Share

DIMADU

Penulis: Queen Lathi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-06 17:24:39

Seminggu tlah berlalu , semenjak hari itu mas Feri tak mau lagi menyentuh bahkan enggan bicara padaku. Aku merasa begitu lega karna aku tak perlu lagi memikirkan beban batin yang berkecamuk didadaku. Setidaknya sekarang aku bisa menjalani hari-hari dengan tenang tanpa ketakutan,walau sepertinya mas Feri tlah lupakan kesepakatan tentang dia menikah lagi. Aku tidak peduli yang terpenting sekarang mas Feri tidak menuntut hak ranjangnya aku sudah sangat bersyukur sekali

Di sore hari ini saat aku menyiapkan makanan untuk makan malam kami, aku mendengar mobil mas Feri datang, aku menunggu dia didalam sembari tetap fokus pada menu hidangan. Namun sedikit aku teranyuh melihat mas Feri masuk kerumah dengan seorang wanita cantik, sontak aku melihatnya degan seksama dia begitu cantik dan elegant aku memperhatikannya dari ujung kaki sampai ujung kepala dia terlihat sangat sempurna dan tentunya dia normal. Dia pasti bisa menjadi istri yang baik untuk mas Feri, sedikit aku coba melangkah mendekati mereka,

“Sore Ina. Perkenalkan ini Rara, seperti kesepakatan kita sebelumnya. Aku telah menikahinya.”ujarnya sedikit aku naikkan alisku dan berkata

“Selamat datang Rara ..”singkatku mengulurkan jabatan tanganku wanita itu seketika nanar melihat sambutan hangatku, dia terlihat tak percaya dengan mata yang membulat.

“Tenang saja. Aku sama sekali tidak keberatan kamu ada disini, aku harap kita bisa akrab?” ujarku, wanita itu makin terheran perlahan dia coba getarkan bibirnya,

“Aku tidak percaya ada wanita seperti ini. Tadinya aku takut saat mas Feri mengajakku kesini,” aku tersenyum dan reflek terkekeh.

“Jangan takut, anggap saja aku temannya mas Feri. Aku senang kamu ada disini,”ujarku lagi Rara tampak mengangguk dan menoleh pada mas Feri.

“Mas makasih ya udah nikahin aku dan pertemukan aku dengan mba Ina.” Ujarnya mas Feri tersenyum sembari mengacak rambut wanita itu dengan gemes. Aku juga ikut tersenyum dan mengajak mereka ke meja makan.

“Ayo kita makan dulu?” ujarku. Mas Feri tersenyum beranjak sembari menggandeng tangan Rara. Seketika aku bengong, namun aku coba tak peduli dan ikut menghenyak juga di meja makan bersama mereka.

“Silahkan, ini semua adalah masakan aku. Kalian silahkan cicipi?” ujarku.

“Silahkan sayang, Ina dia sangat pintar memasak, kamu pasti suka dengaan masakannya”ucap mas Feri mengulurkan piring untuk Rara. Seketika Rara mencicipi makananku, “Iya mas, enak!”ujarnya mereka tampak bercengkrama tak pedulikan aku disini. Aku bungkam sembari tetap menyendok makananku perlahan mendengar mereka tampak akrab sekali’

“ Rara?” tanyaku memotong pembicara’an mereka seketika dua orang itu menoleh.

“Kamu anak mana? Sama itu? Statusmu apa? Saat mas Feri menikahimu dan kalian nikahnya kapan?’tanya sejenak Rara diam hingga pertanya’anku itu di jawab sama mas Feri

“kami menikah seminggu yang lalu, Rara masih gadis saat aku nikahi, dia staf mas di kantor. Sama itu dia orang bandung.” Jelasnya. Aku manggut-manggut dan coba menarik ujung bibirku untuk tersenyum

“Oh, orang bandung syukurlahh.” Bisikku. Kembali mas Feri menoleh pada Rara dn berkata.

