Share

PRS - 4

Author: Sity Mariah
last update Last Updated: 2024-03-07 11:19:41

Setelah kurang lebih 2 jam dalam pesawat, aku akhirnya tiba di bandara. Kembali menaiki taksi online aku segera bertolak dari bandara untuk menuju rumah. Selama perjalanan pulang hatiku benar-benar kacau, pikiranku kalut dengan hati yang hampa dan kecewa bukan main.

Hanya lima belas menit dari Bandara, aku sampai di rumah. Aku menatap rumah di hadapanku saat ini. Rumah di balik pagar putih yang menjulang. Sebuah rumah berlantai 2 yang berdiri kokoh di atas tanah seluas 120 meter persegi. Rumah impianku bersama Mas Rafka. Rumah yang benar-benar kami bangun dari nol sekitar tujuh tahun yang lalu setelah lima tahun lamanya kami tinggal di sebuah kontrakan.

Selama perjalanan pulang, ponsel di dalam tas yang kupakai tak hentinya berdering. Namun sama sekali tidak membangkitkan niatku untuk sekedar melihatnya saja.

Hanya satu tujuanku, segera pulang dan bertemu dengan Mas Rafka. Namun setelah kini kakiku menginjak halaman depan rumahku sendiri, aku merasa terpaku.

Kakiku seakan tertancap ke tanah. Aku sendiri bahkan tidak sanggup meneruskan langkah. Aku merasa tidak mampu berhadapan dengan Mas Rafka.

Hatiku tak bisa berbohong. Aku memang mencintainya.

Dia cinta pertamaku. Kami bertemu dan menjalin kasih sejak duduk di bangku SMA. Putus nyambung lalu kembali bersama. Hubungan yang harus break saat Mas Rafka pindah dan tinggal di luar pulau saat kami kuliah. Tapi pada akhirnya, kami kembali bertemu dan akhirnya bersatu dalam pernikahan.

Air mataku kembali luruh. Pertahananku seakan kembali runtuh. Aku tidak sanggup rasanya. Aku masih berharap kenyataan yang ku dapat hari ini hanyalah mimpi. Aku masih berharap seseorang akan menepuk dengan keras kedua pipiku lalu membangunkanku dari tidur yang terlalu nyenyak hari ini. Atau menyiramku dengan air hingga aku terbangun dari mimpi buruk ini. Tapi sampai detik ini, semua terasa nyata karena memang inilah kenyataan yang harus kujalani.

Ini terlalu menyesakkan. Terlalu menyakitkan. Aku bahkan tidak pernah hanya membayangkannya saja.

Entah berapa lama aku berdiri di depan pagar rumahku yang tertutup rapat. Hingga akhirnya aku berani melangkahkan kaki melewati pagar rumahku.

Tanganku menggeret koper dengan erat. Kakiku terus melangkah melewati halaman, hingga sosok Mas Rafka kudapati tengah merawat taman kecilnya di halaman rumah ini. Taman kecil berisikan bunga mawar-mawar putih kesukaannya. Bunga yang sama dengan bunga yang tumbuh di halaman kecil rumah perempuan itu dan hal ini semakin membuat hatiku terkoyak.

Aku tertegun melihat Mas Rafka dengan pakaian santainya. Entah kenapa dia ada di rumah, padahal seharusnya dia berada di kantor yang bersebelahan dengan bangunan butik milikku. Pekerjaan sudah menunggunya saat kami masih berlibur di Surabaya, tapi entahlah, aku tidak peduli. Justru dengan dia ada di sini saat ini bukankah lebih mudah untuk aku mengungkap kebohongannya selama ini?

Aku masih terpaku. Terdiam memandangi sosok bertubuh tinggi tegap di taman sana yang begitu telaten merawat bunga-bunganya. Dia memang menyukai berkebun dan merawat bunga, hal yang sangat berbanding terbalik denganku.

Langkahku yang seharusnya lurus untuk menuju pintu rumah akhirnya berbelok. Aku akan berbicara langsung dan tak ingin menunda lagi kepada Mas Rafka. Meski hatiku telah hancur dan sekujur tubuhku terasa tak lagi menapak. Tapi aku tak ingin lebih lama bersama dengan pengkhianat seperti dirinya.

