Rowan terlihat bahagia sekarang, jadi seperti yang kukatakan sebelumnya, aku berasumsi bahwa dia bersatu lagi dengan Emma. Hanya itulah kemungkinan yang mungkin terjadi. Dari apa yang pernah dikatakan Gabriel padaku, Rowan sangatlah membenci Ava, sama seperti Gabriel yang membenciku. Mataku tertuju pada gadis kecil itu. Wajahnya terlihat agak familiar, tetapi aku tidak bisa mengingat di mana aku pernah melihatnya. Mungkin dia adalah putri Rowan dan Emma, meskipun dia sama sekali tidak mirip dengan Emma yang aku ingat. Tapi, ya, kadang-kadang gen bisa aneh.“Dan gadis kecil itu?”“Namanya Liliana,” jawab Gabriel. Posisinya yang mendekat padaku membuatku merasa aneh.Aku bergerak menjauh, mencoba menjaga jarak sedikit di antara kami.Aku terus mengamati Liliana yang penuh dengan energi. Dia memiliki mata yang begitu indah yang bahkan bisa aku lihat bersinar dari tempatku berdiri. Dia tidak mirip dengan Emma, tetapi jika aku ingat dengan benar, dia sekilas memiliki garis mata yang sediki
“Apa? Dia menikahi Ava?” tanyaku dengan benar-benar terkejut.“Iya,” jawab Gabriel, lalu matanya menyipit. “Kenapa kamu tampak sangat terkejut dengan berita itu?”Aku mengangkat bahu. “Mungkin karena aku memang terkejut.”Terang saja aku benar-benar terkejut. Aku sama sekali tidak mengira hal ini. Tidak satu pun. Seperti yang aku katakan, Rowan membenci Ava, jadi bagaimana dia bisa berakhir dengannya? Bagaimana mungkin semuanya berubah begitu drastis hingga sekarang semuanya terlihat seperti mimpi indah yang tidak berakhir?Rowan yang aku ingat dulu selalu murung, marah, pahit, dan memiliki ego sebesar galaksi. Dia selalu memasang ekspresi cemberut dan jarang sekali tersenyum. Semua itu berubah setelah dia tidur dengan Ava dan memutuskan hubungannya dengan Emma.Versi dirinya yang sekarang mengingatkanku pada saat dia masih bersama Emma. Wajahnya selalu berseri-seri setiap kali melihat atau berada di dekatnya. Dia terus tersenyum, seolah-olah kehadiran Emma dalam hidupnya membawa kebah
“Hai.” Entah mengapa, aku mengucapkannya dengan nada melengking.Berhadapan langsung dengan Ava rasanya seperti bertemu dengan seorang idola yang diam-diam kamu kagumi. Seketika, aku jadi berkeringat dan gugup.Alih-alih menjawab, dia menarikku ke dalam pelukan erat. Pelukan itu hangat, seperti memeluk boneka beruang yang lembut dan empuk.“Senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara resmi, Hana. Selamat datang di keluarga kami,” bisiknya sebelum dia melepas pelukan dan menjauh.Gabriel kemudian membawaku ke area luar ruangan yang penuh dengan berbagai hidangan di atas meja. Dia mengarahkan aku untuk duduk di sebelahnya.Apakah dia tidak paham bahwa aku tidak nyaman dengan kedekatan ini karena suatu alasan?Dalam hitungan detik, semua orang mulai makan.“Jadi, Hana, apa pekerjaanmu?” tanya ibu Gabriel.Aku menelan ludah saat semua mata tertuju padaku. Aku benci menjadi pusat perhatian.“Aku seorang perancang interior,” jawabku sambil berusaha mempertahankan kontak mata.Jika ada satu