“Makan yang banyak ya sayang, gak usah sungkan-sungkan.”ujar mas Feri melihat itu aku sontak mencibir,

“Mungkin besok aku juga dapat temen juga buat bantuin masak, enak saja jika aku yang hidangkan makanan tiap hari,” batinku di hati,

Aku berdiri hendak beranjak kekamar,entah kenapa aku males aja liat kemesraan mereka takut ganggu..

“Kamu mau kemana?” cegat mas Feri

“ Aku mau kekamar, aku dah kenyang kok, lagian tadi aku dah makan jajan juga kalian teruskan, dan ya Rara gak usah sungkan-Sungkan juga beresin dan cuci piringnya ya anggap saja rumah sendiri”ujarku menatap maduku itu pasti, dengan gugup dia coba mengangguk.

“Bb-baik mba..”

“Baiklah aku bisa langsung istirahat sekarang.”ucapku beranjak pergi.

Senja berlalu hingga malam semakin larut ketika sedang terlelap tidur di malam hari aku bisa rasakan mas Feri memeluk, sontak aku tersintak dan reflek duduk.

“Mas, kok kamu ada disini bukannya udah ada Rara ya?”ucapku, mas Feri mengencangkan dekapannya sembari masih menutup mata, aku bahkan tidak tau mas Feri sudah berapa lama disini.

“Mas sana!” bentakku.

“Tidurlah sayang, lagian aku Cuma mau numpang tidur, pelit banget sih berbagi ranjangnya.”gerutunya sembari memejamkan mata. Aku menghela nafas, dan kembali tidur dengan rasa was-was. Tangan kekar mas Feri nengkreng di pinggangku, ku coba mengatur nafasku yang tak beraturan dan coba berusaha untuk kembali tidur.

“Ngapain masih disini ‘kan ada Rara”batinku menggerutu.

Pagi berkunjung aku terbangun di waktu shubuh, bisa aku lihat mas Feri masih tertidur lelap di sampingku, setelah mencuci muka dan menggosok gigi aku beranjak keluar kamar. Bisa aku lihat Rara tampak sibuk di dapur, menyiapkan sesuatu,

“Rara kamu mau apa?”tanyaku.

“Aku mau bikin sarapan mba?”ujarnya’ aku menghela nafas sedikit berat dan berkata.

“Kamu mau bikin sarapan apa? Mas Feri dia tidak suka cafein. Biasanya aku menyeduhkan the hijau untuknya di pagi hari,”ujarku.

"Mas Feri dia suka sarapan dengan karbohidrat dan Teh hijau. Ujarku melirik cofee yang siseduh oleh Rara.

"Oh, maaf aku gak tau. "ujarnya aku mendekat dan mengambul alih pekerja'annya itu.

"udah kamu gak usah lakuin ini. Ini tugas aku. Tugas kamu di atas ranjang aja. Dan ya. Kenapa bisa mas feri datangi aku semalam. Kamu gak cegat dia apa. "ujarku.

"Maaf mba, mungkin mas Feri belum biasa denganku. Dia nikahi aku begitu mendadak. Dan saat dia bilang kalo ia lakukan semua ini demi mba. Aku paham. Bahwa dia sangat mencintai mba. "ujarnya untuk sesaat aku terdiam.

"Aku bahkan tak tau apa itu cinta.. "bisikku. Rara menghela nafas dan coba menghenyak di meja makan itu.

"Cinta itu, perhatian dan kasih sayang. Yang di miliki mas Feri untuk mba."ujarnya. Aku menoleh dan memandanginya datar.

,"Tapi faktanya, dia menikahimu demi kebutuhannya? Apa itu juga cinta? "ujarku dengan tak habis pikir. Rara terkekeh sembari geleng-geleng yang membuat aku heran.

"Mas Feri pria yang normal mba, itu alamiah."

"Tapi kedengarannya cinta tidak alamiah. "gerutuku. Rara hanya bisa bungkam melihat ekpresiku mengaduk Teh di didalam gelas. Aku melirik pada Rara yang memilih menyibukkan diri dengan piring kotor.

