BAB 29Karena Kak Daffa bagi-bagi uang, semua mahasiswa jadi sangat care. Di akhir mata kuliah, banyak yang bertanya ini dan itu. Aku mau apa? Mau ke mana? Butuh apa? Ada juga yang sengaja mengajak ngobrol. Bertanya lebih jauh tentang aku dan Kak Daffa.Sebagaimana teman-teman yang lain, Andre pun i
“Oke, gue gak akan pergi, tapi bisa gak lo nyenengin gue malam ini?” Kak Daffa bicara serius. Dari lo guenya, aku paham ini bukan akting. “Nyenengin gimana maksudnya?” Aku mulai menciut. “Nyenengin layaknya suami istri. Kita panas-panasan bareng.” Tanganku yang merentang mulai turun. “Temenin gu
BAB 30 Pria tinggi berdada bidang ini menarik tanganku keluar diskotek. Baru saja dia memukuli pria mabuk secara membabi buta. Kalau bukan ditahan sekuriti, pria yang menggangguku tadi mungkin sudah mati. Sambil mengikuti langkahnya, aku menunduk takut. Ya, takut karena melihat keributan, ya, taku
Sejak saat itu, aku tidak berani pake baju pendek lagi di dalam kamar. Selalu celana panjang dan atasan panjang. Aku benar-benar menjaga gerak, tapi bercanda tetap setiap waktu. Ribut tiap saat: saling ledek, saling cubit, saling ngeprank. Pada satu sore, Kak Daffa menarik koper di sudut ruang paka
BAB 31 Aku menubruk Kak Daffa dan memeluknya. “Eh, ini kenapa?” “Kangen .…” “Yah, baru ditinggal tiga hari.” Dia tersenyum. Mengusap punggungku. “Kakak bawa kejutan,” bisiknya pelan. “Apa?” “Nanti saja. Kamu pasti suka.” Baru sadar kalau Om Handri juga ada di sini, aku melepaskan Kak Daffa da
Tante Sovia, dan Om Handri datang, diikuti Fania beberapa langkah di belakang. “Mana makanannya? Kenapa meja masih kosong?” “Habis,” jawabku pendek saja. “Habis? Apa maksudnya? Jangan bilang kamu tidak bisa mengatur konsumsi anggota rumah ini.” Aku menghela napas. “Aku sudah masak banyak, tapi me
BAB 32 Semua pekerja menunduk, tidak ada yang mau mundur satu pun. “Maaf, Non. Kami akan berubah,” kata mereka serentak. “Oke kalau kalian bisa berubah, tapi kalau karakter seperti A itu masih ada dalam diri kalian. Saya tidak akan berpikir dua kali untuk mengeluarkan siapa pun.” Breefing ditutup
Perjalanan Jakarta—Tasik kami lalui berdua di mobil sambil sesekali bercanda. Semakin memasuki daerah Jawa Barat, jalanan lurus mulai berliku. Naik turun bukit. Pemandangan kota berganti pedesaan asri. Sawah, kebun, dan lahan sayur. Aku tidur beberapa saat. Kembali bangun ketika jalanan sudah benar
“Kamu kalau senyum jangan manis-manis, Sa,” ucap Daffa.Kening Klarisa mengernyit bingung. “Kenapa? Kamu gak mau aku senyum? Aku harus cemberut terus gitu?” protes Klarisa.Daffa terkekeh. “Gak gitu, Sayang. Tapi kalau kamu senyum, kamu jadi tambah cantik. Aku takut kalau orang-orang bakal suka sama
PGK BAB 105[Hukuman Dijatuhkan! Keluarga Mengabulkan Permintaan Keringatan, Sovia yang Merupakan Pelaku Pembunuhan Berencana pada Klarisa Kini Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup!]Kira-kira itulah judul berita yang menjadi pembicaraan hangat di media sosial sekarang. Bujukan Klarisa malam itu berhasil m
“Di lihat dari kondisi Ibu Risa yang sudah sangat membaik, jadi saya memutuskan untuk memulangkan Ibu Risa hari ini juga,” ucap dokter yang disambut senyum bahagia oleh yang lain.“Alhamdulillah,” ucap Daffa dan Mandala bersamaan.Dokter menatap Daffa dan Klarisa bergantian. “Tapi perlu diingat ya,
PGK BAB 104Hari-hari semakin membaik bagi keluarga kecil Daffa, setiap hari Daffa selalu mengunjungi istrinya dan menemaninya dengan sangat sabar.“Sayang, ayo buka mulutnya dulu. Pesawat datang aakk,” canda Daffa seraya menyuapkan sesendok nasi dan lauk untuk istrinya.Dengan senyum malu-malu Klar
“Hadirin diharapkan tenang, putusan akan segera dibacakan,” ucap hakim sembari mengetuk palunya.Mendadak ruang sidang menjadi hening. Para wartawan telah menyiapkan kameranya untuk merekam. Sementara keluarga Klarisa yang menemaninya kini tengah khusyuk memanjatkan doa, berharap keinginan mereka di
BAB 103“Apa? Gak bisa gitu dong! Istri gue masih dirawat di rumah sakit, kalau kondisinya jadi drop lagi gimana?!”Daffa menggeram kesal, meremas telepon di genggamannya. Pagi ini Daffa benar-benar dibuat kesal dengan kabar yang dibawa oleh pengacarannya.Persidangan yang telah berlangsung sejak be
Setelah diizinkan dokter untuk mengonsumsi makanan langsung, Klarisa hanya bisa diberikan makanan dengan tekstur yang lembut seperti bubur. Otot rahangnya yang belum berfungsi benar membuat Klarisa akan kesulitan jika diberikan makanan berat.“I-ibu ... maaf ngerepotin,” ucap Klarisa terbata-bata.M
BAB 102Tubuh Daffa seketika membeku. Seperti ada bongkahan batu yang menghantam dadanya.“S-sayang? Arsyla... dia anak kita, masa kamu gak ingat?” ucap Daffa terbata-bata saking terkejutnya.Seketika Daffa berpikir keras, apa istrinya mengalami lupa ingatan atau amnesia seperti di film-film? Kenapa
BAB 101Sebulan sudah berlalu, tetapi masih belum ada tanda-tanda Klarisa akan sadar dari komanya. Bahkan untuk perkembangan kecil pun tubuh Klarisa tak menunjukkan reaksi apapun.Dokter dan tim medis telah melakukan berbagai cara, tetapi belum juga membuahkan hasil. Mereka hanya meminta kepasrahan