Iya, dompet hadiah dari kamu yang setahun terakhir aku pake, Mas. Aku juga gak tahu hilang atau lupa nyimpen. Seharian kemarin habis jalan-jalan terus pulang ke sini aku langsung tidur. Gak ngecek dulu. Capek banget aku soalnya. Cuma sempet ganti baju terus langsung tidur. Nah, baru inget tadi pas bangun. Pas aku cari di dalem tas, kok, gak ada," jelasku kemudian.

Mas Rafka mendekat lalu duduk di sebelahku setelah meneguk kopi dalam cangkirnya. "Coba kamu inget-inget dulu aja. Mungkin aja 'kan kamu lupa nyimpen. Kalau sampai memang hilang, ya kamu harus segera buat laporan kehilangan. Isi dompet kamu penting semua soalnya."

Aku kembali mengangguk. "Ya makanya ini lagi aku cari, siapa tahu nyelip gitu, 'kan. Tapi udah hampir semua tempat aku cari, gak ketemu juga, Mas. Makanya aku tanya kamu. Barangkali kamu lihat."

Mas Rafka meletakkan cangkir di tangannya ke atas meja di depan kami. Sebelum akhirnya dia beranjak. "Biar Mas bantu cari kalau gitu."

Tanpa menunggu jawabanku, Mas Rafka telah melenggang dari ruangan televisi ini. Meninggalkanku yang masih duduk bersandar di badan sofa.

Sejak bangun dari tidur setengah jam yang lalu. Aku sibuk mencari dompet cokelatku itu. Namun, tak kunjung kutemukan. Akhirnya aku kembali bangkit dari sofa. Meninggalkan ruang televisi untuk menyusul Mas Rafka. Aku akan kembali memeriksa setiap sudut rumah ini untuk memastikan keberadaan dompetku. Sama seperti Mas Rafka, aku pun mengharap dompet itu tidak sampai hilang.

***

Aku bersama Mas Rafka terduduk di ujung tempat tidur. Setelah bersama-sama menyusuri tiap sudut ruangan dan cukup melelahkan. Kurang lebih satu jam kami mencari, tetapi apa yang kami cari tak juga didapatkan.

"Kayaknya beneran hilang, Mas," ucapku lirih. Menyesali ketidakhati-hatian ku pada barang yang begitu penting.

"Emm, coba kamu inget-inget dulu, Dek. Ke mana aja kamu kemarin? Bisa jadi tertinggal di tempat yang kamu datangi," ujar Mas Rafka seolah ingin menghiburku.

Kuraup wajah dengan kedua tangan. Teringat seharian kemarin aku tidak hanya mengunjungi satu tempat saja. Namun, yang terakhir aku datangi yakni pusat perbelanjaan oleh-oleh khas kota ini. Di sana dompetku masih ada. Aku masih membayar oleh-oleh yang kuborong dengan uang cash. Apa mungkin dompetku dicuri tanpa sadar setelah membayar di kasir? Entahlah. Aku tak ingin menduga-duga.

"Gimana dong ini, Mas? Kayaknya aku harus telepon orang bank buat blokir semua nomor rekening sama asuransi juga." Akhirnya aku mengambil keputusan.

"Ya udah, kamu hubungin aja sekarang. Habis itu kamu siap-siap. Jadwal liburan kita di sini udah selesai. Kita harus pulang, Sayang," ucap Mas Rafka yang kubalas dengan anggukan kepala.

Mas Rafka beranjak dari ujung tempat tidur. Berjalan ke arah lemari lalu menyiapkan koper serta tas ranselnya dan memulai berkemas. Sementara aku mulai mengutak-atik gawai, menghubungi costumer servis bank untuk mengurus pemblokiran rekening milikku.

Selesai menghubungi orang bank, aku pun menyusul Mas Rafka berkemas. Saat ini kami berada di kota Surabaya dan hari ini kami sudah harus kembali ke kota Kembang. Lima hari berlibur di sini, rasanya memang kurang. Namun, ada pekerjaan juga yang sudah menunggu kami untuk kembali ke kota Paris Van Java.