Gabriel. “Apakah kalian baik-baik saja hari ini?” tanyaku sambil membukakan pintu mobil bagi Hana dan Lilly. “Iya,” jawabnya dengan mengalihkan pandangannya. “Jangan khawatir, kami berdua mungkin akan langsung tertidur begitu masuk.”“Oke.” Aku lalu maju dan mengecup pipi Lilly. Dia sudah terlihat sangat mengantuk. “Selamat malam, sayang.”“Selamat malam, Ayah,” gumamnya. Astaga, aku tidak mengira kalau aku akan terbiasa memanggilnya seperti itu. Seperti yang kukatakan, ketika aku mengetahui soal Lilly, aku merencanakan untuk menggunakannya sebagai kartu terakhir untuk mendapat apa yang kuinginkan dari Hana. Tapi sekarang, situasinya sudah berbeda. Setiap kali dia memanggilku ‘Ayah’, aku merasakan hatiku tergerak setiap harinya. Aku merasakan sebuah kehangatan menyisip ke dalam diriku. Rasanya beda. Aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.Setelah Hana melambaikan tangannya dan mengucapkan selamat malam, mereka berbalik dan pergi. Setelah memastikan mereka masuk dengan aman k
Aku mengangguk, lalu mendudukkan diri di sofa saat dia menuangkan segelas untukku. Satu gelas yang sangat kubutuhkan.“Aku harus setuju dengan apa yang dikatakan Mum, Lilly benar-benar mirip denganmu. Dia mengejutkanku dengan betapa tajamnya dia. Bagaimana dia tahu banyak hal soal uang,”Aku tersenyum bangga. “Sama seperti Noah yang merupakan versi kecil dirimu. Dia begitu tajam dalam hal mengenali perusahaan mana yang punya potensi.”Perkataanku benar. Noah sangat jeli soal potensi perusahaan, sama seperti Rowan. Rowan bisa membaca potensi perusahaan baru, bahkan yang sudah mapan sekalipun.Karena dialah kami tidak pernah melakukan investasi buruk saat mengakuisisi perusahaan baru.“Aku merasa dua bocah itu akan mengguncang dunia bisnis. Mereka akan membawa Perusahaan Wijaya ke puncak yang lebih tinggi. Seperti kita, mereka akan menjadi duo yang sempurna.” Dia mengungkapkan hal yang sama yang kupikirkan.Aku mengambil gelasku dan menenggak seluruh isinya sebelum menuang lagi. Cairan i
Emma.“Apakah kamu yakin dengan ini?” tanya Merrisa dengan sorot matanya yang penuh kekhawatiran menatap wajahku. “Apakah kamu benar-benar yakin ingin melakukan ini?”Apakah aku yakin? Tentu saja tidak. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku tidak tahu bagaimana reaksinya, tapi aku harus melakukan sesuatu, ‘kan?“Ya,” jawabku sambil mengangguk dan menegakkan punggung dengan tekad.Aku tahu aku telah melakukan kesalahan besar. Aku tahu apa yang terjadi padaku adalah salahku. Ini karma yang mengejarku, tapi aku tidak bisa membiarkannya menghentikanku. Aku tidak bisa duduk diam meratapi nasib dan berharap semuanya akan bisa berbeda.Aku memakai gaun musim panas cantik yang kupilih. Gaun itu berwarna putih dengan motif bunga biru. Aku ingin terlihat rapi, sederhana, dan hangat. Aku ingin terlihat seperti seseorang yang membuat orang lain merasa nyaman hanya dengan melihatnya. Gaun musim panas selalu memberi ilusi itu.“Kamu sadar dia mungkin akan membanting pintu di wajahmu begitu melih
Calvin.“Apa yang kamu lakukan di rumahku, Emma?” tanyaku sambil menggertakkan gigi. Guntur dan aku sedang sibuk mengecat ulang kamarnya sebelum bel pintu berbunyi. Hal terakhir yang kuinginkan adalah dia mendengar aku berteriak dan turun ke bawah hanya untuk melihat perempuan ini.Aku menatapnya tajam saat kemarahan dalam diriku mulai naik. Tanganku terkepal, dan rahangku mengeras dalam upaya untuk menahan diri agar tidak meledak.“Aku …” dia tidak menyelesaikan kalimatnya, dan itu membuatku semakin marah.Sialan ini! Aku keluar dari rumah dan menutup pintu di belakangku. Aku perlu menyingkirkannya.“Aku bertanya padamu tadi, Emma!” sentakku sambil menggenggam gagang pintu dengan erat untuk mencoba menenangkan diriku sendiri.Setelah semua hal yang dia lakukan pada aku dan Guntur, sekarang dia berani-beraninya muncul di depan pintuku?Rasa sakit dan patah hati kurasakan selama hampir satu dekade. Apakah dia benar-benar berpikir aku akan melupakannya begitu saja? Bahwa aku akan mengab