"Oh iya? Statusmu masih gadis kah? Apa keluargamu tau kalau kamu menikah? Dengan pria bersitri? "tanyaku Rara sedikit manyun dan mengangguk.

"Lantas apa kata keluargamu? "

"Tak ada, mereka semua mendukung. Apalagi saat aku cerita pada Mak bapak kalo aku dinikahi oleh atasanku di kantor. Mereka malah seneng? Dan mereka bakal adain resepsi."ucapnya dengan terkekeh.

"Kapan? "

"Satu minggu lagi, mba datang ya? Biar bapak sama makku di kampung bisa lega melepasku disini dengan keluarga ini mereka sangt khawtir kalo mba menentang pernikahan ini. "ujarnya. Aku sedikit menggaruk dahiku.

"Aku gak bisa datang, kamu tenang aja. Aku benar-benar berterima kasih padamu jadi jangan risau. "jelasku dengan santai. Rara mendekap dan tertawa riang aku hanya bisa membulatkan mataku melihat tu anak bergelayut dipundakku.

"Makasih ya mba zeyeng, mba kok bisa sih gak tertarik sama mas Feri. Dia itu pria tampan dan sexi. Aneh deh mba Ina? "ujarnya. Aku sedikit menggeliat melepaskan tangannya berteopang di pundakku.

"Kalo kamu seneng ya udah. Silahkan, tapi jangan dikte aku begini. Aku gak suka di tanya-tanya"ketusku mengangkat nampan dengan segelas teh itu dan beranjak menemui mas Feri di kamar. Rara hanua bisa cengigisan melihat aku berlalu.

"Ngatain orang aneh. Jelas-jelas dia sendiri yang aneh cengigisan gak jelas. Apa enaknya coba bercinta. "gerutuku.

Trakt

Aku meletakkan nampan Teh dan sarapan Mas Feri di samping ranjang kami.

"Humm sayang, Teh hijau dengan Roti bakar berbeque"lirihnya sembari tetap memejamkam mata.

"Bangun gih mas. Mandi abis itu sarapan. "ujarku kembali berdiri.

"Baik sayang,"ujarnya melihat tingkah mas Feri aku jadi bingung sama sekali sikapnya tak berubah padaku. Seakan tidak ada perubahan dalam rumah ini. Padahal sudah jelas-jelas dia telah membawa wanita lain kerumah ini. Yang baru saja ia nikahi. Bahkan semalam dia tidam tidur bersama Rara. Tapi bisa saja mereka melakukannya di luar rumah. Karnakan selama seminggu kemaren mas Feri sangat sibuk di luar rumah karna mengurus pernikahannya. Sebentar lagi. Wanita itu akan hamil dan kebahagiaan mas Feri lengkap sudah. Dan au akan tetap dengan Phobia dan Trauma yag aku punya.

"Dasar wanita malang"Bisikku.

Trakt.

Pintu kamar mandi terbuka. Mas Feri datang mendekat sembari mengambil segelas teh hahat yang ada didepanku.

"Ina.. Baju kantor mas Mana? "Tanyanya, reflek aku tersintak dari lamunanku dan bergegas mengambilkannya di lemari.

"Mas, mungkin aku harus kembali pulang? "ucapku Lirih untuk sejanak mas Feri menatapku datar sembari menyambat kemeja di tanganku.

"Kamu mau apa pulang? Yang ada kamu akan semkin trauma, "ujarnya. Aku mendegup dan berkata

"Aku gak mau ada diantara kalian lebih baik aku kembali saja kepada orang tuaku. "ujarku.

"Gak.. Kamu gak boleh pulang. Kamu fikirkan gak sih bagaimana tanggapan keluarga saat aku menikah lagi."kesalnya

, aku terdiam seaat.

"aku akan jelaskan pada mereka? "ujarku mas Feri tampak berdesih.

"Tidak ada Ina, kamu harus tetap disini. Lagian ngapain kamu risih. Bukankah ini keinginan kamu? Apa kamu cemburu? Tapi setau aku kau gak normalkan Seperti yang selalu kamu katakan."Ujarnya datar. Aku mendegup serek kerongkongan Melihat binar matanya.