"Dek? Kamu sudah pulang?" Mas Rafka menyadari kehadiranku di belakangnya. Kedua tangannya nampak sedikit kotor oleh tanah.

Aku tak menjawab. Mendadak aku seperti bisu. Karena hati yang terlalu sakit, hingga rasanya bibirku ikut menjadi kelu untuk berbicara.

"Dek, kamu kenapa? Kenapa diam saja di sini? Mas sudah selesai memindahkan bunga karena potnya belah. Sekarang kita masuk," ajaknya dengan tangan yang telah bersih lalu merangkulku.

Buru-buru aku menepisnya. Mas Rafka terlonjak. Dapat kulihat raut wajahnya yang keheranan.

"Mas, ada salam buatmu," ucapku datar dengan tatapan mengarah pada rumput-rumput taman.

"Salam?" ulang Mas Rafka dengan nada heran.

"Iya Mas, salam rindu Untuk kamu dari Belfania!" ucapku tegas dan penuh penekanan saat mengucapkan nama gadis kecil berambut ikal itu.

"B-belfania?" Mas Rafka bahkan tergagap menyebut nama dari gadis kecil beriris coklat itu. Dia tidak dapat menyembunyikan raut keterkejutan di wajahnya saat aku menyebutkan nama anak kandung yang selama ini berhasil dia tutupi dariku.

"S-siapa Belfania, Dek?" tanyanya pura-pura tak kenal.

Membuatku mendecih dan satu bibirku terangkat. Namun akhirnya aku tertawa terbahak mendengar pertanyaan pura-puranya.

"Selain pandai berbohong kamu juga ternyata pandai bersandiwara Mas! Kamu tanya siapa? Bisa-bisanya kamu pura-pura tidak mengingatnya. Belfania anak kamu Mas! Anak kandung kamu!" tegasku pada Mas Rafka.

Kedua netranya melebar sempurna menatapku dan aku yakin dia pasti akan mati andaikan memiliki riwayat penyakit jantung. Dia pasti akan terkapar dan terkena serangan jantung saat tahu jika istri yang selama ini dibohongi akhirnya tahu kebusukannya

"Apa maksud kamu, Dek?" tanyanya terdengar memuakkan.

"Tidak usah berpura-pura lagi, Mas! Aku sudah tahu, aku bahkan telah bertemu dengan perempuan itu! Perempuan yang sudah berhasil membuat kamu mengkhianati pernikahan kita. Kalau memang selama ini kamu tidak bahagia bersamaku, kamu bisa mengembalikan aku pada Bang Elang, kakakku sebagai pengganti almarhum ayah. Kamu bisa mengakhiri pernikahanmu denganku, Mas. Lalu kamu bisa menikahi perempuan itu dan memiliki anak bersamanya, bukan dengan cara menduakan aku seperti ini. Kamu jahat! Kamu keterlaluan! 12 tahun aku bersama dengan kamu, kamu anggap pernikahan kita ini apa Mas? Kamu membohongi aku selama ini. Kamu bukan manusia kamu tidak memiliki hati!" Aku berteriak dan akhirnya tubuhku ambruk ke tanah yang ditumbuhi rumput tipis di taman ini. Aku tidak bisa lagi menahan tubuhku sendiri

Aku kemudian menceritakan saat anak kecil itu mengembalikan dompetku. Juga saat aku datang ke rumahnya yang mungil. Semuanya kuceritakan dan membuat wajah Mas Rafka seketika pias.

"Jangan sentuh aku, Mas!" teriakku kepada Mas Rafka yang tangannya sudah terulur hendak meraih pundakku. Namun aku merasa sudah tidak Sudi disentuh olehnya.