HanaAku beranjak dari kasur dengan merasa pegal di sekujur tubuhku. Aku sama sekali tidak tertidur kemarin. Kalian bisa melihatnya dari seberapa aku bergerak lambat dan malas-malasan pagi ini. Aku menatap ponselku dan menyadari bahwa sudah lebih dari pukul lima pagi. Aku tahu kalau aku tidak akan bisa kembali tertidur, jadi aku segera bangun. Gabriel berkata padaku bahwa dia ada jadwal untuk melakukan gym, jadi aku memakai celana legging dan sport bra lalu meninggalkan kamarku. Hari ini akan menjadi hari yang panjang bagiku. Hari ini hari Senin dan merupakan hari pertama Lilly bersekolah. Aku ingin mengantarnya. Dia terlihat sedikit gugup ketika dia tidur, tapi dia mencoba untuk tenang. Satu-satunya yang menenangkannya adalah saat tahu bahwa Noah bersekolah di tempat yang sama dengannya. Dia berkata padaku bahwa Noah berjanji untuk mengenalkannya pada seluruh teman-temannya. Noah benar-benar baik. Jelas saja dia dibesarkan dengan benar, dan kalau dilihat seberapa baiknya Ava padaku
Hai pembaca terkasih, aku baru saja membaca komentar kalian dan kalian benar-benar memberi tahuku perasaan kalian. Setiap orang berhak atas pendapatnya masing-masing, dan aku menghormati itu. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah pandangan mereka, dan itu benar-benar tidak masalah.Aku telah menerima beberapa kritik yang sangat baik, dan aku ingin berterima kasih kepada mereka yang telah menunjukkan kesalahanku. Aku selalu kesulitan menulis bagian akhir cerita, dan itulah mengapa kadang-kadang terasa terburu-buru. Jangan khawatir, aku akan bekerja keras untuk memperbaikinya di buku berikutnya.Tentang Emma dan Calvin, aku ingin kalian semua mengerti bahwa ini memang selalu menjadi akhir yang direncanakan, setidaknya di buku ini.Emma tidak mencintai Calvin. Dia menyesal atas apa yang dia lakukan, tetapi dia tidak pernah mencintainya dengan kedalaman yang sama seperti Calvin mencintainya. Dengan kata lain, dia mencintai Calvin, tetapi dia tidak jatuh cinta padanya. Calvin pan
Hana. Aku seolah sedang melayang dalam langit ketujuh. Aku merasa hangat, damai, dan dicintai. Perlahan, aku terbangun. Gabriel di belakangku dengan tangannya yang merengkuhku. Dia selalu melakukan ini setiap kali kami tidur. Dia terus memegangiku, seolah takut kalau aku akan menghilang kalau dia tidak melakukannya. Aku menggeliat sedikit untuk lepas dari tangannya. Alih-alih melepasku, dia mengeratkan tangannya, yang mendorongku mendekat ke badannya. Aku berhenti ketika merasakannya. Ketika kurasakan kejantanannya yang mengeras, libidoku naik, dan aku segera menginginkannya. Aku ingin merasakannya memasukiku. Kehidupan ranjang kami sehat, tapi selalu ada waktu di mana aku menginginkan lebih. Dengan memiliki tiga anak, kadang sulit untuk mendapat waktu untuk berduaan. “Hmm,” geram Gabriel ketika aku menggesekkan pantatku di kejantanannya. Suaranya menggetarkan klitorisku. Aku melakukannya lagi, dan mengundang desahan seksi darinya. Gabriel mulai membubuhi punggung, pundak, dan
