Home / Romansa / PERFECT FAKE HUSBAND / 2 - Bantuan Loura

Share

2 - Bantuan Loura

Author: Di_evil
last update Last Updated: 2021-06-03 13:00:42

Loura sudah menunggu selama satu jam di kafe. Belum ada tanda-tanda tamu yang ditunggunya datang. Namun, Loura optimis akan tetap bisa bertemu. Harapannya sudah terlalu besar.

Sudah belasan tahun cukup baginya menanti untuk mendapatkan informasi tepat soal Bear. Dan kali ini, ada kesempatan baginya untuk tahu.

Loura bahkan sudah berandai-andai. Jika Bear memang masih hidup dengan keadaan yang baik, ia akan bahagia luar biasa.

Tentu, menemui Bear adalah keinginan terbesar Loura selanjutnya. Permintaan maaf hendak ia lakukan secara langsung pada Bear.

Tak sekadar itu, Loura akan memberikan imbalan atas pertolongan yang Bear lakukan padanya dulu. Apa pun itu nanti, akan disanggupinya.

Memikirkan berjumpa dengan Bear, entah mengapa membuat Loura sangat takut. Ia tidak tahu akan bagaimana reaksi Bear.

Peluang dirinya untuk dibenci oleh pria itu begitu memungkinkan rasanya. Masa lalu mereka yang sangat membahayakan Bear, sudah pasti bukan perkara main-main. Loura tak apa menerima kebencian pria itu.

Drrttt …

Drrttt …

Drrttt …

Lenyap seketika semua pemikiran Loura yang buruk soal Bear, ketika ponselnya berbunyi. Tanda ada panggilan masuk. Dari nomor tanpa nama.

Loura enggan memikirkan lebih lama siapa yang tengah menghubunginya. Segera diangkatnya.

"Maafkan aku, Miss Loura Quinn. Aku tidak bisa menemuimu di dalam."

Seorang wanita berbicara. Suara lembut, tapi gugup.

"Bisakah kau saja yang datang ke parkiran? Aku sudah sampai. Hm, baru tiba."

Loura tak lekas memberi jawaban. Justru timbul beberapa pertanyaan di kepalanya. Terutama soal siapa gerangan tengah menghubunginya. Loura begitu bingung. Tentu, juga curiga.

"Aku akan memberikanmu informasi tentang pria yang kau cari. Kau tidak lupa bukan?"

Otak Loura bekerja dengan cepat memikirkan orang yang dimaksud si penelepon. Loura pun tak perlu waktu lama mencari jawaban.

"Bear." Digumamkan nama penyelamatnya dengan mantap. Suara sedikit bergetar.

"Iya benar itu."

"Kau ada di parkiran, ya? Baik, aku akan ke sana sekarang juga." Loura berucap sangat sopan.

Tanpa menunggu jawaban di seberang telepon, segera diambil tindakan. Ya, Loura lekas bangun dari kursi. Lalu, berlari menuju pintu keluar kafe.

Beberapa anak tangga harus dituruni menuju ke areal parkir luas yang terletak di bawah. Sesampai di sana, Loura mengedarkan pandangan. Dalam mencari kendaraan si penelepon kemudikan.

Feeling memberikan petunjuk untuk Loura. Sebuah mobil mewah warna merah menjadi pusat perhatiannya. Namun, harus tetap dipastikan.

Loura membawa ponsel tengah berada di tangannya ke telinga. Panggilan belum berakhir. Ia punya kesempatan untuk bertanya.

"Kau ada di mana, Ma'am?" tanya Loura to the point.

"Mobil SUV warna mewah. Aku menunggumu."

Dugaan Loura tepat. Instingnya bekerja dengan baik. Atensi masih ke arah kendaraan yang dimaksud oleh si penelepon.

Sedangkan, kaki Loura sudah melangkah ke sana sama cepatnya seperti tadi saat keluar dari kafe.

Saat sudah berada dekat dengan mobil tersebut, pintu pun dibuka oleh si penelepon dari dalam.

Loura segera saja naik. Duduk di jok penumpang, tepat di samping pengemudi.

Sosok seorang wanita berambut hitam diikat kuda dan memakai topi, kini sudah ada di hadapannya.

Wanita itu menyambut dengan ramah. Walau, mengenakan masker menutupi wajah, Loura dapat melihat senyum wanita itu dari cara memandang dirinya. Loura merasa tidak terancam.