Aku seorang fashion designer sekaligus owner dari tiga butik di salah satu kota di Bandung. Mas Rafka suamiku, merupakan event planner yang memiliki team EO yang langsung di bawah naungannya. Untuk urusan wedding, sudah pasti jasa butik milikku yang dipergunakannya. Usaha kami bisa dibilang berhasil dan semakin sukses.

Hampir dua belas tahun berumah tangga, kami tetap hanya berdua. Aku tidak pernah melahirkan anak dalam pernikahan ini. Jangankan melahirkan, hamil atau keguguran saja aku belum pernah.

Sebelum Mas Rafka menikahiku, aku sudah memberitahu keputusanku bahwa aku tidak ingin memiliki anak selama kami menikah. Awalnya Mas Rafka tentu saja syok dan memikirkan matang-matang keputusanku. Namun karena mungkin sudah jodohnya, Mas Rafka akhirnya menerima pilihanku dan kami menikah.

Meski tanpa buah hati yang hadir di tengah-tengah kami. Rumah tanggaku dan Mas Rafka tetap harmonis selama ini. Mas Rafka tetap hangat dan penuh cinta dalam memperlakukanku. Lembut serta pengertian.

Tidak ada yang berubah darinya selama ini. Apalagi tanda-tanda dia berselingkuh. Aku tidak menemukannya. Mas Rafka setia pada janji suci pernikahan kami.

"Mas, aku mau balik ke tempat oleh-oleh kemarin. Siapa tahu memang ketinggalan di sana. Kamu duluan aja pulang ke Bandung. Aku biar refund dulu tiket punyaku. Nanti aku pulang sendiri," usulku karena masih penasaran akan dompet itu. Tetapi jadwal kepulangan kami memang sudah dekat. Kami seharusnya sudah on the way ke Bandara.

"Kamu yakin, Dek? Biar Mas temani kamu kalo begitu," ujar Mas Rafka seolah tidak ingin pulang lebih dulu.

"Enggak, Mas. Kamu gak usah temenin. Aku bisa sendiri kok. Waktu kamu udah mepet lho, ini. Klien kamu juga udah pada hubungi kamu, 'kan. Jadi mendingan kamu segera pulang, ya!"

Berdebat sebentar, Mas Rafka akhirnya setuju. Dia yang telah berpakaian rapi dan selesai berkemas segera meninggalkan penginapan ini dan melakukan perjalanan ke Bandara. Sedangkan aku, bersiap untuk kembali mendatangi pusat perbelanjaan oleh-oleh.

Menumpangi taksi online, aku pun tiba di pusat perbelanjaan oleh-oleh yang kemarin kudatangi. Aku kembali berkeliling toko besar ini. Kemudian menanyakan pada bagian keamanan, yang mungkin menemukan barang milikku itu. Namun, aku harus kecewa. Bagian keamanan sama sekali tidak mendapatkan laporan atas penemuan barang di tempat ini.

Aku menyeret langkah dengan gontai keluar dari toko oleh-oleh. Dompetku benar-benar hilang. Speechless aku dibuatnya. Surat-surat pentingku tersimpan di sana semua.

Kubawa kaki ini turun dari teras toko oleh-oleh. Menuju taksi online yang sudah di-booking untuk bolak-balik. Oleh-oleh kepulanganku kali ini sepertinya adalah berupa rasa kecewa.

"Tante! Tante!" Seseorang berteriak nyaring di belakangku.

"Tante! Tunggu, Tante!" Seorang anak kecil berambut ikal, satu tangannya menjinjing bingkai lukisan berlari tergopoh-gopoh ke arahku.

Entah siapa dia. Aku hanya melihatnya keheranan karena tidak mengenalinya sama sekali.

"Tante ... Tante ini Tante Fanisa 'kan?"

Keningku mengernyit seketika. Dari mana dia tahu namaku? Aku terpaku jadinya. Pintu mobil bahkan masih kubiarkan terbuka.