"Jadi gak usah terbebani dengan kehadiran Rara.. "ucapbya lagu berlalu meninggalkanku sendiri. Aku menghela mafas sedikit sesak.

"Aku tidak cemburu, tapi aku tidak tau rasa apa yang berkecamuk didalam dadaku. "lirihku dengan mengelus dadaku. Tak terasa air mataku merintik. Ada rasa sakit yang tak bisa aku utarakan dan aku jelaskan bagaimana wujudnya.

Bab terkait

  • PERFECT HUSBAND   CINTA INA

    Dua hari beralalu, aku dan Rara sudah semakin akrab, namun mereka berdua terlihat begitu sibuk karna mempersiapkan hari resepsi untuk pernikahan Rara dan mas Feri di bandung. Malam ini saat aku beberes di kamar, mas Feri datang bersama Rara aku tidak tau mereka dari mana, aku menghela nafas dan coba beranjak ke depan membukakan pintu untuk mereka karna memang aku belum mau menyewa pembantu, karna aku rasa merawat mas Feri itu tidak susah. Yang susah itu hanya melayaninya lebih intim, mungkin mulai dari sekarang aku harus fikirkan lagi untuk menyewa pembantu karna, aku gak mau jadi babunya Rara. “ kalian dari mana saja , “ tanyaku. “Aku dan Rara habis pesan catring, kita mau kasih yang speesial buat tamu dari bandung,”ujarnya. aku menghela nafas sedikit ,dan berkata. “Oh, sibuk banget berarti?”lirihku dengan nada sedikit meledek “Iya, dan ya. Mungkin besok aku akan berangkat, karna acaranyakan tinggal beberapa h

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-06
  • PERFECT HUSBAND   RESEPSI

    Dua hari beralalu, aku dan Rara sudah semakin akrab, namun mereka berdua terlihat begitu sibuk karna mempersiapkan hari resepsi untuk pernikahan Rara dan mas Feri di bandung. Malam ini saat aku beberes di kamar, mas Feri datang bersama Rara aku tidak tau mereka dari mana, aku menghela nafas dan coba beranjak ke depan membukakan pintu untuk mereka karna memang aku belum mau menyewa pembantu, karna aku rasa merawat mas Feri itu tidak susah. Yang susah itu hanya melayaninya lebih intim, mungkin mulai dari sekarang aku harus fikirkan lagi untuk menyewa pembantu karna, aku gak mau jadi babunya Rara. “ kalian dari mana saja , “ tanyaku. “Aku dan Rara habis pesan catring, kita mau kasih yang speesial buat tamu dari bandung,”ujarnya. aku menghela nafas sedikit ,dan berkata. “Oh, sibuk banget berarti?”lirihku dengan nada sedikit meledek “Iya, dan ya. Mungkin besok aku akan berangkat, karna acaranyakan tinggal beberapa hari lagi. Rara mau mengah

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-06
  • PERFECT HUSBAND   KEPO

    Malam yang dingin di balut selendang sutra berwarna hitam, aku tatap langit malam dengan ribuan bintang bertebaran, sejenak terfikir di benakku kenapa aku tidak ikut saja dengan mas Feri dan Rara tadi, ternyata tidak menyenangkan sekali sendirian begini, jujur kehadiran mas Feri sangatlah berarti untukku terlepas dari hubungan badan aku sangat nyaman bersamanya tapi sepertinya sekarang dia di sibukkan oleh Rara, sejenak aku merasa keputusan aku salah menyuruh mas Feri menikah lagi, tapi jujur aku tidak sanggup harus melayaninya lebih intim Drrrrrt… Bunyi ponselku berdering reflek aku meraba saku piyamaku dan melihat siapa yang telpon, mataku sedikit terbuka melihat mas Feri yang telpon, “Ya mas?”ucapku saat menempelkan ponsel kedaun telingaku. “Sayang kamu dah makan?”tanyanya. “Udah mas.”singkatku, “Oh, ya sudah mas udah kirim lastri kesana buat nemenin kamu, kebetulan di rumah mama. Ada pembantu baru. Gak apa kan b

