“Tentu, aku mengerti,” dia berhenti sejenak. “Kita masih teman, ‘kan? Aku berjanji akan menepati janjiku dan tidak menyebut Travis lagi.”“Tentu, kita teman. Jangan khawatir.” Kataku dengan sungguh-sungguh.“Terima kasih,” katanya dengan riang. “Silakan menghabiskan waktu dengan Noah. Bilang padanya aku mengucapkan salam dan selamat malam!”“Kamu juga, Ruby.”Aku memutus sambungan dan mengambil nafas banyak-banyak. Karena Noah sudah mematikannya, aku meneleponnya balik.“Halo?” Aku membeku ketika mendengar suara ibuku di seberang ponsel.Aku belum berbicara dengannya sejak di bandara. Di antara orang-orang yang menyakitiku, dialah yang lebih menyakitiku. Seorang Ibu seharusnya mengasihi dan menyayangi anaknya, tetapi aku tidak mendapatkan keduanya dari ibuku. Maksudku, bagaimana mungkin dia bisa berpaling dariku? Bagaimana mungkin dia bisa memperlakukanku seperti bukan siapa-siapa?Sekarang karena aku sudah memiliki anakku sendiri, aku tidak mengerti bagaimana dia bisa melakukan itu. A
Aku membuka mataku dan menemui diriku ada di ruang tengah, dengan kedua tanganku diikat di belakang kursi.“Ah, akhirnya kamu bangun. Aku sudah bertanya-tanya berapa kama kamu akan bangun. Aku lebih suka korbanku sadar ketika aku membunuh mereka.” Suara lelaki itu membuatku merinding.Dia berjalan berkeliling dan akhirnya aku bisa melihatnya. Setidaknya kebanyakan bagian wajahnya tertutupi. Tubuhnya besar dan berotot. Lengannya saja terlihat dapat menghancurkan kepala orang. Aku tahu bahwa orang ini pasti bahwa dan bukan karena aku sekarang menjadi korbannya. Ada sesuatu yang menyeramkan akan orang ini.Dia duduk di depanku, dengan segelas anggur di tangannya. Gelas dan anggurku. Dia benar-benar membuat dirinya nyaman, seakan ini adalah rumahnya.Aku mencoba untuk melepas ikatannya, tetapi talinya begitu kuat.“Coba saja sekuat tenaga, tetapi kamu tidak akan lari dariku kali ini,” dia tertawa. “Kamu sudah membuatku dalam masalah dan aku tidak suka masalah.”“Siapa kamu dan apa yang kam
“Pikirmu kamu bisa lepas dariku dengan mudah?” Geramnya.Aku menaikkan kakiku, menendang alat viralnya. Aku kembali berdiri dan kabur entah ke mana. Aku hanya ingin menjauh darinya.Dia pulih dengan cepat, karena segera setelah itu aku merasakan tangan yang mencengkeram mata kakiku. Dia menarikku dan aku terjatuh dengan benturan di daguku yang menatap lantai. Dia berada di atasku sebelum aku bisa pulih dari dampak benturan.“Dasar jalang!” Teriaknya sebelum menampar wajahku dengan keras.Untuk beberapa saat, aku merasa pandanganku berkunang-kunang dan kabur. Dipukul oleh pria rasanya sakit.“Karena kamu membuat segalanya sulit bagiku, aku akan bersenang-sennag denganmu sebelum membunuhmu.” Ujarnya dengan nada jahat.Aku tidak perlu lagi berpikir apa yang dimaksud olehnya. Aku merasakan tangannya di pinggangku dan dia mencoba untuk menarik celana piyamaku turun. Ketakutan menyelimutiku. Inikah caraku mati? Diperkosa dan dibunuh di rumahku sendiri?Aku melawannya, tetapi dia menekan kedu