"Jawab, Tante. Betul 'kan, nama Tante ini Fanisa?" desaknya menunggu jawabanku.

Aku akhirnya mengangguk. "Iya. Betul. Saya Fanisa. Dari mana kamu tahu nama saya?"

Bibir anak perempuan ini seketika mengembang. Dia merogoh ke dalam baju berwarna hitam yang dipakainya. "Ini, dompet Tante." Tangan hitam anak perempuan itu terulur di hadapanku.

Netraku membulat seketika. Kututup pintu mobil dengan cepat dan mengambil dompet di tangan anak kecil ini. "Dompetku," gumamku haru. Aku segera membuka setiap sekatnya. Semuanya masih utuh. Tidak ada yang hilang. Uang cash bahkan tak ada yang berkurang.

Anak kecil ini sepertinya orang yang jujur. Oh, Ya Tuhan. Terima kasih karena dompetku ternyata ditemukan anak ini.

Aku membatalkan kepergian setelah membayar tarif awal pada supir taksi. Aku mengajak anak kecil itu duduk di kursi teras toko oleh-oleh. Anak perempuan ini ternyata berjualan lukisan tangan. Meski gambarnya hanya sederhana, tapi tetap terlihat indah. Kutaksir usia anak perempuan ini sekitar delapan tahun.

Aku berinisiatif memborong lukisannya. Tak hanya itu, aku memberinya imbalan karena sudah bersikap jujur dan amanah mengembalikan dompet milikku. Namun, dia menolaknya.

"Tidak perlu, Tante. Kejujuranku tidak perlu Tante bayar. Itu barang milik Tante, bukan milikku. Tentu saja itu hak Tante," ucapnya terdengar begitu tulus dan juga polos.

"Tante enggak membayar kejujuran kamu, anak manis. Tante hanya menghargainya, karena anak sekecil kamu sudah menjunjung tinggi kejujuran," jawabku gemas.

Bibir anak kecil itu kembali melengkung menciptakan senyuman. "Tidak usah, Tante. Aku ... cuma ingin bertanya pada Tante," ucapnya terdengar ragu.

"Iya, kamu mau bertanya apa?" balasku penasaran.

"Kenapa ada foto Ayahku di dalam dompet Tante?"

Jantungku rasanya berhenti berdetak.

"A—ayah?" tanyaku tergagap. Di dalam dompetku hanya ada pas foto wajahku dan Mas Rafka yang tersimpan. Tidak ada foto lelaki lain atau anggota keluarga lain lagi di dalamnya.

Anak perempuan ini hanya mengangguk ringan, sedangkan aku kehabisan kata-kata.

"Emm ... Tante tahu di mana Ayahku?" tanyanya dengan wajah polos. Raut wajahnya nampak menahan rindu. Binar matanya menyiratkan harapan akan lelaki yang dia sebut Ayah.

.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sofiya Vita
jangan terlalu kepedean lakinya GK bakal selingkuh jika cwek GK buat selingkuh an
goodnovel comment avatar
for you
sok kepedean lakinya ga bakal selingkuh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 2

    "Tante?" Sentuhan lembut di lengan ini membuatku tersentak kaget."Tante kenapa melamun? Tante tidak tahu, ya, di mana Ayahku?" tanya anak ini kembali.Aku masih diam. Namun gemuruhnya dadaku terdengar dengan jelas. Aku meneguk ludah kasar. Mengendalikan diri dan hati yang sudah porak-poranda.Entah berapa lama aku terpaku, akhirnya aku menoleh dan menatap kembali anak perempuan yang tengah bersamaku kini.Bukannya menjawab pertanyaan anak ini. Tanganku yang gemetar justru membuka dompet kembali. Mengeluarkan secarik foto yang memuat gambarku bersama Mas Rafka. Sebenarnya, hanya foto berukuran kecil saat aku iseng mengajaknya untuk photobox di sebuah mall. "E ... ini ... Ayah kamu?" tanyaku kemudian.Perempuan kecil ini melihat pada pas foto di tanganku sebelum kemudian mengangguk. "Iya, Tante. Ini Ayah," jawabnya dengan senyuman manis.Aku menatap sepasang manik hazelnya dengan perasaan entah. Ribuan batu seakan menghantam hati ini dengan kerasnya. Aku menarik tanganku dari depan tu