"Ceraikan aku, akhiri pernikahan ini! Aku yakin kamu masih ingat dengan perjanjian pernikahan kita Mas! Perjanjian yang kita tanda tangani dan kita sepakati dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun. Kamu ingat, 'kan perjanjian itu, Mas? Dan sekarang kamu yang melanggarnya. Artinya apa Mas? Semua harta jatuh ke tanganku. Semua usaha menjadi milikku. Tabungan, mobil, rumah dan seluruh isinya menjadi milikku. Kamu hanya akan pergi dengan dompet pribadimu dan pakaian yang melekat di tubuh."

"Sekarang jatuhkan talakmu dan pergi dari sini! Angkat kaki Karena aku tidak mau lagi bersama kamu. Anakmu Belfania dan Ibunya sudah menunggu kedatangan kamu. Mereka merindukan kamu. Pergi! Pergi!" hardikku dengan keras.

"Dek, kamu salah paham. Biarkan pas menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi," ucap Mas Rafka yang juga telah terduduk di hadapanku.

Aku memberanikan diri menatap sepasang matanya. Sepasang manik mata mata yang selalu berhasil membuat dadaku berdebar. Tatapan yang selalu hangat dan penuh cinta setiap harinya dan menggetarkan hati. Aku menatapnya walau sebenarnya aku tidaklah kuat karena melihat mata itu. Aku masih merasakan getarannya, hanya saja kali ini getaran ini harus bercampur dengan rasa ngilu.

"Salah paham apa lagi Mas? Pergi! Pergi sana! Pergi! Temui anak dan istri kamu! Kamu tahu sendiri kan? Aku sangat membenci pengkhianatan. Aku benci!"

"Semua tidak seperti yang kamu pikirkan! Berikan mas waktu untuk menjelaskannya."

"Pergi! Pergi dari rumahku. Pergi dari hadapanku Mas! Pergi hanya dengan pakaian yang saat ini kamu pakai!" teriakku dengan keras.

"Dek ...."

"PERGI! Aku gak mau lihat kamu lagi, Mas. Pergi!" Aku kembali berteriak.

"Dek tolong jangan seperti ini!"

"Berhenti! Jangan berani lagi menyentuhku. Pergi kamu!" Aku berteriak sudah seperti orang kesetanan. Entahlah, rasanya sangat sakit dan aku tidak kuat.

Punggung tanganku sibuk menyeka kedua mataku yang berkaca. Tanggul air mataku tak boleh jebol di hadapan Mas Rafka. Maka dari itu aku ingin dia pergi dari sini secepatnya. Agar aku bisa menangis sendirian agar dia tak tahu bagaimana rapuhnya aku karena pengkhianatan ini.

Mas Rafka mengeluarkan dompet dari saku celana. Dia mengeluarkan kunci mobil dan kunci rumah. Serta beberapa kartu ATM yang kami buat bersama selama menikah.

"Kalau kamu ingin mas pergi, baik. Mas akan pergi. Mas minta maaf jika selama ini kamu merasa dibohongi. Mas minta maaf untuk hal yang akhirnya kami ketahui tetapi bukan dari mas sendiri. Jika kamu memang sudah bertemu dengan Belfania dan juga Purnama, kamu pasti sudah melihat mereka langsung. Mas cuma ingin memastikan dan juga bertanya pada kamu, Dek. Kamu perhatikan Belfania baik-baik, kamu pastikan, apa anak kecil itu, mirip dengan Mas?"

.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Siska
makannya hati hati jangan sebarang
goodnovel comment avatar
Nunyelis
ya salahmu sendiri nikah gk mw punya anak......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 5

    Setelah berucap demikian. Mas Rafka pun bangkit dari duduknya. Kini dia berdiri menjulang di depanku. Kepalaku mendongak mengikuti arah gerak tubuhnya.Entah apa maksudnya berucap seperti barusan. Aku rasa, dia hanya ingin menyangkal. Dia hanya sedang berusaha menutupi kebenaran tentang anak perempuan itu. Aku rasa dia hanya sedang mencari-cari alasan untuk bisa terus menyangkal. Apa dia pikir aku akan percaya lagi? Apa dia pikir aku akan peduli?Mata kami bertemu pandang. Sebelum cepat-cepat aku memutusnya. Tak mampu lagi aku melihat sepasang manik matanya itu.Tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulut Mas Rafka. Lelaki dengan tinggi badan 175 cm itu berjalan menjauh dari hadapanku. Melangkah hanya dengan kaus santai sehari-harinya di rumah menuju ke arah pagar sana."Jangan datangi kantor dan juga butik! Jangan injakan kaki kamu di tempat yang sudah tidak lagi menjadi milikmu!" Aku berteriak di tempatku.Mas Rafka terlihat menghentikan langkahnya sejenak. Berdiri mematung sekit

