Ketika Gabriel mengatakan padaku bahwa kami akan mengunjungi keluarganya di acara barbekyu mingguan mereka, aku tidak berpikir acaranya akan secepat ini. Kemarin di kantor aku begitu sibuk. Jelas sekali bahwa pegawai wanita begitu menggilai Gabriel. Sejujurnya, aku tidak masalah. Bukan salahnya karena dia sendiri begitu menawan. Apa yang menjadi masalah adalah beberapa pandangan penuh kebencian dan iri hati yang kudapatkan dari beberapa wanita itu. Kalau kupikir hanya Laras-lah wanita satu-satunya yang mengancamku akan merebut Gabriel, yah aku salah. Bahkan aku tidak bisa menghitung berapa kali aku ‘diajak bicara’ oleh beberapa wanita ketika Christopher menyuruhku untuk melakukan sesuatu di bawah. Ternyata, dua wanita yang dimarahi oleh Gabriel tadi itu bertanggung jawab karena menyebarkan berita bahwa aku wanita barunya Gabriel. Sepertinya tangannya yang ditaruh di punggungku-lah yang membuat mereka mengira demikian. Kabar baiknya adalah mereka semua berpikir aku hanyalah sekedar m
Aku masih merasa setengah sadar saat mengambil cangkir itu dan menempelkannya di bibirku. Sampai di mana kopi itu akhirnya mengecap di indera perasaku dan aku berakhir memuntahkan cairan itu. “Rasanya begitu menjijikkan. Bagaimana bisa kamu menyukainya?” tanyaku sambil menyeka cairan itu di bibirku. Untuk pertama kalinya aku mendengar Gabriel tertawa. Sebuah tawa yang terdengar begitu dalam dan seksi yang membuatku merasa panas dingin. Tawanya sungguh bisa membuatmu melupakan namamu. Apa hanya aku yang menganggap tawanya begitu menarik?Dia mengedikkan bahunya, “Memang harus dicoba berulang kali. Rasa ini tidak untuk semua orang.”Aku seolah kehilangan kemampuanku untuk berbicara, jadi aku hanya menganggukkan kepala. Aku masih tidak habis pikir bahwa Gabriel ternyata bisa tertawa. Tawanya kemudian berubah menjadi senyuman tulus. Sebuah senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Senyumannya sungguh menawan dan sebagian diriku tidak suka akan fakta bahwa senyuman itu menarikku. “
Lilly menatap kami, matanya bergantian memandang aku dan ayahnya. Aku melihat pertanyaan di matanya. Rasa ingin tahu tentang aku dan Gabriel.Seperti yang sudah kubilang, ini seharusnya tidak terjadi. Aku tidak seharusnya tertarik lagi pada Gabriel setelah bertahun-tahun terpisah. Aku benar-benar berpikir bahwa ketertarikanku padanya sudah hilang. Perlakuannya terhadapku bertahun-tahun lalu seharusnya membunuh semua perasaan yang pernah kupunya untuknya.Betapa salahnya aku. Sekarang, bertahun-tahun kemudian, aku hampir menciumnya. Aku merasa sangat bersalah karena membiarkan ibuen kelemahan itu terjadi. Karena membiarkan diriku tergoda oleh keinginan tubuhku.“Apa kalian tadi hampir ciuman?” tanya Lilly polos, dan aku tidak bisa menahan napas tajamku.Pikiranku kacau. Aku tidak tahu harus mengatakan apa padanya. Haruskah aku jujur saja? Tapi, aku juga tidak bisa berbohong ketika dia jelas-jelas memergoki kami.“Uhm ...” Aku berusaha keras mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan
Panggilan dari Gabriel membuatku bergerak dari tempat Lilly meninggalkanku tadi. Aku masih tidak percaya dia mengatakan hal itu padaku. Ketika Liam masih hidup, dia tidak pernah terlihat terganggu karena tidak memiliki saudara. Dia tidak pernah meminta, jadi aku penasaran apa yang tiba-tiba mengubah pikirannya.Aku tahu, mungkin kamu bertanya-tanya kenapa aku dan Liam tidak punya anak meskipun sudah menikah cukup lama. Sebenarnya, kami pernah mencoba. Liam selalu menginginkan keluarga, anak-anak kandungnya sendiri. Aku tahu dia mencintai Lilly seperti anaknya sendiri, tapi dia juga menginginkan darah dagingnya sendiri.Aku ingin memberikannya itu. Aku ingin berterima kasih padanya karena telah ada untukku ketika aku tidak punya siapa-siapa. Karena telah menikah denganku dan memberikan Lilly sebuah keluarga. Memberikan anak padanya bukanlah permintaan besar, dan aku tidak melihat masalah dengan itu.Seperti yang kukatakan, kami pernah mencoba, tapi tidak pernah berhasil. Hingga setahun
Gabriel.“Ibu!” Aku berteriak dan segera menghampirinya.Dia tergeletak tidak bergerak di lantai. Tidak perlu ada yang memberitahuku bahwa kejutan melihat Lilly-lah yang membuatnya pingsan. Seperti halnya denganku, dia hanya perlu melihat sekali ke garis mata tajam itu untuk tahu bahwa Lilly adalah seorang bagian dari Keluarga Wijaya.Aku menepuk lembut pipinya, tetapi itu tidak membangunkannya. Aku menyelipkan satu tangan di bawah bahunya dan satu lagi di bawah lututnya, lalu mengangkatnya ke dalam pelukanku dan membawanya ke sofa terdekat.“Ayah! Rowan!” Aku memanggil mereka, takut meninggalkan ibuku sendirian.“Apakah dia baik-baik saja?” Lilly bertanya dengan suara kecil yang rentan. “Apakah aku melakukan sesuatu yang salah? Apakah dia pingsan karena aku?”Air mata yang menggenang di matanya melemahkanku. Dalam waktu singkat, dia telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari diriku. Melihatnya menangis menyakitiku. Aku benar-benar tidak yakin aku pernah mencintai seseorang seper
Aku tahu bahwa reaksi mereka akan meledak-ledak. Jarang sekali kejadian di mana kamu diberi tahu bahwa kamu memiliki seorang cucu dan menantu yang tidak kamu ketahui. Ayahku mulai berjalan ke sana dan kemari. Aku tahu apa yang dipikirkannya. Ayah-lah yang melatihku dan Rowan. Kami selalu paham apa yang dipikirkannya sebab cara kami berpikir sama. Dia mungkin bertanya-tanya bagaimana ini bisa terjadi. Penasaran apakah aku sudah melakukan tes DNA untuk memastikan bahwa Lilly benar anakku. Ayah juga pasti berpikir apakah Hana entah bagaimana caranya bisa membodohiku atau menjebakku. Ayah tengah berpikir dan mencoba memikirkan seluruh sudut pandang. “B ... Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana bisa tiba-tiba kamu memiliki istri dan anak?” tanya Ibu dengan terbata-bata saat berbicara. Wajah Ibu masih syok. Pandangannya bergantian ke arahku dan Hana yang tengah memandang lantai dalam diam. Dia pastilah gugup dan panik dalam hati. Aku merasakan dorongan yang kuat untuk memegangnya dan men
Terima kasih kulayangkan pada kakaknya, aku tahu dia menginginkanku dan itu memberiku senjata terbesar untuk melawannya. Aku ingin untuk menyakiti dan menghancurkannya serta mendera lara padanya karena mengambil kebebasanku. Bahkan anak SD pun tahu bahwa menyelingkuhinya akan menyakitinya, jadi kulakukan dan kupastikan dia mengetahuinya. Aku ingin agar dia menyesal karena berpikir untuk menjebakku. Aku berhasil dan setiap kulihat dia, kulihat penderitaan di sorot matanya. Aku tahu aku terdengar seperti monster, tapi aku merasa puas melihatnya menderita.“Lalu bagaimana kalian bertemu kembali setelah bertahun-tahun berlalu?” tanya Ibu ketika aku tidak memberi komentar akan ucapan Ayah. “Aku melacaknya,” ujarku sambil mengedikkan bahu. “Para petinggi ingin agar aku menikah dan berkeluarga, jadi kulakukan demikian.”Pandangan Ibu berganti ke Hana. “Lalu, kamu setuju untuk menikahinya meskipun dia sudah menyakitimu?”Aku terkesiap akan perkataan Ibu. Aku tidak suka membuatnya kecewa, tapi