Rowan“Pak?” Dion menelepon dengan suaranya yang gemetar tidak wajar.Aku melepaskan pelukanku dari Emma, yang sedang bersandar di dadaku dan di saat yang sama kami sedang menonton film. Banyak hal yang telah kulakukan untuk akhirnya dia bisa memaafkanku. Aku tidak bermaksud untuk menyakitinya lebih lagi. Aku ingin segalanya kembali seperti semula, ketika kami masih muda.Aku masih benar-benar sangat bingung dan tidak tahu apa yang sedang kulakukan. Mencium saudara Emma saat aku sedang berhubungan dan mencintai Emma. Aku masih bisa merasakan bibir Ava berhari-hari lamanya, tetapi seperti yang telah kulakukan sebelumnya untuknya, aku mengubur ingatan akan Ava dan ciuman itu dalam-dalam di benakku.Aku telah menunggu begitu lama untuk akhirnya bersama Emma. Tidak akan aku hancurkan kesempatan untuk bersamanya lagi. Apa pun yang kurasakan untuk Ava itu bukan apa-apa. Selain Noah, Emma adalah duniaku, selamanya begitu. Tidak akan kubiarkan ada penghalang apa pun lagi. “Apa?!” Aku bertanya
“Baiklah,” balasnya dan dia membuka matanya. Brian memotong pembicaraan kami. “Jangan khawatir, mereka akan sampai sebentar lagi. Nah, sambil menunggu, apakah saya boleh menanyai Anda beberapa pertanyaan?”Ava menganggukkan kepalanya dan mengernyit, merasakan sakit akan lukanya. ‘Sial!’ Kataku sembari menyibak rambutku. Dia kesakitan dan aku merasa amarah mendalam di dalam diriku. “Baiklah. Bisakah Anda memberi saya gambaran mengenai seperti apa rupa pelaku yang menyerang Anda?” Tanya Brian padanya. Ava menarik nafas panjang. “Dia memakai masker, jadi aku tidak tahu wajahnya seperti apa. Namun, aku ingat rambutnya berwarna cokelat dan acak-acakan. Dia cukup tinggi, mungkin sekitar seratus delapan puluh centimeter dan badannya benar-benar besar dan kokoh.”“Ada lagi?”“Tidak. Itu saja.”“Apakah dia mengatakan sesuatu? Misalnya mengapa dia menargetmu?”“Iya. Dia berkata bahwa dia bukanlah anggota geng manapun, tetapi seseorang berjanji akan membayarkan sejumlah besar uang jika dia me
POV Anonim. Aku benar-benar sebal. Ini merupakan sebuah penghinaan. Bukan sebal lagi, aku sudah benar-benar merasa marah. Lagi-lagi dia berhasil kabur dariku, Lagi-lagi dia berhasil selamat dari maut. “Katakan padaku, bagaimana bisa dia masih hidup?” Tanyaku pada Rafael. “Aku bersumpah aku hampir saja berhasil kali ini. Sedikit lagi aku bisa mengakhiri hidupnya, tetapi pengawal sialannya itu datang dan menyelamatkannya,” gumamnya. Oh, dia pikir aku bodoh? Bahwa aku tidak tahu apa yang terjadi? Aku hanya mendapatkan alasan dari dia sejak rencana ini dimulai. Tiga kali sudah dia gagal untuk membawakanku mayatnya. Satu-satunya yang bisa kusyukuri adalah aku belum membayarnya. Bayangkan saja jika dia sudah kubayar, tetapi dia tetap saja tidak berhasil. Dia seharusnya bisa mendapat tujuh setengah miliar rupiah jika berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Seharusnya dia cukup termotivasi untuk melaksanakan tugasnya dan menyelesaikannya tepat waktu sesuai persetujuan kami dengan uang sebeg
Ava. Aku masih proses pemulihan dari penyerangan tadi. Tidak hanya fisikku yang babak belur, mentalku juga. Aku hanya ingin ini semua segera berakhir. Tiga kali sudah seseorang mencoba untuk membunuhku. Tiga kali sudah aku bisa lolos. Aku tidak tahu kapan keberuntunganku akan habis, sebab pastilah siapa pun itu yang menginginkan kematianku benar-benar ingin membuatku tidak bisa melihat Noah lagi. Aku merinding ketika aku ingat seberapa dekat aku akan bertemu dengan penciptaku. Dia sudah berada di rumahku, merencanakan untuk merudapaksaku sebelum membunuhku. Air mata mulai memenuhi pelupuk mataku dan aku berusaha dengan keras untuk tidak membiarkannya mengalir. Aku sudah cukup banyak menangis beberapa hari terakhir ini. Aku sudah lelah, tetapi aku tidak bisa mengerti. Mengapa ada yang ingin aku mati? Aku tidak pernah berbuat masalah apa pun pada seseorang, selain Emma. Bahkan dia sudah bersama dengan Rowan sekarang, seharusnya itu sudah mengampuni dosaku. Aku tidak pantas mendapatkan