    Last Updated : 2024-03-07
  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 6

    ELANG POV.Bugh!"Kurang ajar, Rafka! Beraninya dia menyakiti Fanisa. Awas saja kamu!" "Punya nyali berapa bedebah itu sampai berani menyakiti adikku dan membuatnya menangis seperti tadi. Dasar pengecut! Brengsek!""Agh!"Bugh Bugh Bugh!Tak hentinya aku mengumpat sambil memukuli stir kemudi. Aku sendiri bahkan menjadi saksi, saat Fanisa dan Rafka menandatangani surat perjanjian dalam pernikahan mereka. Di mana orang yang berani selingkuh dan mengkhianati pernikahan mereka, maka orang itu tidak berhak sedikit pun atas harta yang terkumpul selama pernikahan. Aku tahu dan menyaksikan mereka menyepakati surat perjanjian itu satu tahun setelah pernikahan mereka berlangsung.Aku kira, Rafka akan benar-benar menjaga adik perempuanku satu-satunya. Aku kira dengan surat perjanjian itu, Rafka tidak akan berani menyakiti Fanisa walau hanya seujung kuku. Aku kira, Fanisa adikku satu-satunya bersama dengan lelaki yang tepat. Karena selama ini kulihat Rafka merupakan lelaki yang tidak banyak nek

    Last Updated : 2024-03-12
  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 7

    FANISA POV~Kutatap ponsel meski layarnya hanya gelap. Memantulkan wajahku yang kumal dan lusuh. Hingga tidak ada tanda-tanda ponselku ini menyala. Akhirnya kugenggam dengan menurunkan tangan yang mendekap erat lututku.Kuhembus napas kasar. Sudah lima hari berlalu, tapi Bang Elang justru tidak ada memberi kabar sama sekali. Hanya kabar terakhir darinya, yang memberitahuku bahwa ia akan langsung bertolak ke Surabaya setelah kukirimkan alamat perempuan itu.Perempuan yang Mas Rafka panggil dengan nama Purnama. Entah siapa perempuan itu. Namun, tak bisa kupungkiri. Jika namanya memang secantik paras pemiliknya.Hatiku kembali berdenyut.Kugelengkan kepala dengan cepat. Mengenyahkan kilasan kejadian saat aku bertemu perempuan itu pertama kalinya. Perempuan yang membuat kepercayaanku terhadap Mas Rafka pecah terbelah dan tak berbentuk lagi.Drrrt Drrrt Drrt.Ponsel di genggaman tangan bergetar. Aku pun mengangkatnya berada di hadapanku. Panggilan masuk dari Tia—karyawan butik."Halo?" j

    Last Updated : 2024-03-12
  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 8

    POV ELANGAku menatap pantulan wajahku di depan cermin oval. Kusentuh pipi sebelah kananku yang tak mulus. Terdapat bekas luka melintang di bawah kelopak mataku hingga mendekati telinga. Luka yang timbul karena tusukan pecahan beling yang begitu dalam menembus lapisan kulit pipiku. Begitu dalamnya tusukan itu, hingga mengubah rupa wajahku.Dari tahun ke tahun, bekas lukanya tidak kunjung hilang. Seperti yang dikatakan dokter bertahun-tahun yang lalu. Hingga aku harus menerima bekas luka ini tetap ada di pipiku.Kujauhkan telapak tangan dari pipi. Seiring mata yang memejam. Teringat saat perempuan yang ada di rumah yang sama dengan Rafka mengamuk. Histeris dan mengusirku pergi dari sana.Melihat perempuan itu begitu kacau saat memintaku pergi membuatku tak berdaya. Membuatku yang seharusnya menyeret Rafka, justru melupakan tujuan utama datang ke kota ini. Lalu menjauh dari rumah mungil itu.Bahkan kulihat dari jauh, perempuan itu tak sadarkan diri dalam dekapan Rafka yang bercucuran da