“Tentu,” dia membalas senyumku tepat saat Henry berjalan mendekati kami.“Aku di sini untuk mencuri istriku yang cantik.” Suaranya serak, dan aku tak bisa menahan diri untuk tidak meleleh mendengar nadanya. Suaranya benar-benar seksi.“Dia milikmu.” Calvin melepaskanku dan menyingkir sebelum pergi.Henry menarikku ke dalam pelukannya, memastikan tidak ada jarak di antara kami. “Apakah kamu baik-baik saja? Punggungmu sakit? Kaki-kakimu bagaimana?”Lihat apa yang aku bilang? Dia mendominasi di dunia hukum, tapi perhatian dan penuh cinta sebagai pasangan. Aku bahkan tidak tahu bahwa aku punya tipe pria seperti ini sampai aku bertemu dengannya.“Aku baik-baik saja, cintaku, berhentilah khawatir,” ujarku sambil terkekeh dan menyeret diriku lebih dekat padanya.“Sudahkah aku memberitahumu bahwa aku mencintaimu?” tanyanya.Aku tidak bisa menahan senyum saat aku berdiri di ujung jari kakiku dan berbisik di bibirnya. “Sudah kamu katakan seribu kali hari ini, tapi aku tidak mengeluh.”“Kamu adal
Merrisa adalah salah satu pengiring pengantin perempuanku, begitu juga Ava, Calista, Ruby, Hana, dan Anjani. Mereka telah menjadi sahabatku selama empat tahun terakhir sejak kecelakaan itu. Tentu saja, aku tidak pernah bisa menggantikan Merrisa, dia sahabat terbaikku, tapi aku bersyukur memiliki mereka.Ditambah lagi, kemarin Merrisa memberitahuku bahwa dia berpikir untuk pindah ke sini. Aku sangat bersemangat. Aku menyayanginya, tapi kami mengakui bahwa menjalani persahabatan jarak jauh itu sulit. Aku benar-benar merasa di atas awan karena dia akan berada di dekatku.Musiknya melambat, dan Guntur mendekat, memecah semua percakapan lain.“Bolehkah aku berdansa denganmu, Ibu?”Seruan riuh para tamu terdengar, dan aku bersumpah hatiku langsung meleleh.“Tentu saja, putra tampanku,” jawabku sebelum menggenggam tangannya.Guntur sekarang sudah empat belas tahun, sudah jadi remaja. Bisa kalian percaya itu? Tingginya sudah sama denganku, dan aku yakin dalam beberapa tahun dia akan lebih ting
Emma. Aku menari dengan Merrisa, membiarkan musik menenggelamkanku. Aku merasakan sedikit rasa sakit di punggungku, tapi masa bodoh, sebab aku merasa sangat bahagia. Gaunku berayun mengikuti irama tubuhku sembari kami meneriakkan lirik lagu Cruel Summer milik Taylor Swift sekuat tenaga. Ava, yang hamil besar bergabung dengan kami. Aku tertawa sebab dia berpikir bahwa dia sedang menari, tapi tidak. Aku bahkan tidak tahu apa yang dilakukannya. Aku bisa menghitung saat-saat terbahagiaku dengan jari. Satu adalah ketika aku lolos ujian pengacara. Kedua, ketika Guntur memanggilku Ibu untuk pertama kali setelah bertahun-tahun lamanya, dan yang ketiga adalah hari ini, di hari pernikahanku.Kalian tidak salah dengar. Aku baru saja menikah, dan aku tidak pernah sebahagia ini. Ingat pengacara tampan yang kuberi tahu Ava saat ulang tahun James? Ya, dia tidak mau menyerah, tidak peduli berapa kali aku menolaknya. Dia terus bertanya hampir setiap hari. Aku lelah ditanyai hal yang sama setiap har
