แชร์

Bab 37

Sabar Itu Indah

“Ibu sama siapa nanti di rumah? Kalau sendiri akan sepi, Bu.”

“Ibu ditemani sepupu kamu, Si Dea.”

Aku bernapas lega karena rumah Dea memang dekat dari rumah Ibu, hanya beberapa meter saja. Aku mencium tangan Ibu, lalu tangan Rafan setelah itu mereka naik ke mobil dan membelah jalan membiarkanku seorang diri di rumah.

Hari ini tidak tahu harus melakukan apa, sepi kembali menemani. Aku seakan dipeluk paksa sunyi yang menjadikanku rindu masa kecil dengan keluarga yang masih lengkap. Angan hanya sebatas angan, nyatanya belum ada calon bayi dalam rahim yang sudah lama tidak disentuh.

Jam sudah menunjuk angka sembilan, tidak terasa waktu bergulir begitu cepat padahal sedang sendiri. Mungkin karena membiarkan tiap detik berlalu dengan khayalan. Sebenarnya ini sama saja membuang waktu, harusnya dimanfaatkan selagi ada kesempatan karena waktu selalu ada, tetapi tidak dengan kesempatan.

Di luar sana banyak orang

บทที่ถูกล็อก
อ่านต่อเรื่องนี้บน Application

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด

DMCA.com Protection Status