    Last Updated : 2024-03-12
  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 9

    POV ELANGAku masih betah memandangi sepasang manik hazel di hadapanku saat ini. Tanganku bahkan telah menangkup kedua pipinya.Garis wajahnya, hidung mancung serta rambutnya yang ikal sebahu. Seperti aku sedang memandangi foto masa kecilku.Kulitnya yang hitam kecoklatan dan bibirnya yang tipis. Nyaris tidak diturunkan dari perempuan berwajah bak bulan purnama itu. Melainkan lebih condong sepertiku.Tanpa dikomando, tanganku tiba-tiba saja terulur membelai puncak kepalanya. Mengusapnya lembut hingga ujung rambutnya.Ada perasaan yang sulit dijelaskan. Terasa menggetarkan dan menyeruak memenuhi hati ini. Rasa yang aku sendiri tidak mengerti."Hey!"Suara teriakan membuatku menoleh ke arah lobi rumah sakit.Anak kecil di pangkuanku itu, cepat-cepat menarik dirinya hingga akhirnya berdiri. "Om, sekali lagi aku minta maaf. Aku buru-buru karena ingin menemui Ibu," tukasnya seolah panik.Aku meraih tangannya dengan cepat. "Jangan takut. Om akan bicara dengan petugasnya," ucapku mencegah ke

    Last Updated : 2024-03-12
  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 10

    "Rumah sakit jiwa?" gumamku dengan tangan terulur melayang tanpa sambutan. Rafka telah hilang dari pandangan mata. Dibawa lajunya mobil ambulance yang mulai menjauh dari gedung rumah sakit.Tanpa membuang waktu. Aku membawa kaki ini untuk berlari. Begitu lebar hingga akhirnya pun keluar melewati pagar rumah sakit.Kebetulan sekali, sebuah taksi melintas di depanku. Buru-buru aku menghentikannya dan duduk di kursi belakang."Ikuti ambulans di depan sana, Pak!" titahku segera.Sopir taksi tak banyak bertanya. Mobil seketika kembali melaju membelah jalanan lengang pagi hari. Di dalam mobil, hati ini resah. Segala kemungkinan terlintas dalam benakku.Mungkinkah perempuan bernama Purnama itu sengaja merusak ketenangan rumah tangga Fanisa dan Rafka? Karena Purnama tahu, jika Fanisa adalah adikku. Mungkinkah Purnama sengaja melakukannya, sehingga dalam satu tembakan peluru, dia berhasil menghancurkan dua target sekaligus?Aku meremas rambutku kasar seraya mendengkus. Aku pusing dengan apa ya

    Last Updated : 2024-03-12
  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS - 11

    Malam menyapa. Bulan bersinar penuh di singgasananya.Aku sudah kembali berada di dalam rumah sakit jiwa. Mengenakan sweater dan juga masker penutup wajah. Aku berjalan seperti biasa agar tidak menimbulkan kecurigaan para pekerja di sini.Langkahku berhenti tepat di depan kamar yang diisi Purnama. Terlebih aku mendengar suara Rafka dari dalam sana.Aku mendekatkan tubuhku pada tembok. Mengintip dari celah tralis besi ke arah dalam. Ranjang itu masih ditempati Purnama. Perempuan itu nampak memejamkan matanya. Di sisi ranjang, terdapat Rafka duduk di dekat kepala Purnama. Sementara di hadapan Rafka, duduk seorang perempuan yang lebih tua darinya. Kutaksir usianya sudah sampai kepala lima. Namun masih terlihat sehat."Pak Rafka, saya Bu Rianti. Saya melakukan pendekatan pada pasien-pasien di sini dengan cara mendengarkan mereka. Berdasarkan laporan, Bu Purnama ini baru masuk hari ini dan keadaannya benar-benar kacau. Bahkan tadi pagi, ia sempat melakukan percobaan bunuh diri. Satu jam ya

    Last Updated : 2024-03-13
  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    PRS -12

    POV FANISA—Bip Bip Bip!Ponselku berbunyi. Deretan pesan masuk, tertuju ke dalamnya. Aku menghentikan sejenak aktivitas di depan layar laptop. Meraih benda pipih di atas meja yang sama dengan laptop di hadapanku.Aku melihatnya malas. Namun, seketika pun terkesiap. Saat tahu yang mengirimkan pesan adalah Abangku.Kedua tangan memegangi ponsel. Lalu membuka satu demi satu pesan yang masuk dari Bang Elang dan membacanya dengan seksama.Keningku mengernyit. Kala pesan di urutan pertama memunculkan satu buah foto. Seseorang nampak tersungkur dengan seluruh badan tengkurap.Wajahnya nampak dari samping. Namun terlihat begitu jelas babak belur. Lebam dan bersimbah darah. Begitu juga kedua lengan yang dipenuhi luka. Kedua kakinya berada dalam keadaan terikat.Aku menatapnya lekat. Meski wajahnya dipenuhi luka, lebam, serta darah. Tapi aku bisa mengenalinya. Dari postur tubuh dan potongan rambutnya yang juga berlumur darah

    Last Updated : 2024-03-13

Latest chapter

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 26

    "Kenapa, Dek?" Mas Rafka datang menyusul. Suaranya pun terdengar khawatir karena aku memang berteriak memanggilnya tadi.Aku menggeleng dengan air mata yang sudah berjatuhan. Tanganku terulur menunduk pada Bang Elang yang berada di atas tempat tidurnya. Tidak mampu untuk bersuara, hanya bisa menunjuk sambil terus menangis. Berharap apa yang kulihat, hanya sebuah mimpi buruk saja.Mas Rafka sudah mendekat dan berdiri di samping kasur., sedangkan aku terduduk di depan lemari. Kulihat Mas Rafka memeriksa kondisi Bang Elang. Mulai dari menempatkan jarinya di ujung hidung Bang Elang. Memeriksa denyut pada lehernya, kemudian pergelangan tangan.Terlihat suamiku itu menggeleng sembari menghela napas. Kemudian mengambil cermin kecil dari selama laci nakas. Menempelkan pada wajah terutama bagian hidung Bang Elang beberapa saat. Lalu menariknya dan mengangkat ke atas."Innalilahi wa Inna ilaihi rooji'un ... tidak ada jejak napas, artinya bang Elang sudah tiada," ucap Mas Rafka sembari mengusap

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 25

    POV Fanisa 💞💞💞Seratus hari berlalu sejak meninggalnya Purnama, kesedihan dan kehampaan atas kepergiannya kian terasa. Apalagi sore tadi, baru saja selesai acara pengajian memperingati seratus harinya. Luka ini kian dalam terasa. Mengingatkan pada sosok Purnama yang begitu shalehah semasa hidup. Benar-benar perhiasan dunia yang dimiliki Bang Elang.Tidak ada yang baik-baik saja usia kepergiannya hari itu. Kepergian yang dirasa mendadak dan begitu tiba-tiba, karena Bang Elang mengatakan bahwa perempuan jelita itu sudah sembuh dari sakit yang pernah diderita. Tapi ternyata, kematian itu benar-benar sebuah rahasia yang paling dekat pada setiap makhluk yang bernyawa.Hari-hari setelah Purnama tiada, kami semua merasa benar-benar terpuruk. Aku dan Belfania seperti kehilangan gairah hidup. Kami sangat bersedih tetapi Mas Rafka mampu menguatkan dan menghibur kamu.Sementara Bang Elang, bahkan hingga hari ini, dia tidak lagi seperti Abang yang kukenal. Dia tidka banyak bicara padaku dan M

