BAB 95Daffa terduduk diam di sebelah ranjang Klarisa, lengkap dengan pakaian sterilnya. Ia seperti kehilangan semangat hidup melihat Klarisa terbujur tak berdaya dengan sejumlah alat yang menempel di badannya.Sudah dua hari Klarisa tak sadarkan diri, dan Daffa memilih menghabiskan waktunya untuk m
Pagi ini Arsyla sudah dititipkan di rumah Raida, dan disambut dengan bahagia oleh Humairah. Semenjak di Jakarta, Humairah menjadi sangat dekat dengan Arsyla, dia selalu memastikan Arsyla tidak kesepian karena ibunya tidak ada.“Onty, Cila boleh nanya gak?” tanya Arsyla di tengah-tengah aksinya main
BAB 96Mandala mengeluarkan jaket kulitnya dari lemari dan mengenakannya, membuat Humairah yang baru saja masuk menatap Mandala heran.“Mau ke mana malam-malam gini, Mas?” tanya Humairah. Pasalnya jam telah menunjukkan pukul sebelas, dan itu sudah cukup larut.Mandala menoleh, ia menghampiri istriny
“Risa sekarang sedang koma,” ucap Mandala, ia menundukkan kepalanya. “Sebenarnya kalau boleh jujur, aku menyesal sudah memberikan izin pada Daffa untuk kembali dengan adikku.”“Setelah bersama Daffa, bukan kebahagiaan yang adikku dapatkan, tapi Risa malah selalu ditimpa kemalangan,” tambahnya.Gea m
BAB 97Mandala bersembunyi di balik semak-semak yang lumayan lebat, meminimalkan geraknya agar tak ada yang menyadari keberadaannya. Ia mengintip dari balik celah yang ada di semak tersebut.Tak jauh dari tempatnya Mandala bisa melihat Sovia tengah berdiri menunggu, tak lama kemudian seorang pria be
“Iya, iya. Saya bakal lunasin semuanya kalau Klarisa sudah mati,” ucap Sovia. “Dia masih koma sekarang! Masih ada kemungkinan bisa hidup kembali kan?”Tangan Mandala terkepal, benar saja sesuai dugaannya! Semua ini adalah ulah Sovia. Penyebab adiknya mengalami kecelakaan adalah karena Sovia!“Aku ak
BAB 98Dalam sekali perintah, rekan-rekan pembunuh bayaran tersebut langsung bergerak untuk menyerang Mandala. Mereka mengeroyoki Mandala dan berusaha menjatuhkannya.Sementara Sovia langsung memanfaatkan kesempatan itu, Mandala tengah lengah. Sovia langsung berlari keluar dari rumah itu dan meningg
Sovia yang baru saja sampai segera memanggil kedua putrinya, dia memerintahkan Fania dan Gea untuk bergegas membereskan barang-barang mereka dengan terburu-buru.Gea dan Fania yang melihat ibunya panik dibuat bingung seketika.“Ada apa sih, Mi? Aneh banget pulang terus tiba-tiba minta kita berkemas,
“Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama
PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m
“Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,
PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar
“Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di
BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be
Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M
BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa
BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan