part 34Pov Mila"Dasar wanita iblis, berani-beraninya dia membawa Caca tanpa sepengetahuanku, makanya dia tersenyum setelah pergi dari rumahku, sial!” gumamku sambil memukul stir mobil melampiaskan kemarahanku. Kemana aku akan mencari Caca, apa yang harus aku lakukan untuk mengalahkan wanita itu, aku tidak mungkin tanya Tante Dona karena kami sedang tidak bertegur sapa.Aku terus berpikir dan berpikir, ke mana harus mencari Caca. Aku tidak mau wanita sialan itu mengambil Caca dariku, tidak akan aku biarkan! Sepertinya aku harus menelepon Mas Bayu, mudah-mudahan dia tahu di mana keberadaan Lani.“Halo Mas, Mas kamu tau di mana Caca?” Aku langsung bertanya karena tidak sabaran dengan jawabanya.“Tau,” jawab Mas Bayu di ponsel.“Jadi kamu tau di mana Caca dan tidak memberi tahuku?! Kamu anggap aku apa Mas?!” Aku sangat kesal dengan jawaban Mas Bayu.“Sudahlah Mila, kurangi ocehanmu itu, aku sedang sibuk.”“Mas! Mas Bayu, Mas Bayu!!”Brengsek! Dia mematikan ponselnya, aku belum tahu di
Part 36Mila meninggalkan rumah dengan rasa kesal setelah apa yang dialaminya ulah dari Lani. Dia menyetir mobil menuju rumah Dona dan berharap Dona bisa membantunya dalam melawan Lani.Sedangkan di rumah, Lani menyuapi Ibu Bayu dengan bubur buatannya, dia juga bercanda ria dengan Caca seperti Ibu dan anak. Mbok Siti yang melihat sifat Lani teringat sosok Luna."Ada apa Mbok?" tanya Lani mendapati Mbok Siti memperhatikannya sambil mencuci piring."Ti-tidak ada, Non," jawab Mbok Siti gugup dan langsung memalingkan wajah."Mbok, apakah Mila berlaku baik sama Ibu Mas Bayu?"Mbok Siti langsung menghentikan pekerjaannya, dia terdiam berfikir harus menjawab apa, ketakutan atas ancaman Mila masih terngiang."Kenapa Mbok diam?" tanya Lani karena Mbok Siti tidak menjawab."Ba-baik Non," jawab Mbok Siti gugup dan melanjutkan lagi mencuci piring.Lani meletakkan piring bubur yang sudah habis dimakan Ibu Bayu di atas meja. Dia melangkah mendekati Mbok Siti dan berdiri di sampingnya."Apa penyeba
part 38Pov Mila.Berani-beraninya mereka duduk santai makan bersama disaat aku masih istri di rumah ini. Apakah ini karma bagiku apa yang pernah aku lakukan dulu kepada Luna? Ternyata seperti ini rasanya sakit yang dirasakan Luna dulu, saat aku hadir di kehidupan rumah tangganya dengan Bayu.“Tolong jangan ribut, aku sedang makan, Mila,” kata Mas Bayu dan tidak melanjutkan suapannya lagi.“Aku ini istrimu, bukan wanita gila ini!” Aku tidak bisa menahan emosiku melihat mimik muka Mas Bayu seperti tidak merasa bersalah terhadapku.Lani tetap duduk santai dengan senyum sinisnya menatapku. Dia seperti memenangkan sebuah pertandingan yang membuat dirinya merasa di atas. Aku sangat kesal sekali melihat mereka berdua seperti sepasang kekasih yang dimabuk cinta.Mas Bayu langsung bangkit berdiri menghampiriku, “Kamu kemana saja? Malam begini baru pulang.”“Aku ada urusan penting, tapi bukan berarti kamu mengizinkan perempuan ini tinggal dirumah kita!”“Urusan penting apa yang membuatmu lupa
part 39Ternyata ada gunanya juga aku menonton televisi setelah marah-marah. Apa yang aku lihat menjadi inspirasi dengan apa yang aku lakukan. Lani ... Lani, kamu akan lihat siapa Mila sekarang.“Ini kopinya Non.” Mbok Siti meletakkan secangkir kopi di meja depanku.“Iya,” jawabku terus melihat televisi, dan Mbok Siti berlalu menuju ke dapur.Tidak jauh dariku duduk, Ibu Mas Bayu menatapku, sepertinya dia juga mendengar siaran televisi yang aku nonton. Aku meliriknya sambil tersenyum jahat, dan saat itu juga dia melototi aku seperti mengerti jalan pikiranku.Aku bagkit dan melagkah mendekati Ibu Mas Bayu lagi. Kebungkukan badan dan berbisik di telinganya. “Kamu dengar siaran berita itu Ma? Itulah rencanaku.” Aku berlalu masuk ke kamarku meninggalkan Nenek lumpuh ini dengan ekspresi muka tegangnya.Amarahku belum juga hilang, apa yang aku rencanakan sekarang pasti akan membuat aku menjadi nyonya lagi di rumah ini. Aku bisa hidup tenang dengan Caca di sampingku.Kuambil handuk ingin man
part 41Aku ke kamar dan duduk di depan cermin. Setiap hari aku selalu memandangi seseorang di cermin dan sangat asing. Ini bukan wajah Luna, aku bukan lagi Luna. Semenjak dia menyelamatkanku, identitasku sudah dirubah dan bahkan kalau aku mengakui aku adalah Luna, tidak akan ada yang percaya. Luna sudah mati, yang ada sekarang hanya Lani dengan dendam yang berusaha merebut kembali apa haknya yang telah direnggut.Ponselku berdering, kulihat ada panggilan dari Bayu, segera kutempelkan benda pipih itu ke daun telingaku.“Ada apa Mas Bayu?” tanyaku di ponsel.“Kamu dimana Lan?” tanya Bayu seperti memendam rindu.“Aku lagi di rumah Tanteku,” jawabku sambil menghapus lipstikku dengan tisu.“Kapan aku bisa kenalan dengan Tantemu?”“Jangan terburu-buru Mas. Aku butuh waktu karena kamu masih punya istri.”“Mila lagi? Huh! Baiklah, aku akan bicara dulu dengannya.”“Mas, aku ....” aku tidak melanjutkan kata-kataku agar Bayu penasaran.“Apa Lani?” tanya Bayu.“Nanti saja kita bicarakan, hari in
Part 43“Ada apa Lan?” tanya Rio saat aku memperhatikannya menyetir mobil.“Oh, tidak ada,” jawabku dan langsung memalingkan wajah ke luar jendela mobil.“Aku suka melihatmu dengan muka malu merah seperti sekarang ini.”Aku melirik Rio sesaat, dia tersenyum melihatku, ternyata dia bisa membaca rona mukaku. Kenapa aku merasakan seperti ini? aku malu dan seperti pertama kali jatuh cinta. Tidak! Aku tidak boleh jatuh cinta dengan putra Dona, tujuanku hanya ingin membalaskan dendam kepada Ibunya, bukan ikut dalam permainan dan jatuh cinta.Mobil memasuki area parkiran disebuah mal. Setelah mobil diparkir, aku dan Rio melangkah masuk dan meuju sebuah restoran di mal ini. keramaian pengunjung mal membuat Rio terus memegang tanganku di setiap langkah. Entah kenapa rasa nyaman ini selalu bertambah.“Kita makan di sana saja, Lan,” ucap Rio menunjuk sebuah restoran.“Terserah kamu, Rio,” jawabku menyetujuinya.Kami masuk ke restoran itu dan duduk di kursi meja di pojok kanan. Di restoran ini ti
part 45Mbok Siti meletakkan secangkir kopi di meja depan Lani duduk. Caca duduk di antara Lani dan Bayu, Ibu Bayu juga duduk di samping Lani meskipun masih di kursi roda, sementara itu Mila mengintip dibalik lemari melihat dan berharap Lani meminum kopi tersebut dan membuatnya lumpuh. Mbok Siti akan menjadi tersangka karena dia yang menyuguhi secangkir kopi untuk Lani, itulah rencana Mila.“Ini Minumnya, Non Lani,” ucap Mbok Siti dan berlalu ke dapur.“Terimakasih Mbok,” jawab Lani.“Kamu suka minum kopi, Lan?” tanya Bayu kepada Lani.“Iya, Mas. Aku suka kopi hangat sedikit gula,” jawab Lani dan mengambil secangkir kopi di meja ingin meminumnya.“Sama seperti ....” Bayu terdiam dan tidak melanjutkan kata-katanya.“Sama seperti siapa Mas?” tanya Lani tetap memegang secangkir kopi tapi belum diminumnya.“Maaf, aku ... aku salah bicara,” jawab Bayu berusaha tidak menyinggung Lani karena kopi itu minuman kesukaan Luna. Ingatan tentang Luna masih di dalam kepala Bayu karena dulu dia juga
Part 46Ternyata pikiranku benar, minuman kopiku itu pasti dicampur racun oleh Mila, mungkin Ibu Bayu berusaha menyelamatkan aku dari minuman beracun itu. Apakah Ibu Bayu tahu kalau Mila membeli racun itu? Bagaimana cara Mila memasukan racun ke minuman kopiku padahal yang membuatkan adalah Mbok Siti. Banyak pertanyaan yang belum terjawab dan aku akan mencari tahu tentang semua ini. Aku harus lebih hati-hati dengan Mila. Mila bisa melakukan senekad apapun demi apa yang diinginkannya, termasuk apa yang dilakukannya beberapa tahun yang silam.“Mas, aku mau buatkan Ibumu bubur. Masalah minumanku yang dibuang Ibu, bisa aku buat lagi nanti,” kataku kepada Bayu.“Maafkan Ibuku, Lani,” ucap Bayu merasa tidak enak.“Mas, Ibumu tidak salah, justru aku berterimakasih karena telah diselamatkan.”“Diselamatkan? Maksudmu apa lan?” tanya Mas Bayu.“Mungkin aku harus mengurangi minum kopi, aku ada riwayat sakit magh,” ucapku mencari alasan, yang sebenarnya aku tahu maksud Ibu Bayu sebenarnya.“Syukur