"Terima kasih sudah mau datang menemuiku di sini. Maaf, aku tidak bisa masuk ke kafe. Aku punya waktu yang terbatas."

Loura menggeleng pelan. "Tidak apa-apa."

"Waktuku bicara denganmu juga sedikit. Jadi, aku akan memberikan kau informasi yang kau mau."

"Pria selama ini kau cari masih hidup. Aku adalah salah satu kerabatnya."

"Saat ini, hidupnya bisa dibilang tak beruntung. Aku tidak mau menyebut dia dalam bahaya."

Loura merasakan rasa lega luar biasa mendengar kalimat pertama yang wanita itu lontarkan. Namun, saat ucapan berikutnya diloloskan dengan nada cemas oleh wanita itu, maka Loura seketika menjadi tidak tenang sama sekali.

"Aku akan langsung saja meminta bantuanmu. Kau boleh menerima atau menolaknya."

"Soal apa?" Loura menanggapi cepat.

"Kesediaanmu menolong. Dia harus diselamatkan hidupnya. Aku berencana melakukan. Tapi, aku tidak bisa sendiri. Aku butuh orang lain."

"Apa yang harus aku lakukan?"

Loura tak mendapat jawaban atas pertanyaan diluncurkannya. Namun, ia tetap memerhatikan wanita itu secara saksama yang tengah mengambil botol air mineral. Lalu, serbuk obat dimasukkan.

"Minumlah ini dulu. Aku akan membawa kau ke suatu tempat. Tapi, kau tidak boleh tahu. Di sana kau akan kami beri tahu rencana kami."

Tanpa menaruh prasangka buruk, Loura segera mematuhi perintah wanita. Ditenggak air dari dalam botol hingga menyisakan setengah saja.

Tak lama kemudian, Loura diselimuti rasa kantuk yang hebat. Ia pun tertidur. 

Related chapters

  • PERFECT FAKE HUSBAND   3 - Mayat?

    "Jadi, dia tertangkap?" Berrand memastikan.Rahang wajah semakin mengeras, mendengar penjelasan dari salah satu anak buahnya di seberang telepon.Berrand sangat jelas tidak menyukai informasi yang didapatkan, tak sesuai akan rencana sudah dibuatnya.Berrand mengartikan kegagalan sebagai sebuah kelemahan. Untuk menutupi dan melampiaskan, maka ia akan murka."Apa kau bilang?" Berrand menggeretakkan gigi."Mereka mempunyai bukti yang kuat?" Nada suaranya semakin meninggi karena emosi."Shit!""Sialannn!" Berrand mengumpat lagi, lebih emosi.Selesai mengumpat dengan cukup kencang, Berrand pun bangun dari kursi kerjanya. Ia mengambil gelas berisi wine terlebih dulu, sebelum berjalan menuju ke balkon.Handphone dijauhkan dari telinga, tetapi tetap dipegang dengan erat di tangan kiri.Benda tersebut tak m

    Last Updated : 2021-06-03
  • PERFECT FAKE HUSBAND   4 - Amnesia Si Wanita Asing

    "Apa kau tidak capek berdiri terus?"Berrand mengangguk segera, walau dalam gerakan yang pelan, tanpa menoleh ke arah Lauren. "Tidak.""Bagaimana keadaan dia sesungguhnya?"Berrand masih memusatkan objek pandang paa si sosok wanita asing dengan tatapan tajam, namun ekspresi datar. Bahkan, tidak terbaca emosi yang Berrand sedang rasakan."Entahlah ... belum pasti."Berrand menoleh ke arah Lauren, kali ini. "Apa maksudmu menjawab seperti itu?" Kecurigaan pun muncul."Kau sungguh tidak tahu siapa dia?"Berrand menggeleng kecil, dilakukan sekali saja. "Tidak," jawabnya dengan nada datar."Kapan kau menemukan dia di depan?""Aku lupa," sahut Berrand jujur. Karena, ia memang tidak ingat sedikit pun kapan waktunya."Dia tidak mengalami luka-luka yang parah di wajah atau badannya, hanya lecet-lecet."Berrand

    Last Updated : 2021-06-03
  • PERFECT FAKE HUSBAND   5 - Suami?