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-06
  • PERFECT HUSBAND   SEJATI

    Di ruangan pribadi mas Feri di ruangannya, aku dan Rara tampak menunggu mas Feri, karna tak ada kesibukan aku mengotak atik ponselku sedangkan Rara, tampak sibuk dengan laptopnya karna semenjak menikah dengan mas Feri dia sekarang menjabat jadi asistennya suamiku.. “Mba dapat salam dari keluargaku di bandung,”ujar Rara memecahkan sennyap tadi. “Hmmm”desisku tanpa menoleh “Mba, gak suka ya sama Rara .”ujarnya aku sedikit melirik dan berkata, “Kok nanyanya gitu? “Ya sepertinya semenjak kami pulang dari bandung, mba suka diemin Rara,”ketusnya dengan manyun, aku menghela nafas dan berkata, “Kamu gak usah kayak gitu, kalo ada yang beda Ya karna itu masalahku, kamu gak usah baperan gak jelas banget sih” “Tu kan marah,”aku menautkan alisk makin heran. “Aku beneran gak apa, udah dehh jangan di permasalahkan.”gerutuku. “Iya mba maaf.” Kembali kami berdua diam-diaman hingga terlintas sesuatu di fikiranku

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-06
  • PERFECT HUSBAND   FERI

    Di ruangan pribadi mas Feri di ruangannya, aku dan Rara tampak menunggu mas Feri, karna tak ada kesibukan aku mengotak atik ponselku sedangkan Rara, tampak sibuk dengan laptopnya karna semenjak menikah dengan mas Feri dia sekarang menjabat jadi asistennya suamiku.. “Mba dapat salam dari keluargaku di bandung,”ujar Rara memecahkan sennyap tadi. “Hmmm”desisku tanpa menoleh “Mba, gak suka ya sama Rara .”ujarnya aku sedikit melirik dan berkata, “Kok nanyanya gitu? “Ya sepertinya semenjak kami pulang dari bandung, mba suka diemin Rara,”ketusnya dengan manyun, aku menghela nafas dan berkata, “Kamu gak usah kayak gitu, kalo ada yang beda Ya karna itu masalahku, kamu gak usah baperan gak jelas banget sih” “Tu kan marah,”aku menautkan alisk makin heran. “Aku beneran gak apa, udah dehh jangan di permasalahkan.”gerutuku. “Iya mba maaf.” Kembali kami berdua diam-diaman hingga terlintas sesuatu di fikiranku

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-06
  • PERFECT HUSBAND   USAHA MENYEMBUHKAN

    Pagi berkunjung shubuh-Shubuh sekali aku datangi kamar Rara sebelum nanti Ina tau kalalu aku tidur di kamar tamu. ToK Tok Tok “Rara “Panggilku dengan sedikit berbisik melirik kamar Ina yang sudah terdengar sibuk dengan kran airnya, “Ya mas, maaf. Aku masih ngantuk”lirihya membuka pintu “Kamu ini gimana sih kalau Ina melihat aku dari kamar tamu tadi dia bisa curiga. “gerutuku. “Ya mas, ayo buruan masuk. Aku mau mandi dulu.”ujarnya aku masuk dan menghenyak di sofa didepan ranjang tidurnya Rara. Bunyi kran air mulai menyala. Aku kembali rebahan karna masih ngantuk, tak butuh waktu lama terdengar pintu kamar mandi terbuka. Aku menoleh pada Rara yang handukan dengan rambut basah, aku mendegup dan coba mengalihkan pandanganku kelain arah, Rara berjalan ke arah lemari dengan sesekali melirikku yang tampak kikuk, “Maaf mungkin aku bisa keluar sebentar.”ujarku. sejenak Rara menatap dengan wajah

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • PERFECT HUSBAND   PERLAHAN

    Setelah mama berlalu sejenak kami bertiga terdiam, aku mendekat pada mas Feri dan reflek mengelus pipinya. “Mas maafkan mama ya?’’lirihku mas Feri mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum hangatnya padaku. Setelah itu kami menoleh kepada Rara yang tampak berdiri mematung. “Ra tolong ma-“ucapanku terhenti saat Rara membalik dan beranjak kekamar, aku dan mas Feri saling menatap seakan fikiran kami tengah sama, yakni Rara sangat tersinggung dengan perkataan mama tadi. “Mas, aku temui Rara dulu ya.”lirihku, mas Feri hanya mengangguk, dengan pasti aku melangkahkan kakiku menuju kamar Rara. Tok Tok ToK Aku mengetuk pelan pintu kamar Rara , Dia menoleh dan menatap aku datar, “Boleh aku masuk?’’tanyaku, Rara mengangguk pelan. “Hari ini terlalu banyak cekcok, jujur aku belum memaafkanmu dengan sikapmu tadi padaku di dapur, tapi sekarang aku minta maaf untuk perlakuan mama,”ujarku, Rara berdiri dan mendek

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04
  • PERFECT HUSBAND   MENYENDIRI

    POV FERI Pagi berkunjung, untuk pertama kalinya aku bisa menatap matahari terbit dalam pelukan istriku aku tersenyum sembari mengelus-ngelus wajah cantiknya, “Sayang bangun, kita harus kekantor.”ujarku mengecup bibirnya sontak Ina menggeliat dan membuka matanya. “Kamu mandi gih,”ujarku Ina keluar dalam pelukan dan duduk menatap mentari pagi dari celah-celah gorden. “mas ada yang berbeda di pagi hari..”lirihnya membuka tirai gorden dengan senyum, aku beringsut dan tersenyum menghampirinya. “Ada apa?” “Gak tau..”singkatnya dengan senyum simpul. Aku mendekat merekahkan senyum hangat mengelus pipinya dan berkata. “Apa kamu senang bisa meluk mas semalaman?”tanyaku Ina tertunduk dengan sedikit senyum, nafasku sedikit lega melihat perubahannya. “Boleh mas peluk lagi?”pintaku Ina menghela nafas sedikit, dan mengangguk pelan. Reflek aku memeluk tubuhnya, “Makasih ya sayang.”

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04

Bab terbaru

  • PERFECT HUSBAND   OBSESI

    POV AZZAM“ Pihak Shanum sama sekali tidak mengubris.” Ucap Naira melempar ponselnya ke atas ranjang, sejenak aku abaikan itu dan mencari pakaianku di lemari. Naira terus saja mendumel.“Udah ya Nai, jangan terlalu di pikirkan, ngabisin tenaga tau lebih baik kita bahas yang lain.’’“Tapi Kak,kayaknya kakak itu jauh lebih santai menghadapi ini?’’ Ucapnya tak habis pikir, sedikit aku menoleh pada Naira dan mengenakan piyama tidur.“Ya ampun Nai, kamu juga ngapain terlalu di pikirin? Lagi pula ini bisa di selesaikan, tanpa harus kamu buang-buang tenaga, karna kan kenyataannya, bayi itu bukan tanggung jawabku.’’ Geramku tak habis pikir, Naira terdiam sejenak dan tertunduk dengan manyun, aku menghela nafas panjang dan membuangnya, melihat istriku terdiam begitu aku mendekat padanya dan duduk di sampingnya.“Aku ak

  • PERFECT HUSBAND   CINTA VANO

    POV INA.“Papa…,” panggilku saat mencari mas Feri di kamar, karna sibuk dengan urusan rumah, aku jadi sedikit mengabaikannya, aku melihat berkas dan laptop mas Feri di atas kasur namun bunyi mobilnya terdengar melaju keluar pagar.“Loh mas Feri mau kemana?’’ bisikku membuka jendela aku menoleh ke barang-barangnya di kasur mendekat dan menghenyak di kasur,“Mungkin mas Feri keluar sebentar, kalau ke kantor gak mungkin dia tinggalkan barang-barangnya.” Bisikku, aku memeriksa tas dan dan dompetnya, sedikit aku menautkan alis melihat ada kartu nama dokter spesialis,“Mas Feri, konsul pada dokter spesialis penyakit dalam buat apa?’’ bisikku coba mengotak atik semua berkas dan tasnya, namun aku tidak temukan apa-apa selain kartu nama itu, aku mulai cemas dan coba menghubunginya.Tuuuuuuut…..Panggilan itu tersambung dan