“Christine, kamu melakukan segalanya untuk menghancurkanku, berpikir bahwa Rowan akan melihatmu. Bahkan ketika kami menikah, kamu mencoba dengan sepenuh hati untuk menggodanya tetapi dia tidak tertarik. Tentu, dia tidak mencintaiku, tetapi aku dulu adalah istrinya, dan kamu bukanlah siapa-siapa selain sekretarisnnya dia yang bahkan tidak menarik baginya. Jadi, kutanyakan pertanyaan yang sama padamu, bagaimana rasanya mengetahui bahwa kamu tidak akan pernah menjadi pasangannya? Bahwa dia tidak akan pernah melihatmu lebih dari sekedar seorang sekretaris? Bahwa dia lebih baik meniduriku meskipun dia membenciku, daripada selingkuh denganmu? Lalu, bagaimana rasanya mengetahui bahwa kamu tidak akan punya kesempatan, karena Emma sudah kembali?” Aku menyunggingkan senyum jahat, bangga karena akhirnya aku bisa membela diri. “Dasar jalang jelek!” Geramnya sebelum melompat ke arahku. Aku sempat untuk menghindar dan dia tersandung heelsnya yang terlampau tinggi dan mahal itu. Dia segera berdiri
Beberapa menit kemudian, kami sudah berada di luar kamar kami, dan tiba-tiba perasaan asing menyergapku. Gabriel membuka pintu dan mendorongnya terbuka. Kami disambut oleh foyer yang dihiasi oleh lantai marmer yang berkilauan di bawah cahaya lembut lampu gantung yang mewah dan mencetak pola menawan di tembok. Lalu, ada area tengah yang luas, dihiasi oleh sofa empuk dan jendela besar yang memanjang dari lantai hingga langit-langit, yang menangkap bayangan kota yang memukau, mereka berkilauan layaknya lautan bintang-bintang. Terdapat juga sistem hiburan yang dapat membuat malam kami semakin nyaman, lalu ada juga dapur cantik dengan peralatan masak dari stainless steel dan meja dapur luas yang sempurna untuk memasak berbagai makanan. Ruang makan yang mewah juga memiliki suasana hangat, diperuntukkan untuk pertemuan antar kerabat. “Sepertinya kamu menyukainya?” tanya Gabriel dengan nada menggoda. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Seperti yang kukatakan, keluargaku juga sempat kaya, ka
Pesawat jet ini sedikit mengalami lonjakan di landasan. Tangan Gabriel menyelamatkanku dari jatuh terjerembab saat pesawat sudah mendarat. “Apakah kamu baik-baik saja?” tanyanya sambil memandangku. “Ya.”Setelah Gabriel memberi tahuku soal wanita yang pernah dicintainya, tidak banyak yang terjadi setelah itu. Dia masih membawa luka yang masih menghantuinya. Luka yang masih membekas dalam dirinya.Aku bisa melihatnya dari sorot matanya setelah dia memberi tahuku segalanya. Dia tidak mau membicarakannya lagi. Dia sudah menceritakan hal soal dirinya yang tidak diketahui oleh orang lain, bahkan oleh saudara kembarnya. Aku tidak mendorongnya untuk melanjutkan ceritanya setelah itu. Aku tidak mendorongnya untuk memberi tahuku apa yang terjadi setelah dia mengetahui kebenarannya, atau apa yang terjadi pada wanita itu. Perasaannya saat ini rentan, dan aku paham bahwa dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya, jadi aku memberikan ruang baginya. Aku menghabiskan setengah waktuku dengan memba