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 24

    Bersama linangan airmata, aku memetik mawar-mawar indah yang bermekaran pagi hari ini. Mawar yang mekar sempurna dan begitu cantik ini tidak bisa dilihat lagi oleh Purnama. Mawar-mawar ini justru akan mengantarnya ke pemakaman."Bang, kita harus segera ke makam." Rafka merangkul pundakku.Aku pun hanya bisa mengangguk. Kelopak mawar sudah selesai aku kumpulkan meski hanya dalam kresek. Gegas aku masuk ke dalam rumah dan keranda mayat sudah siap untuk diangkat.Hatiku hancur dan air mata tak hentinya luruh membasahi wajahku."Kalau Abang tidak sanggup, biar aku dan remaja mesjid saja yang menggotong kerandanya, Bang." Rafka kembali berucap.Namun aku cepat-cepat menggeleng. "Jangan, Raf. Biar abang saja." Aku pun melangkah gontai mendekati keranda. Mengumpulkan segenap kekuatan untuk turut serta menggotong keranda berisikan jasad istriku.Purnama wafat. Dia menghembuskan napas terakhir saat sedang bersujud. Setelah aku memanggil d

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 23

    Dua Minggu berlalu, masa penyembuhan pasca operasi yang dilakukan Purnama terbilang cepat. Perempuan berstatus istriku itu sekarang sudah bisa beraktifitas di rumah walau terbatas. Bukan, bukan terbatas. Tetapi aku lah yang membatasi. Andai tidak kucegah, Purnama tidak lah mau diam.Seperti pagi ini, karena pekerjaan rumah sudah selesai kukerjakan, Purnama pasti berada di halaman. Merawat mawar-mawar yang sempat layu dan kering karena tak tersentuh olehku. Hingga kini, tanaman-tanaman itu mulai segar kembali."Kasihan, bunga-bunga ini hampir mati. Pasti kamu tidak merawatnya 'kan?" ucap Purnama yang sedang membongkar satu tanaman dalam pot berukuran kecil.Aku yang berdiri di sampingnya tak ayal mengangguk. "Bagaimana lagi? Kamu lebih penting dari sekedar bunga-bunga ini," jawabku cepat.Hanya helaan napas yang terdengar dari Purnama. Tangannya masih sibuk dengan tanaman yang sudah kering kerontang karena telah mati itu. Hingga satu pot sudah kos

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 22

    Lampu ruangan operasi menyala. Artinya, sebuah tindakan sedang berlangsung di dalam sana. Setelah tiga hari menunggu, operasi Purnama pun dijadwalkan malam ini. Setelah sebelumnya menjalani puasa selama delapan jam, kini Purnama menjalani operasi yang sudah kami sepakati.Fanisa menemaniku. Duduk di samping kananku mengisi ruang tunggu. Sedangkan Rafka, harus menemani Belfania dalam pagelaran seni yang diikutinya.Detik demi detik berlalu, dan tindakan operasi belum juga selesai. Hatiku rasanya tak karuan selama menunggu. Fanisa berulangkali menepuk pahaku, karena aku tak bisa diam. Terus menggerakkan kaki sebagai luapan rasa gelisahku."Abang mau ke mushola. Kamu jaga di sini, ya?" ucapku seraya berdiri dengan cepat."Iya, Bang."Aku pun melangkah pergi. Menuju mushola yang terpisah dengan gedung rumah sakit tetapi masih satu area. Mengambil wudhu, cepat-cepat aku menunaikan shalat hajat. Zikir dan wirid tak henti kulafalkan seiring deng

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 21

    Hari demi hari aku lalui bersama Purnama. Hingga berganti bulan dan aku dengan setia menemani berikhtiar untuk mencapai kesembuhannya. Namun, sudah hampir enam bulan kami jalani, kondisi Purnama tidak kunjung membaik. Bobot tubuhnya justru kian menyusut. Badannya yang mungil makin terlihat kurus. Pasca kemo, helaian demi helaian rambutnya berjatuhan. Rambutnya yang pendek, kian tipis saja sekarang. Satu bulan terakhir, ia bahkan harus memakai kursi roda saat berada di rumah. Akan tetapi, belum ada tanda-tanda akan kesembuhannya.Hari ini, pemeriksaan kembali dilakukan. Aku dan Purnama berada di ruangan dokter untuk mengetahui hasil pemeriksaannya."Jaringan kankernya semakin meluas. Kemo yang dilakukan tidak begitu efektif, karena sejak penyakit ini diketahui, sudah masuk stadium empat yang artinya sudah cukup parah," jelas sang dokter membuat hati ini rasanya tercabik-cabik."Kalau operasi bagaimana, Dok?" tanyaku lemas.Dokter berkacamata di ha