    Pukul tiga dini hari, lebih tiga puluh menit.Kurang lebih dua jam lagi yang tersisa, menuju pertunjukkan sunrise dan langit California kesukaannya dari atas balkon kamar.Berrand pun memutuskan memperpanjang waktunya untuk tak tidur, jika sampai nanti terlelap, maka tidak dapat diabadikannya momen sang fajar meninggalkan peraduan.Prediksi cuaca yang bagus, tanpa mendung, merupakan kesempatan bagus.Pasti akan dihasilkan pemandangan yang memanjakan mata. Berrand enggan untuk melewatkan.Kopi menjadi solusi guna mencegah kantuk. Memang tidak benar-benar berhasil hingga seratus persen bekerja dengan baik. Namun, yakin bisa bertahan sampai jam enam nanti.Berrand pun menikmati peracikan kopinya yang dilakukan seorang diri, walaupun rasa dihasilkan tidak akan sesempurna barista profesional.Namun, layak diminum. Berrand juga membuat dua buah pa

    Last Updated : 2021-06-03
  • PERFECT FAKE HUSBAND   6 - Ungkapan Cinta?

    "Mr. Berrand ...,"Panggilan namanya dalam suara sopan dan segan oleh Arnen Louis, membuat perhatian segera dialihkan dari dokumen ke sosok salah satu ajudan terbaiknya itu. Arnen sedang berdiri di depan meja kerjanya."Kapan Lauren akan tiba di sini?" Langsung saja dilontarkan informasi yang ingin diketahui."Miss Lauren tidak mengangkat telepon.""Shitt!" umpat Berrand kesal, secara spontan.Suasana hatinya yang sudah buruk, semakin diperburuk oleh pemberitahuan tak dikendakinya. Jelas memicu emosi dan amarahnya menjadi tambah meluap."Mr. Bryan juga tidak bisa saya hubungi."Berrand tak menanggapi apa-apa kali ini untuk laporan diberikan oleh Arnen, tetapi kedua tangan semakin mengepal di meja. Rahang wajahnya juga tambah mengetat."Apa saya perlu menelepon dokter lain saja? Saya punya kenalan seorang dokter da—""Tidak perlu."

    Last Updated : 2021-06-03
  • PERFECT FAKE HUSBAND   1 - Hantu Masa Lalu

    "Kau pasti lapar, ya?"Loura yang mulai kehilangan fokus penglihatan karena kepeningan menghantam kian kuat kepala, namun masih bisa dilihat si pemilik pertanyaan yang berdiri menjulang di hadapannya.Loura tidak sempat memberikan respons, tak ingin juga menyahut. Tapi, di tangannya sudah diletakkan sebuah bungkusan. Entah berisi apa."Aku kelebihan membeli burger. Aku rasa aku hanya akan makan satu. Jadi, ada sisa untukmu."Loura belum menunjukkan reaksi apa pun. Mulut dibungkam, padahal ia ingin mengucapkan terima kasih atas kebaikan

    Last Updated : 2021-06-02

Latest chapter

  • PERFECT FAKE HUSBAND   6 - Ungkapan Cinta?

    "Mr. Berrand ...,"Panggilan namanya dalam suara sopan dan segan oleh Arnen Louis, membuat perhatian segera dialihkan dari dokumen ke sosok salah satu ajudan terbaiknya itu. Arnen sedang berdiri di depan meja kerjanya."Kapan Lauren akan tiba di sini?" Langsung saja dilontarkan informasi yang ingin diketahui."Miss Lauren tidak mengangkat telepon.""Shitt!" umpat Berrand kesal, secara spontan.Suasana hatinya yang sudah buruk, semakin diperburuk oleh pemberitahuan tak dikendakinya. Jelas memicu emosi dan amarahnya menjadi tambah meluap."Mr. Bryan juga tidak bisa saya hubungi."Berrand tak menanggapi apa-apa kali ini untuk laporan diberikan oleh Arnen, tetapi kedua tangan semakin mengepal di meja. Rahang wajahnya juga tambah mengetat."Apa saya perlu menelepon dokter lain saja? Saya punya kenalan seorang dokter da—""Tidak perlu."

  • PERFECT FAKE HUSBAND   5 - Suami?