    Last Updated : 2024-03-07
  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 3

    "TANTE!" Gadis kecil itu menjerit. Kedua tangannya memeluk pinggang perempuan yang dia sebut-sebut Ibu sejak tadi setelah tanganku mendarat sempurna pada pipinya."Kenapa Tante memukul Ibu? Apa salah Ibu? Bukankah tadi Tante yang meminta untuk ke mari," sambung gadis kecil itu lagi.Perempuan berparas jelita di hadapanku ini masih memegangi pipinya. Jejak kemerahan yang ditinggalkan lima jariku, kontras membekas di kulitnya yang bersih mulus."Berapa lama kamu menikah dengan Mas Rafka, hah? Kenapa harus suamiku yang kamu rebut? Pernikahanku terlalu sempurna untuk kamu rusak!" desisku di antara gigi yang bergemeletuk menahan luapan amarah."Rafka ...?" ulang perempuan di hadapanku ini dengan lirih."Iya! Rafka Mahesa. Suamiku yang disebut-sebut ayah oleh putrimu ini. Berapa lama? Sudah berapa lama kamu merebutnya dariku!" teriakku membentak di depan wajahnya."Tante! Berhenti! Jangan sakiti Ibu lagi. Jangan berbicara keras-keras pada Ibu. Apa salah Ibu pada Tante? Bukannya Tante yang i

    Last Updated : 2024-03-07
  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 4

    Setelah kurang lebih 2 jam dalam pesawat, aku akhirnya tiba di bandara. Kembali menaiki taksi online aku segera bertolak dari bandara untuk menuju rumah. Selama perjalanan pulang hatiku benar-benar kacau, pikiranku kalut dengan hati yang hampa dan kecewa bukan main.Hanya lima belas menit dari Bandara, aku sampai di rumah. Aku menatap rumah di hadapanku saat ini. Rumah di balik pagar putih yang menjulang. Sebuah rumah berlantai 2 yang berdiri kokoh di atas tanah seluas 120 meter persegi. Rumah impianku bersama Mas Rafka. Rumah yang benar-benar kami bangun dari nol sekitar tujuh tahun yang lalu setelah lima tahun lamanya kami tinggal di sebuah kontrakan.Selama perjalanan pulang, ponsel di dalam tas yang kupakai tak hentinya berdering. Namun sama sekali tidak membangkitkan niatku untuk sekedar melihatnya saja. Hanya satu tujuanku, segera pulang dan bertemu dengan Mas Rafka. Namun setelah kini kakiku menginjak halaman depan rumahku sendiri, aku merasa terpaku.Kakiku seakan tertancap k

    Last Updated : 2024-03-07
  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 5

    Setelah berucap demikian. Mas Rafka pun bangkit dari duduknya. Kini dia berdiri menjulang di depanku. Kepalaku mendongak mengikuti arah gerak tubuhnya.Entah apa maksudnya berucap seperti barusan. Aku rasa, dia hanya ingin menyangkal. Dia hanya sedang berusaha menutupi kebenaran tentang anak perempuan itu. Aku rasa dia hanya sedang mencari-cari alasan untuk bisa terus menyangkal. Apa dia pikir aku akan percaya lagi? Apa dia pikir aku akan peduli?Mata kami bertemu pandang. Sebelum cepat-cepat aku memutusnya. Tak mampu lagi aku melihat sepasang manik matanya itu.Tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulut Mas Rafka. Lelaki dengan tinggi badan 175 cm itu berjalan menjauh dari hadapanku. Melangkah hanya dengan kaus santai sehari-harinya di rumah menuju ke arah pagar sana."Jangan datangi kantor dan juga butik! Jangan injakan kaki kamu di tempat yang sudah tidak lagi menjadi milikmu!" Aku berteriak di tempatku.Mas Rafka terlihat menghentikan langkahnya sejenak. Berdiri mematung sekit

    Last Updated : 2024-03-07
  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 6

    ELANG POV.Bugh!"Kurang ajar, Rafka! Beraninya dia menyakiti Fanisa. Awas saja kamu!" "Punya nyali berapa bedebah itu sampai berani menyakiti adikku dan membuatnya menangis seperti tadi. Dasar pengecut! Brengsek!""Agh!"Bugh Bugh Bugh!Tak hentinya aku mengumpat sambil memukuli stir kemudi. Aku sendiri bahkan menjadi saksi, saat Fanisa dan Rafka menandatangani surat perjanjian dalam pernikahan mereka. Di mana orang yang berani selingkuh dan mengkhianati pernikahan mereka, maka orang itu tidak berhak sedikit pun atas harta yang terkumpul selama pernikahan. Aku tahu dan menyaksikan mereka menyepakati surat perjanjian itu satu tahun setelah pernikahan mereka berlangsung.Aku kira, Rafka akan benar-benar menjaga adik perempuanku satu-satunya. Aku kira dengan surat perjanjian itu, Rafka tidak akan berani menyakiti Fanisa walau hanya seujung kuku. Aku kira, Fanisa adikku satu-satunya bersama dengan lelaki yang tepat. Karena selama ini kulihat Rafka merupakan lelaki yang tidak banyak nek

    Last Updated : 2024-03-12
  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 7

    FANISA POV~Kutatap ponsel meski layarnya hanya gelap. Memantulkan wajahku yang kumal dan lusuh. Hingga tidak ada tanda-tanda ponselku ini menyala. Akhirnya kugenggam dengan menurunkan tangan yang mendekap erat lututku.Kuhembus napas kasar. Sudah lima hari berlalu, tapi Bang Elang justru tidak ada memberi kabar sama sekali. Hanya kabar terakhir darinya, yang memberitahuku bahwa ia akan langsung bertolak ke Surabaya setelah kukirimkan alamat perempuan itu.Perempuan yang Mas Rafka panggil dengan nama Purnama. Entah siapa perempuan itu. Namun, tak bisa kupungkiri. Jika namanya memang secantik paras pemiliknya.Hatiku kembali berdenyut.Kugelengkan kepala dengan cepat. Mengenyahkan kilasan kejadian saat aku bertemu perempuan itu pertama kalinya. Perempuan yang membuat kepercayaanku terhadap Mas Rafka pecah terbelah dan tak berbentuk lagi.Drrrt Drrrt Drrt.Ponsel di genggaman tangan bergetar. Aku pun mengangkatnya berada di hadapanku. Panggilan masuk dari Tia—karyawan butik."Halo?" j

    Last Updated : 2024-03-12
  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 8

    POV ELANGAku menatap pantulan wajahku di depan cermin oval. Kusentuh pipi sebelah kananku yang tak mulus. Terdapat bekas luka melintang di bawah kelopak mataku hingga mendekati telinga. Luka yang timbul karena tusukan pecahan beling yang begitu dalam menembus lapisan kulit pipiku. Begitu dalamnya tusukan itu, hingga mengubah rupa wajahku.Dari tahun ke tahun, bekas lukanya tidak kunjung hilang. Seperti yang dikatakan dokter bertahun-tahun yang lalu. Hingga aku harus menerima bekas luka ini tetap ada di pipiku.Kujauhkan telapak tangan dari pipi. Seiring mata yang memejam. Teringat saat perempuan yang ada di rumah yang sama dengan Rafka mengamuk. Histeris dan mengusirku pergi dari sana.Melihat perempuan itu begitu kacau saat memintaku pergi membuatku tak berdaya. Membuatku yang seharusnya menyeret Rafka, justru melupakan tujuan utama datang ke kota ini. Lalu menjauh dari rumah mungil itu.Bahkan kulihat dari jauh, perempuan itu tak sadarkan diri dalam dekapan Rafka yang bercucuran da

    Last Updated : 2024-03-12
  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 9