Hana. Aku tidak bisa berhenti memainkan jemariku bahkan saat Gabriel dan aku mengekor di belakang orang tuanya. Sejujurnya, pembicaraan di ruang kerja tadi berjalan lebih lancar dari yang kubayangkan. Aku tidak tahu apa yang kuharapkan, tapi aku sama sekali tidak membayangkan ketenangan mereka, atau apakah ini hanyalah ketenangan sementara sebelum gemuruh badai dimulai?Aku juga tidak mengerti kenapa Gabriel tidak memberi tahu mereka bahwa kami pernah menikah sebelumnya. Terlepas dari bagaimana pernikahan kami berakhir, itu adalah hal yang paling logis untuk dilakukan. Aku tidak suka dia membiarkan mereka dalam kebingungan.“Apakah kamu baik-baik saja?” Suaranya membawaku kembali ke kenyataan.Aku mendongak ke arahnya hanya untuk melihat matanya menatapku dengan intens. Tatapannya begitu tajam, seolah-olah dia sedang membaca raut wajahku. Aku menarik pandanganku darinya lali aku memfokuskan perhatian ke depan.“Ya, aku masih sedikit gugup, meskipun aku tidak tahu kenapa,” jawabku deng
Hai pembaca terkasih, aku baru saja membaca komentar kalian dan kalian benar-benar memberi tahuku perasaan kalian. Setiap orang berhak atas pendapatnya masing-masing, dan aku menghormati itu. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah pandangan mereka, dan itu benar-benar tidak masalah.Aku telah menerima beberapa kritik yang sangat baik, dan aku ingin berterima kasih kepada mereka yang telah menunjukkan kesalahanku. Aku selalu kesulitan menulis bagian akhir cerita, dan itulah mengapa kadang-kadang terasa terburu-buru. Jangan khawatir, aku akan bekerja keras untuk memperbaikinya di buku berikutnya.Tentang Emma dan Calvin, aku ingin kalian semua mengerti bahwa ini memang selalu menjadi akhir yang direncanakan, setidaknya di buku ini.Emma tidak mencintai Calvin. Dia menyesal atas apa yang dia lakukan, tetapi dia tidak pernah mencintainya dengan kedalaman yang sama seperti Calvin mencintainya. Dengan kata lain, dia mencintai Calvin, tetapi dia tidak jatuh cinta padanya. Calvin pan
Hana. Aku seolah sedang melayang dalam langit ketujuh. Aku merasa hangat, damai, dan dicintai. Perlahan, aku terbangun. Gabriel di belakangku dengan tangannya yang merengkuhku. Dia selalu melakukan ini setiap kali kami tidur. Dia terus memegangiku, seolah takut kalau aku akan menghilang kalau dia tidak melakukannya. Aku menggeliat sedikit untuk lepas dari tangannya. Alih-alih melepasku, dia mengeratkan tangannya, yang mendorongku mendekat ke badannya. Aku berhenti ketika merasakannya. Ketika kurasakan kejantanannya yang mengeras, libidoku naik, dan aku segera menginginkannya. Aku ingin merasakannya memasukiku. Kehidupan ranjang kami sehat, tapi selalu ada waktu di mana aku menginginkan lebih. Dengan memiliki tiga anak, kadang sulit untuk mendapat waktu untuk berduaan. “Hmm,” geram Gabriel ketika aku menggesekkan pantatku di kejantanannya. Suaranya menggetarkan klitorisku. Aku melakukannya lagi, dan mengundang desahan seksi darinya. Gabriel mulai membubuhi punggung, pundak, dan