Bukankah cinta itu rasanya indah sekali? Tapi aku merasakan sesuatu telah terjadi. Sesuatu telah berubah. Kalau segalanya baik-baik saja, dia pasti akan bersama dirinya sekarang. Dia tidak akan pernah menikahiku. Suaranya serak saat dia melanjutkan perkataannya. “Segalanya berjalan dengan sempurna. Dia sangatlah luar biasa dan setiap harinya aku terus jatuh cinta lebih lagi padanya. Aku belum memperkenalkannya pada Rowan, sebab aku menginginkannya bagi diriku sendiri. Aku tidak menyembunyikannya, tapi aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengannya sebelum dia bertemu dengan keluargaku. Setiap hari aku bangun sambil berpikir, betapa beruntungnya diriku bisa menemukan seseorang sepertinya. Kamu tahu dunia kita, Hana, dan kamu tahu menemukan orang yang cocok tidaklah mudah.”Seperti itulah bagaimana cara kerja lingkungan kami. Sulit untuk menemukan seseorang yang benar-benar mencintaimu. Beberapa pernikahan di lingkungan kami hanyalah kesepakatan bisnis semata dan hanya sedikit pern
“Hana?” panggilnya. “Oh, maaf. Aku tenggelam dalam pikiranku sendiri tadi.” Aku lalu menggelengkan kepalaku untuk menepis pemikiranku. “Ya, aku sudah selesai berkemas.”“Baguslah, ayo pergi.”Sejam kemudian, kami sudah duduk di jet pribadi Gabriel. Tapi kali ini, aku menemaninya untuk menandatangani sebuah kesepakatan bisnis. “Apakah segalanya baik-baik saja? Apakah kau membutuhkan sesuatu? Aku bisa memanggil pelayan untuk membawakanmu apa pun yang kamu inginkan,” ujar Gabriel begitu jetnya lepas landas. Lihat apa yang kumaksud? Dia sangat perhatian. Di pernikahan pertama kami, dia tidak seperti ini. Aku tidak mengingat apa yang dilakukan Gabriel pernah menorehkan senyuman padaku. Bahkan, yang terjadi sebaliknya. Dia tidak pernah memikirkan apa yang kubutuhkan atau kuinginkan. Dia tidak pernah peduli apakah aku nyaman atau tidak. Dia tidak pernah peduli apakah aku hidup atau tidak. Dia hanya benar-benar tidak memedulikanku. Tapi sekarang sudah berbeda, itulah mengapa aku merasa ru
“Apakah Ibu benar-benar harus pergi?” tanya Lilly dengan pandangan yang berganti-ganti ke arahku dan koper yang terbuka di kamarku. Aku benci persiapan di menit-menit terakhir, tapi kami benar-benar sibuk di kantor selama beberapa hari terakhir ini, jadi setiap kali aku sampai di rumah, yang bisa kupikirkan hanyalah tidur. Kakiku sangat pegal dan aku tidak memiliki tenaga untuk melakukan hal selain makan dan tidur. “Ya,” balasku dengan lembut. “Ada sebuah kesepakatan penting dan ayahmu harus di sana untuk menandatanganinya ...”“Aku tidak paham mengapa aku tidak boleh ikut dengan Ibu? Aku mau melihat bagaimana cara Ayah melakukannya, cara dia menyetujui sebuah kesepakatan.”Aku tengah melipat sepotong pakaian terakhir, sebuah blus satin berwarna biru sebelum memasukkannya bersamaan dengan baju yang lainnya. Setelah selesai, aku menutup koperku sebelum menaruhnya di lantai.“Kamu pasti paham kalau kamu tidak boleh ikut,” jawabku sambil duduk di kasur. “Kenapa tidak?”“Karena kamu mas
Pernahkah kalian dibuat kehilangan kata-kata oleh perkataan seseorang? Seolah mereka membuatmu tidak bisa mengucap sepatah kata pun dan merasa bodoh di waktu yang sama? Itulah apa yang diperbuat oleh perkataannya padaku. Aku benar-benar membeku mendengar perkataannya sampai aku merasa merinding. Aku melihat sorot mata dan mendengar nada suaranya. Dia benar-benar serius dan baru saja melontarkan sebuah janji. Sebuah janji yang mau dipenuhinya. Apa yang kalian katakan pada situasi seperti ini? Bagaimana kalian menjawabnya? Apa jawaban kalian?Sisi dirinya ini benar-benar asing bagiku. Beri aku Gabriel yang arogan, egois, kasar dan yang suka menyakitiku, maka aku akan tahu bagaimana cara menanganinya. Tapi, sisi dirinya yang ini? Aku sama sekali buta akan sisi yang ini. Aku tidak tahu apa-apa soal bagaimana cara untuk berurusan atau menanganinya. Aku menyetujui pernikahan ini dengan tujuan yang jelas. Aku tahu apa yang sedang kuperbuat. Aku sudah bersiap untuknya, tapi sekarang, dia su