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 20

    "Purnama kenapa? Sakit apa?" tanya Fanisa yang baru saja datang. Dia adalah orang pertama yang kuhubungi, setelah Purnama masuk ruang IGD lima belas menit lalu.Aku menggeleng pelan. "Masih ditangani," jawabku lesu.Fanisa menghempas bobotnya di sebelahku. Dia menepuk-nepuk pundakku. Seolah menyalurkan ketenangan. Aku menunduk. Mengusap wajah dengan kedua tangan seraya menarik napas panjang. Sebelum kemudian aku menoleh pada Fanisa."Apa kamu tahu sebelumnya, Purnama mengidap sakit apa?" tanyaku kepada Fanisa.Adik perempuanku itu nampak diam seolah tengah berpikir, sampai kemudian ia menggeleng. "Aku dan Mas Rafka gak tahu, Bang. Tapi sempat Purnama juga pingsan saat dia menginap di rumah kami waktu itu. Setelah sholat Subuh. Saat itu dia menolak untuk diperiksa. Meskipun aku dan Mas Rafka terus membujuk dan memaksa. Sampai akhirnya dia kembali ke pondok dan aku gak pernah tahu Purnama itu sakit apa," jelasnya kemudian.Aku pun terdiam.

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 19

    19.Tidak tahu sudah berapa lama aku tertidur. Namun tanpa aba-aba, mataku seketika ringan terbuka. Tersadar dan melihat Purnama masih berada di atas dadaku.Aku menoleh untuk melihat jam duduk di atas nakas. Rupanya pukul tiga dini hari. Sejak tinggal di pondok, bangun dini hari seperti ini sudah menjadi kebiasaanku.Purnama nampak masih lelap. Sangat terpaksa aku harus menggeser kepalanya dengan hati-hati sampai akhirnya berpindah ke bantal. Kutatap sejenak wajah cantiknya saat tertidur, hingga bibirku tersenyum karenanya.Pelan-pelan aku bangkit. Gerakanku amat pelan sampai kemudian berhasil turun dari kasur. Karena aku tidak ingin mengganggu tidurnya.Lekas aku ke kamar mandi yang berada di dalam kamar. Berdiam sejenak sebelum kemudian mengambil wudhu. Sehingga wajah ini terasa lebih segar setelah terkena air. Membiarkan wajah ini tetap basah, gegas aku keluar.Langkahku terhenti di depan pintu kamar mandi. Kulihat Purnama ju

  • PERNIKAHAN RAHASIA SUAMIKU    S2 - BAB 18

    18.Aku menarik diri. Namun di luar dugaan, ternyata Purnama sudah membuka matanya kembali. Aku menunduk dan tak ayak pandangan kami pun bertemu. Tanganku yang seharusnya membelai anak rambut di keningnya, kini justru menangkup pipi Purnama.Jarak kami begitu dekat. Aku bahkan tak bisa berkedip menatapnya dari jarak sedekat ini. Hingga kurasakan telapak tangan Purnama menyentuh pipiku. Dia mengusapnya, membuatku kian menundukkan kepala. Aku benar-benar terbawa suasana.Hidung mancungnya bahkan telah beradu dengan ujung hidungku. Pandangan kami masih saling mengunci, aku memiringkan kepala, hingga menemukan posisi yang pas untuk kemudian mendaratkan bibirku di bibirnya.Aku butuh tali, untuk mengikat jantungku yang seperti akan melompat meninggalkan tempatnya.Ini ciuman pertamaku.Rasanya begitu hangat dan menggetarkan hati.Tidak ada hal lebih yang kulakukan. Hanya membiarkan bibir kami saling menempel. Begini saja, ali

DMCA.com Protection Status