  • PERFECT HUSBAND   HATI AZZAM

    POV AZZAM.Ting nong…Bunyi bel bergema, Aku yang tengah menunggu Naira di ruang keluarga itu sedikit beringsut dan menoleh kea rah pintu, bisa aku lihat Art bergegas membukakan pintu. Aku juga menyusul karna aku tau itu papa, mama dan yang lainnya.“Siang papa..” sambutku pada keluargaku, dengan girang dua adik gadisku mengejar, akupun bersimpuh mendekap keduannya, mungkin mereka sangat merindukannku karna sudah beberapa minggu tidak bertemu.“Bang Azzam, Tata sangat merindukan bang Azzam.’’ Ucap bibir mungil salah satu dari mereka. Aku tersenyum manis dan mengacak rambut keduanya.“Abang Azzam, juga sangat merindukan kalian.”“Papa mama, ayo semua masuk.” Ajak Naira yang telaah turun dari kamarnya, aku berdiri dan mengajak mama masuk.“Ayo pa..”

  • PERFECT HUSBAND   EGOIS

    POV RARA.Dengan langkah gontai aku temui mas Bagas di kliniknya, semenjak pertikaian itu dia tidak pernnah menemuiku kerumah tidak mau bicara denganku atau bahkan mengusirku, langkahku terhenti saat mendengar chanel televise yang di tonton mas Bagas adalah berita terbaru tentang Shanum, tampak media mengkrumini apartemen anakku itu, aku mendegup dan berniat hendak kembali mas Bagas pasti tidak senang dengan berita ini.“Kamu lihat, anak yang besar karna asuhanmu.”ucapnya tanpa menoleh akupun menghentikan langkahku dan menoleh padanya.“Dia hanya bisa buat malu keluarga.”geramnya, aku menghela nafas dan bersiap hendak pergi lagi, mengajak bicara mas Bagas dalam kondisi seperti ini juga tampaknya sia-sia lebih baik aku pergi sekarang.“ Kamu mau kemana?” cegatnya, langkahku kembali terhenti dan enggan menoleh.“

  • PERFECT HUSBAND   SIBUK

    POV INA.Aku sangat di buat sibuk dengan acara yang akan mendatang, tapi tak mengapa demi Azzura aku harus lakukan semua ini, pesta pernikahan yang terbaik yang sesuai dengan impiannya."Mama sayang, mama dari mana sih."sambut putriku itu mendekap dan mencium pipi, sedikit aku berdengus dan tersenyum hangat."Mama habis dari gedung, dan kamu tau semua gedung itu bagus-bagus, mama jadi bingung mau sewa yang mana." ucapku, Zura sedikit manyun dan menghenyak di sofa."Kok mama gak ngajak?" aku menggeleng dan ikut juga menghenyak."Memang harus ya bawa kamu?""Ya iyalah, oh iya, mama tadi kekantor papa, papa mana?" tanyaku, aku sedikit melapas blezer dan meletakkan tas. 'papa lagi sibuk jadi mama pulang duluan oh iya, aanak-anak mana. Mama capek mau langsung istiraahat.""Ya udah mama istirahat aja, ma kalau baju pengantinyaya boleh gak Zura aja yang pilih bareng Vano?"tanya anakku, aku te