    POV ELANGAku masih betah memandangi sepasang manik hazel di hadapanku saat ini. Tanganku bahkan telah menangkup kedua pipinya.Garis wajahnya, hidung mancung serta rambutnya yang ikal sebahu. Seperti aku sedang memandangi foto masa kecilku.Kulitnya yang hitam kecoklatan dan bibirnya yang tipis. Nyaris tidak diturunkan dari perempuan berwajah bak bulan purnama itu. Melainkan lebih condong sepertiku.Tanpa dikomando, tanganku tiba-tiba saja terulur membelai puncak kepalanya. Mengusapnya lembut hingga ujung rambutnya.Ada perasaan yang sulit dijelaskan. Terasa menggetarkan dan menyeruak memenuhi hati ini. Rasa yang aku sendiri tidak mengerti."Hey!"Suara teriakan membuatku menoleh ke arah lobi rumah sakit.Anak kecil di pangkuanku itu, cepat-cepat menarik dirinya hingga akhirnya berdiri. "Om, sekali lagi aku minta maaf. Aku buru-buru karena ingin menemui Ibu," tukasnya seolah panik.Aku meraih tangannya dengan cepat. "Jangan takut. Om akan bicara dengan petugasnya," ucapku mencegah ke

    Last Updated : 2024-03-12

Latest chapter

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 26

    "Kenapa, Dek?" Mas Rafka datang menyusul. Suaranya pun terdengar khawatir karena aku memang berteriak memanggilnya tadi.Aku menggeleng dengan air mata yang sudah berjatuhan. Tanganku terulur menunduk pada Bang Elang yang berada di atas tempat tidurnya. Tidak mampu untuk bersuara, hanya bisa menunjuk sambil terus menangis. Berharap apa yang kulihat, hanya sebuah mimpi buruk saja.Mas Rafka sudah mendekat dan berdiri di samping kasur., sedangkan aku terduduk di depan lemari. Kulihat Mas Rafka memeriksa kondisi Bang Elang. Mulai dari menempatkan jarinya di ujung hidung Bang Elang. Memeriksa denyut pada lehernya, kemudian pergelangan tangan.Terlihat suamiku itu menggeleng sembari menghela napas. Kemudian mengambil cermin kecil dari selama laci nakas. Menempelkan pada wajah terutama bagian hidung Bang Elang beberapa saat. Lalu menariknya dan mengangkat ke atas."Innalilahi wa Inna ilaihi rooji'un ... tidak ada jejak napas, artinya bang Elang sudah tiada," ucap Mas Rafka sembari mengusap

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 25

    POV Fanisa 💞💞💞Seratus hari berlalu sejak meninggalnya Purnama, kesedihan dan kehampaan atas kepergiannya kian terasa. Apalagi sore tadi, baru saja selesai acara pengajian memperingati seratus harinya. Luka ini kian dalam terasa. Mengingatkan pada sosok Purnama yang begitu shalehah semasa hidup. Benar-benar perhiasan dunia yang dimiliki Bang Elang.Tidak ada yang baik-baik saja usia kepergiannya hari itu. Kepergian yang dirasa mendadak dan begitu tiba-tiba, karena Bang Elang mengatakan bahwa perempuan jelita itu sudah sembuh dari sakit yang pernah diderita. Tapi ternyata, kematian itu benar-benar sebuah rahasia yang paling dekat pada setiap makhluk yang bernyawa.Hari-hari setelah Purnama tiada, kami semua merasa benar-benar terpuruk. Aku dan Belfania seperti kehilangan gairah hidup. Kami sangat bersedih tetapi Mas Rafka mampu menguatkan dan menghibur kamu.Sementara Bang Elang, bahkan hingga hari ini, dia tidak lagi seperti Abang yang kukenal. Dia tidka banyak bicara padaku dan M