“Tentu,” dia membalas senyumku tepat saat Henry berjalan mendekati kami.“Aku di sini untuk mencuri istriku yang cantik.” Suaranya serak, dan aku tak bisa menahan diri untuk tidak meleleh mendengar nadanya. Suaranya benar-benar seksi.“Dia milikmu.” Calvin melepaskanku dan menyingkir sebelum pergi.Henry menarikku ke dalam pelukannya, memastikan tidak ada jarak di antara kami. “Apakah kamu baik-baik saja? Punggungmu sakit? Kaki-kakimu bagaimana?”Lihat apa yang aku bilang? Dia mendominasi di dunia hukum, tapi perhatian dan penuh cinta sebagai pasangan. Aku bahkan tidak tahu bahwa aku punya tipe pria seperti ini sampai aku bertemu dengannya.“Aku baik-baik saja, cintaku, berhentilah khawatir,” ujarku sambil terkekeh dan menyeret diriku lebih dekat padanya.“Sudahkah aku memberitahumu bahwa aku mencintaimu?” tanyanya.Aku tidak bisa menahan senyum saat aku berdiri di ujung jari kakiku dan berbisik di bibirnya. “Sudah kamu katakan seribu kali hari ini, tapi aku tidak mengeluh.”“Kamu adal
Merrisa adalah salah satu pengiring pengantin perempuanku, begitu juga Ava, Calista, Ruby, Hana, dan Anjani. Mereka telah menjadi sahabatku selama empat tahun terakhir sejak kecelakaan itu. Tentu saja, aku tidak pernah bisa menggantikan Merrisa, dia sahabat terbaikku, tapi aku bersyukur memiliki mereka.Ditambah lagi, kemarin Merrisa memberitahuku bahwa dia berpikir untuk pindah ke sini. Aku sangat bersemangat. Aku menyayanginya, tapi kami mengakui bahwa menjalani persahabatan jarak jauh itu sulit. Aku benar-benar merasa di atas awan karena dia akan berada di dekatku.Musiknya melambat, dan Guntur mendekat, memecah semua percakapan lain.“Bolehkah aku berdansa denganmu, Ibu?”Seruan riuh para tamu terdengar, dan aku bersumpah hatiku langsung meleleh.“Tentu saja, putra tampanku,” jawabku sebelum menggenggam tangannya.Guntur sekarang sudah empat belas tahun, sudah jadi remaja. Bisa kalian percaya itu? Tingginya sudah sama denganku, dan aku yakin dalam beberapa tahun dia akan lebih ting
Emma. Aku menari dengan Merrisa, membiarkan musik menenggelamkanku. Aku merasakan sedikit rasa sakit di punggungku, tapi masa bodoh, sebab aku merasa sangat bahagia. Gaunku berayun mengikuti irama tubuhku sembari kami meneriakkan lirik lagu Cruel Summer milik Taylor Swift sekuat tenaga. Ava, yang hamil besar bergabung dengan kami. Aku tertawa sebab dia berpikir bahwa dia sedang menari, tapi tidak. Aku bahkan tidak tahu apa yang dilakukannya. Aku bisa menghitung saat-saat terbahagiaku dengan jari. Satu adalah ketika aku lolos ujian pengacara. Kedua, ketika Guntur memanggilku Ibu untuk pertama kali setelah bertahun-tahun lamanya, dan yang ketiga adalah hari ini, di hari pernikahanku.Kalian tidak salah dengar. Aku baru saja menikah, dan aku tidak pernah sebahagia ini. Ingat pengacara tampan yang kuberi tahu Ava saat ulang tahun James? Ya, dia tidak mau menyerah, tidak peduli berapa kali aku menolaknya. Dia terus bertanya hampir setiap hari. Aku lelah ditanyai hal yang sama setiap har
Jadi, kalian sudah sampai pada akhir dari Penyesalan Mantan Suami dan cerita sampingannya. Aku hanya mau berterima kasih pada kalian semua atas cinta dan dukungan kalian akan buku ini. Ini adalah buku terpanjang yang pernah kutulis, dan sejauh ini adalah yang paling sukses. Buku ini tidak akan sesukses ini kalau bukan karena dukungan kalian. Maka dari itu, terima kasih banyak. Terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan buku ini dari awal sampai akhir. Hal ini sungguh berarti bagiku. Sekarang, aku mau mengumumkan bahwa buku Noah akan diunggah selanjutnya. Judulnya ‘Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan’. Aku masih mengerjakan plotnya, tapi akan kuunggah pada pertengahan Oktober, nantikan saja! Kita akan ada cerita sampingan soal Guntur dan mungkin satu lagi soal Lilly. Inilah sedikit intipan dari Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan. Di bawah ini hanyalah cuplikan kasarnya. ***Shella. Aku berjalan ke arah altar. Jantungku berdegup, dan langkahku lambat. Bunga mawa