  • PERFECT HUSBAND   ANGGOTA BARU

    POV AZZAMPagi hari ini, kami tegah bersantai di ruang keluarga, selain menghibur mbak natsya yang tengah bersedih karna pengkhianatan Arga, Naira juga sedikit kurang enak badan, dan aku tak bisa kekantor melihat kondisinya."Selamat siang tuan nyonya." ucap Art, kemi semua menoleh."Ya ijah?""Itu nyonya, aden Arga pulang, dan dia-"ucapan Inem berhenti karna mbak Natsya berdiri, Naira yang tiduran di pahaku dari tadi juga beringsut untuk duduk"Apa mas Arga, membawa wanita itu?"bisiknya aku juga penasaran dan menoleh ke pintu, papa dan mama mertua juga tampak menyimak, hingga tak butuh waktu lama mereka bertiga masuk, dan tentunya bersama Shanum. Aku mendegup. Naira menggertakkan rahangnya dan berdiri, namun aku cegat dengan mencengkram lengannya."Sayang, jangan. Kita cukup nyimak saja."bisikku."Berani sekali dia, d

  • PERFECT HUSBAND   SHANUM HAMIL

    POV NAIRA.Kak Azzam tega sekali padaku, dia menyalahkan sikapku dan memperdulikan Shanum. Apa aku salah kalau aku menamparnya,“Ah sudahlah, aku bisa setres. Lebih baik sekarang aku temui mbak Natsya dulu di kamar.”bisikku sembari berjalan kekamar mbak natsya walau kesal dengan tingak dua pria dirumah ini yakni kak Azzam dan mas Arga, aku harus kasih perhatian pada mbakku, bagaimanapun sekarang dia sangat terpuruk sekali“Mbak….,’’ panggilku saat sudah sampai di pintu kamarnya, sedikit aku terheran karna kamarnya sunyi, aku mengerinyitkan dahi dan coba berfikir.“Apa mbak Nats, menemui mas Arga sekarang?”bisikku, aku membalik bergegas menuruni anak tangga dan berpapasan dengan papa dan mama di bawah.“Nai, kamu bukannya baru pulang ya kok pergi lagi?” tanya mama, aku sedikit menghela nafas dan berkata.

  • PERFECT HUSBAND   PERMOHONAN MAAF

    POV RARA.Sudah lelah aku mencari Shanum kemanapun, semalam dia pergi dari rumah karna marah padaku dan sekarang ini sudah hendak malam lagi,, nomornya belum lagi aktif aku sangat bingung sekali. Mana sekarang papinya sudah tidak peduli lagi padanya aku harus cari anakku kemana bahkan aku gak tau sekarang dia diimana, terkahir yang aku tau dia dekat dengan seorang pengusaha iparnya nya Azzam, mungkin aku bisa menghubungi Azzam?“Semoga saja aku masih punya kontaknya.”bisikku mengotak atik ponsel, namun aku kesal karna aku tidak punya kontak Azzam selain mas Feri.“Apa aku hubungi mas Feri? Tapikan nanti aku tanya apa? Mungkin aku bisa tanyakan nomor Azzam? Tapi apa nanti aku tidak dianggap sok akrab? Ah sialan sekali..”gerutuku sendiri akhirnya dengan ragu aku menghubungi juga nomor iitu.Tuuuuuuut.Aku gemetar saat panggilan itu tersambung

  • PERFECT HUSBAND   TAK ADIL (SHANUM)

    POV INA.Bahagia tak terhingga saat mas Feri rangkul dan peluk aku, menyaksikan kebahagian putrinya setelah sekian lama ia tampak merelakan Zura dengan orang yang tepat.“Akhirnya Zura menemukan seseorang yang sangat mencintainya,”lirihnya, bisa aku lihat ada yang terbendung di sudut matanya, aku terharu bersandar di bahu bidang suamiku itu.“Semoga selamanya kita akan tetap dapatkan kebahagiaan, jangan ada kesedihan lagi pah.”lirihku, mas Feri mengusap kepalaku dan mengecup keningku.“Hidup akan terus berjalan mama, suka duka itu pasti ada, hanya saja bagaimana kita menghadapinya.’’tuturnya aku tersenyum simpul dan berkata.“Dan aku ingin menjalani suka duka itu bersama Papa selamanya.’’ujarku mas Feri terkekeh kembali mendekapku erat.“Jangan manja, kamu ini tidak muda lagi. coba biasakan tanpa diriku.&rsq

DMCA.com Protection Status