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 24

    Bersama linangan airmata, aku memetik mawar-mawar indah yang bermekaran pagi hari ini. Mawar yang mekar sempurna dan begitu cantik ini tidak bisa dilihat lagi oleh Purnama. Mawar-mawar ini justru akan mengantarnya ke pemakaman."Bang, kita harus segera ke makam." Rafka merangkul pundakku.Aku pun hanya bisa mengangguk. Kelopak mawar sudah selesai aku kumpulkan meski hanya dalam kresek. Gegas aku masuk ke dalam rumah dan keranda mayat sudah siap untuk diangkat.Hatiku hancur dan air mata tak hentinya luruh membasahi wajahku."Kalau Abang tidak sanggup, biar aku dan remaja mesjid saja yang menggotong kerandanya, Bang." Rafka kembali berucap.Namun aku cepat-cepat menggeleng. "Jangan, Raf. Biar abang saja." Aku pun melangkah gontai mendekati keranda. Mengumpulkan segenap kekuatan untuk turut serta menggotong keranda berisikan jasad istriku.Purnama wafat. Dia menghembuskan napas terakhir saat sedang bersujud. Setelah aku memanggil d

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 23

    Dua Minggu berlalu, masa penyembuhan pasca operasi yang dilakukan Purnama terbilang cepat. Perempuan berstatus istriku itu sekarang sudah bisa beraktifitas di rumah walau terbatas. Bukan, bukan terbatas. Tetapi aku lah yang membatasi. Andai tidak kucegah, Purnama tidak lah mau diam.Seperti pagi ini, karena pekerjaan rumah sudah selesai kukerjakan, Purnama pasti berada di halaman. Merawat mawar-mawar yang sempat layu dan kering karena tak tersentuh olehku. Hingga kini, tanaman-tanaman itu mulai segar kembali."Kasihan, bunga-bunga ini hampir mati. Pasti kamu tidak merawatnya 'kan?" ucap Purnama yang sedang membongkar satu tanaman dalam pot berukuran kecil.Aku yang berdiri di sampingnya tak ayal mengangguk. "Bagaimana lagi? Kamu lebih penting dari sekedar bunga-bunga ini," jawabku cepat.Hanya helaan napas yang terdengar dari Purnama. Tangannya masih sibuk dengan tanaman yang sudah kering kerontang karena telah mati itu. Hingga satu pot sudah kos

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 22

    Lampu ruangan operasi menyala. Artinya, sebuah tindakan sedang berlangsung di dalam sana. Setelah tiga hari menunggu, operasi Purnama pun dijadwalkan malam ini. Setelah sebelumnya menjalani puasa selama delapan jam, kini Purnama menjalani operasi yang sudah kami sepakati.Fanisa menemaniku. Duduk di samping kananku mengisi ruang tunggu. Sedangkan Rafka, harus menemani Belfania dalam pagelaran seni yang diikutinya.Detik demi detik berlalu, dan tindakan operasi belum juga selesai. Hatiku rasanya tak karuan selama menunggu. Fanisa berulangkali menepuk pahaku, karena aku tak bisa diam. Terus menggerakkan kaki sebagai luapan rasa gelisahku."Abang mau ke mushola. Kamu jaga di sini, ya?" ucapku seraya berdiri dengan cepat."Iya, Bang."Aku pun melangkah pergi. Menuju mushola yang terpisah dengan gedung rumah sakit tetapi masih satu area. Mengambil wudhu, cepat-cepat aku menunaikan shalat hajat. Zikir dan wirid tak henti kulafalkan seiring deng

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 21

    Hari demi hari aku lalui bersama Purnama. Hingga berganti bulan dan aku dengan setia menemani berikhtiar untuk mencapai kesembuhannya. Namun, sudah hampir enam bulan kami jalani, kondisi Purnama tidak kunjung membaik. Bobot tubuhnya justru kian menyusut. Badannya yang mungil makin terlihat kurus. Pasca kemo, helaian demi helaian rambutnya berjatuhan. Rambutnya yang pendek, kian tipis saja sekarang. Satu bulan terakhir, ia bahkan harus memakai kursi roda saat berada di rumah. Akan tetapi, belum ada tanda-tanda akan kesembuhannya.Hari ini, pemeriksaan kembali dilakukan. Aku dan Purnama berada di ruangan dokter untuk mengetahui hasil pemeriksaannya."Jaringan kankernya semakin meluas. Kemo yang dilakukan tidak begitu efektif, karena sejak penyakit ini diketahui, sudah masuk stadium empat yang artinya sudah cukup parah," jelas sang dokter membuat hati ini rasanya tercabik-cabik."Kalau operasi bagaimana, Dok?" tanyaku lemas.Dokter berkacamata di ha