Tiga tahun kemudian.Emma.“Serius, Emma, kapan kamu akan mulai berkencan?” tanya Ava sambil duduk di sampingku.Aku memandang ke arah halaman belakang, dan aku tak bisa menahan senyum yang muncul di bibirku. Hari ini adalah ulang tahun anak laki-laki Travis dan Ruby. James, dinamai dari ayah kami, yang berusia satu tahun hari ini.Ruby dan Travis menikah sekitar dua tahun yang lalu. Travis langsung melamarnya setelah aku sadar dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawaku. Kalian mungkin bertanya-tanya apa yang terjadi pada pengemudi itu. Dia saat ini sedang menjalani hukuman lima tahun penjara karena mengemudi sembarangan. Aku berharap dia belajar dari kesalahannya.Kembali ke Travis dan Ruby. Kurasa melihatku di rumah sakit membuatnya menyadari betapa singkatnya hidup manusia. Dia melamarnya, dan Ruby setuju. Mereka menikah saat musim semi. Sebagai hasil dari perbaikan hubunganku dengan Ava, aku dibawa masuk ke pertemanan mereka. Calista dan Reaper menikah dalam sebuah pernikahan k
“Tidak! Aku harus mengejan!” seruku sambil menggenggam baju Gabriel. Aku merasa seperti sudah gila. Seolah aku sudah kehilangan akal sehatku. Rasa sakit ini sungguh sudah membuatku gila. Untungnya, kami sampai di kamar sebelum aku melahirkan di koridor rumah sakit sialan ini. Aku menghela nafas lega saat memasuki ruangan, dan mereka mulai mempersiapkanku. Ava sudah di dalam. Aku bersyukur memiliki seseorang yang mengerti rasanya kemaluan terbelah dua agar manusia cilik itu bisa terlahir ke dunia. “Aku tidak bisa menahannya lagi,” ujarku sebelum mengejan sekuat tenaga. Aku bersumpah bisa merasakan belahan pantatku seolah terbelah, yang menambah rasa sakitku.“Ini semua salahmu!” seruku pada Gabriel sambil mencengkeram erat tangannya. Aku menatap tajam padanya dengan nafas yang menderu. Batang hidungku kembang-kempis untuk berusaha meraup sebanyak-banyaknya oksigen ke paru-paruku. “Ayo, Hana, ejanlah!” ujar Ava sambil menyeka keringat dari dahiku. “Jangan pedulikan Gabriel.”“Jaha
“Tidak apa-apa, sayangku. Ibu hanya akan melahirkan. Ingatkah yang Ibu katakan padamu apa yang akan terjadi ketika sudah waktunya?”Dia menganggukkan kepalanya. “Iya. Ibu bilang akan merasa kesakitan, tapi aku tidak seharusnya takut, sebab itu bagian dari melahirkan bayi ke dunia.”“Bagus,” ujarku sambil meringis saat sakit kontraksi kembali menghampiri. “Itulah yang terjadi sekarang, jadi janganlah takut.”Gabriel menggenggam tanganku dan membantuku keluar dari kamar. Aku bernafas melalui hidung dan mulutku, tapi jujur saja. Ini sama sekali tidak membantu, ‘kan?“Aku hanya tidak paham. Kenapa Ibu harus kesakitan? Kenapa bayinya tidak langsung lahir saja tanpa menyakiti Ibu?”Hal terakhir yang kuinginkan adalah menorehkan trauma pada putriku dengan menjelaskan padanya bahwa rasa sakit memang lumrah untuk mengeluarkan bayi dari diriku. Dia pasti akan ingin tahu mengapa bayi harus dikeluarkan dengan mengejan, dan aku harus menjelaskan bahwa bayi itu besar, dan jalan keluarnya lebih kecil