Dia berjalan ke arah bar kecil di pojok kantornya dan mengambil satu pak es serta menyelimutinya dengan handuk sebelum kembali ke arahku. Dengan lembut, dia meraih tanganku dan menempatkan es itu di atasnya. “Apakah sakit?” tanyanya dengan begitu lembut, sampai aku hampir tidak mendengarnya.“Sedikit.”“Aku tidak mengira kalau kamu akan berani untuk meninju seseorang.”Aku tertawa, sebab aku juga tidak mengira aku akan seberani itu. “Aku sudah tidak tahan lagi dan langsung beraksi tanpa berpikir lagi. Maafkan aku, sebab aku membuatmu dalam masalah. Seharusnya aku tidak meninju dia. Perilaku itu tidak menunjukkan citra diri dari seorang istri bos dengan baik.”Dia mendekatkan dirinya dan menatap intens ke mataku. “Jangan pernah minta maaf untuk membela dan mempertahanku dirimu sendiri, Hana. Kamu itu istriku, biarkan mereka tahu bahwa kamu bukanlah orang yang bisa sembarangan diinjak-injak.”“Aku tidak paham. Apakah kamu tidur dengannya?” Aku menyemburkan pertanyaan itu secara tiba-ti
“Perilaku serta sikap burukmu itulah yang membuatmu dipecat. Jangan timpakan kesalahanmu padaku.”“Ini salahmu. Kalau kamu tidak datang kemari, semua ini tidak akan terjadi!”Belum sempat kujawab, dia menerjang ke arahku untuk menyerang, dan aku terkejut dibuatnya. Aku limbung sebelum bisa mengendalikan diriku sendiri. Jalang sialan ini sudah melalui banyak hal, dia tidak akan puas dengan tamparan semata. Tanpa berpikir lagi, aku melayangkan tinjuanku ke arahnya. Kami berteriak di saat yang bersamaan. “Sialan, sakit sekali!” rutukku. “Kamu meninjuku!”Karena dia tidak menduga bahwa aku akan meninijunya, dia terjatuh sambil memegangi hidungnya yang berdarah. Meski aku merasakan sakit di tanganku, aku merasa sangat puas saat melihatnya berdarah dan mendeita. “Hana!” Suara teriakan Gabriel terdengar dari belakangku, tapi pandanganku masih melekat pada Laras, untuk berjaga-jaga kalau dia memutuskan untuk menyerangku lagi. Beberapa detik kemudian, pandanganku yang semula melihat si wa
HanaAku begitu lelah dan lapar, sampai-sampai kupikir aku akan mati. Aku tidak sempat sarapan pagi ini, sebab aku bangun terlambat. Akhir-akhir ini ada pembahasan tentang kesepakatan bisnis yang penting, jadi Gabriel pergi ke kantor lebih awal dariku. Aku tidak tidur nyenyak tadi malam, jadi aku benar-benar melewatkan alarmku.Lilly sudah mulai nyaman di sekolah, dan meskipun aku masih sempat mengantarnya sesekali, sebagian besar waktu, supirnya yang mengantar dia ke sekolah. Tapi, kami tetap makan malam bersama setiap malam. Lalu, Gabriel masih memastikan untuk pulang sebelum dia tidur.Sedangkan untuk hubunganku dengan Gabriel, bisa dibilang cukup tegang. Jangan salah paham, dia tidak bersikap kejam atau semacamnya, malah dia bersikap sebaliknya yang justru membuatku terkejut.Aku terkejut karena itu sangat tidak seperti dia.Aku terus menunggu sifat lamanya seperti saat pernikahan kami yang pertama muncul, tapi sifat itu sama sekali tidak terlihat. Bahkan, aku terus menunggu Gabri