    Pukul tiga dini hari, lebih tiga puluh menit.Kurang lebih dua jam lagi yang tersisa, menuju pertunjukkan sunrise dan langit California kesukaannya dari atas balkon kamar.Berrand pun memutuskan memperpanjang waktunya untuk tak tidur, jika sampai nanti terlelap, maka tidak dapat diabadikannya momen sang fajar meninggalkan peraduan.Prediksi cuaca yang bagus, tanpa mendung, merupakan kesempatan bagus.Pasti akan dihasilkan pemandangan yang memanjakan mata. Berrand enggan untuk melewatkan.Kopi menjadi solusi guna mencegah kantuk. Memang tidak benar-benar berhasil hingga seratus persen bekerja dengan baik. Namun, yakin bisa bertahan sampai jam enam nanti.Berrand pun menikmati peracikan kopinya yang dilakukan seorang diri, walaupun rasa dihasilkan tidak akan sesempurna barista profesional.Namun, layak diminum. Berrand juga membuat dua buah pa

  • PERFECT FAKE HUSBAND   4 - Amnesia Si Wanita Asing

    "Apa kau tidak capek berdiri terus?"Berrand mengangguk segera, walau dalam gerakan yang pelan, tanpa menoleh ke arah Lauren. "Tidak.""Bagaimana keadaan dia sesungguhnya?"Berrand masih memusatkan objek pandang paa si sosok wanita asing dengan tatapan tajam, namun ekspresi datar. Bahkan, tidak terbaca emosi yang Berrand sedang rasakan."Entahlah ... belum pasti."Berrand menoleh ke arah Lauren, kali ini. "Apa maksudmu menjawab seperti itu?" Kecurigaan pun muncul."Kau sungguh tidak tahu siapa dia?"Berrand menggeleng kecil, dilakukan sekali saja. "Tidak," jawabnya dengan nada datar."Kapan kau menemukan dia di depan?""Aku lupa," sahut Berrand jujur. Karena, ia memang tidak ingat sedikit pun kapan waktunya."Dia tidak mengalami luka-luka yang parah di wajah atau badannya, hanya lecet-lecet."Berrand

  • PERFECT FAKE HUSBAND   3 - Mayat?

    "Jadi, dia tertangkap?" Berrand memastikan.Rahang wajah semakin mengeras, mendengar penjelasan dari salah satu anak buahnya di seberang telepon.Berrand sangat jelas tidak menyukai informasi yang didapatkan, tak sesuai akan rencana sudah dibuatnya.Berrand mengartikan kegagalan sebagai sebuah kelemahan. Untuk menutupi dan melampiaskan, maka ia akan murka."Apa kau bilang?" Berrand menggeretakkan gigi."Mereka mempunyai bukti yang kuat?" Nada suaranya semakin meninggi karena emosi."Shit!""Sialannn!" Berrand mengumpat lagi, lebih emosi.Selesai mengumpat dengan cukup kencang, Berrand pun bangun dari kursi kerjanya. Ia mengambil gelas berisi wine terlebih dulu, sebelum berjalan menuju ke balkon.Handphone dijauhkan dari telinga, tetapi tetap dipegang dengan erat di tangan kiri.Benda tersebut tak m

  • PERFECT FAKE HUSBAND   2 - Bantuan Loura

    Loura sudah menunggu selama satu jam di kafe. Belum ada tanda-tanda tamu yang ditunggunya datang. Namun, Loura optimis akan tetap bisa bertemu. Harapannya sudah terlalu besar.Sudah belasan tahun cukup baginya menanti untuk mendapatkan informasi tepat soal Bear. Dan kali ini, ada kesempatan baginya untuk tahu.Loura bahkan sudah berandai-andai. Jika Bear memang masih hidup dengan keadaan yang baik, ia akan bahagia luar biasa.Tentu, menemui Bear adalah keinginan terbesar Loura selanjutnya. Permintaan maaf hendak ia lakukan secara langsung pada Bear.

  • PERFECT FAKE HUSBAND   1 - Hantu Masa Lalu

    "Kau pasti lapar, ya?"Loura yang mulai kehilangan fokus penglihatan karena kepeningan menghantam kian kuat kepala, namun masih bisa dilihat si pemilik pertanyaan yang berdiri menjulang di hadapannya.Loura tidak sempat memberikan respons, tak ingin juga menyahut. Tapi, di tangannya sudah diletakkan sebuah bungkusan. Entah berisi apa."Aku kelebihan membeli burger. Aku rasa aku hanya akan makan satu. Jadi, ada sisa untukmu."Loura belum menunjukkan reaksi apa pun. Mulut dibungkam, padahal ia ingin mengucapkan terima kasih atas kebaikan

DMCA.com Protection Status