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 20

    "Purnama kenapa? Sakit apa?" tanya Fanisa yang baru saja datang. Dia adalah orang pertama yang kuhubungi, setelah Purnama masuk ruang IGD lima belas menit lalu.Aku menggeleng pelan. "Masih ditangani," jawabku lesu.Fanisa menghempas bobotnya di sebelahku. Dia menepuk-nepuk pundakku. Seolah menyalurkan ketenangan. Aku menunduk. Mengusap wajah dengan kedua tangan seraya menarik napas panjang. Sebelum kemudian aku menoleh pada Fanisa."Apa kamu tahu sebelumnya, Purnama mengidap sakit apa?" tanyaku kepada Fanisa.Adik perempuanku itu nampak diam seolah tengah berpikir, sampai kemudian ia menggeleng. "Aku dan Mas Rafka gak tahu, Bang. Tapi sempat Purnama juga pingsan saat dia menginap di rumah kami waktu itu. Setelah sholat Subuh. Saat itu dia menolak untuk diperiksa. Meskipun aku dan Mas Rafka terus membujuk dan memaksa. Sampai akhirnya dia kembali ke pondok dan aku gak pernah tahu Purnama itu sakit apa," jelasnya kemudian.Aku pun terdiam.

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 19

    19.Tidak tahu sudah berapa lama aku tertidur. Namun tanpa aba-aba, mataku seketika ringan terbuka. Tersadar dan melihat Purnama masih berada di atas dadaku.Aku menoleh untuk melihat jam duduk di atas nakas. Rupanya pukul tiga dini hari. Sejak tinggal di pondok, bangun dini hari seperti ini sudah menjadi kebiasaanku.Purnama nampak masih lelap. Sangat terpaksa aku harus menggeser kepalanya dengan hati-hati sampai akhirnya berpindah ke bantal. Kutatap sejenak wajah cantiknya saat tertidur, hingga bibirku tersenyum karenanya.Pelan-pelan aku bangkit. Gerakanku amat pelan sampai kemudian berhasil turun dari kasur. Karena aku tidak ingin mengganggu tidurnya.Lekas aku ke kamar mandi yang berada di dalam kamar. Berdiam sejenak sebelum kemudian mengambil wudhu. Sehingga wajah ini terasa lebih segar setelah terkena air. Membiarkan wajah ini tetap basah, gegas aku keluar.Langkahku terhenti di depan pintu kamar mandi. Kulihat Purnama ju

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 18

    18.Aku menarik diri. Namun di luar dugaan, ternyata Purnama sudah membuka matanya kembali. Aku menunduk dan tak ayak pandangan kami pun bertemu. Tanganku yang seharusnya membelai anak rambut di keningnya, kini justru menangkup pipi Purnama.Jarak kami begitu dekat. Aku bahkan tak bisa berkedip menatapnya dari jarak sedekat ini. Hingga kurasakan telapak tangan Purnama menyentuh pipiku. Dia mengusapnya, membuatku kian menundukkan kepala. Aku benar-benar terbawa suasana.Hidung mancungnya bahkan telah beradu dengan ujung hidungku. Pandangan kami masih saling mengunci, aku memiringkan kepala, hingga menemukan posisi yang pas untuk kemudian mendaratkan bibirku di bibirnya.Aku butuh tali, untuk mengikat jantungku yang seperti akan melompat meninggalkan tempatnya.Ini ciuman pertamaku.Rasanya begitu hangat dan menggetarkan hati.Tidak ada hal lebih yang kulakukan. Hanya membiarkan bibir kami saling menempel. Begini saja, ali

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status