Jadi, kalian sudah sampai pada akhir dari Penyesalan Mantan Suami dan cerita sampingannya. Aku hanya mau berterima kasih pada kalian semua atas cinta dan dukungan kalian akan buku ini. Ini adalah buku terpanjang yang pernah kutulis, dan sejauh ini adalah yang paling sukses. Buku ini tidak akan sesukses ini kalau bukan karena dukungan kalian. Maka dari itu, terima kasih banyak. Terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan buku ini dari awal sampai akhir. Hal ini sungguh berarti bagiku. Sekarang, aku mau mengumumkan bahwa buku Noah akan diunggah selanjutnya. Judulnya ‘Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan’. Aku masih mengerjakan plotnya, tapi akan kuunggah pada pertengahan Oktober, nantikan saja! Kita akan ada cerita sampingan soal Guntur dan mungkin satu lagi soal Lilly. Inilah sedikit intipan dari Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan. Di bawah ini hanyalah cuplikan kasarnya. ***Shella. Aku berjalan ke arah altar. Jantungku berdegup, dan langkahku lambat. Bunga mawa
Tiga tahun kemudian.Emma.“Serius, Emma, kapan kamu akan mulai berkencan?” tanya Ava sambil duduk di sampingku.Aku memandang ke arah halaman belakang, dan aku tak bisa menahan senyum yang muncul di bibirku. Hari ini adalah ulang tahun anak laki-laki Travis dan Ruby. James, dinamai dari ayah kami, yang berusia satu tahun hari ini.Ruby dan Travis menikah sekitar dua tahun yang lalu. Travis langsung melamarnya setelah aku sadar dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawaku. Kalian mungkin bertanya-tanya apa yang terjadi pada pengemudi itu. Dia saat ini sedang menjalani hukuman lima tahun penjara karena mengemudi sembarangan. Aku berharap dia belajar dari kesalahannya.Kembali ke Travis dan Ruby. Kurasa melihatku di rumah sakit membuatnya menyadari betapa singkatnya hidup manusia. Dia melamarnya, dan Ruby setuju. Mereka menikah saat musim semi. Sebagai hasil dari perbaikan hubunganku dengan Ava, aku dibawa masuk ke pertemanan mereka. Calista dan Reaper menikah dalam sebuah pernikahan k
“Tidak! Aku harus mengejan!” seruku sambil menggenggam baju Gabriel. Aku merasa seperti sudah gila. Seolah aku sudah kehilangan akal sehatku. Rasa sakit ini sungguh sudah membuatku gila. Untungnya, kami sampai di kamar sebelum aku melahirkan di koridor rumah sakit sialan ini. Aku menghela nafas lega saat memasuki ruangan, dan mereka mulai mempersiapkanku. Ava sudah di dalam. Aku bersyukur memiliki seseorang yang mengerti rasanya kemaluan terbelah dua agar manusia cilik itu bisa terlahir ke dunia. “Aku tidak bisa menahannya lagi,” ujarku sebelum mengejan sekuat tenaga. Aku bersumpah bisa merasakan belahan pantatku seolah terbelah, yang menambah rasa sakitku.“Ini semua salahmu!” seruku pada Gabriel sambil mencengkeram erat tangannya. Aku menatap tajam padanya dengan nafas yang menderu. Batang hidungku kembang-kempis untuk berusaha meraup sebanyak-banyaknya oksigen ke paru-paruku. “Ayo, Hana, ejanlah!” ujar Ava sambil menyeka keringat dari dahiku. “Jangan pedulikan Gabriel.”“Jaha
“Tidak apa-apa, sayangku. Ibu hanya akan melahirkan. Ingatkah yang Ibu katakan padamu apa yang akan terjadi ketika sudah waktunya?”Dia menganggukkan kepalanya. “Iya. Ibu bilang akan merasa kesakitan, tapi aku tidak seharusnya takut, sebab itu bagian dari melahirkan bayi ke dunia.”“Bagus,” ujarku sambil meringis saat sakit kontraksi kembali menghampiri. “Itulah yang terjadi sekarang, jadi janganlah takut.”Gabriel menggenggam tanganku dan membantuku keluar dari kamar. Aku bernafas melalui hidung dan mulutku, tapi jujur saja. Ini sama sekali tidak membantu, ‘kan?“Aku hanya tidak paham. Kenapa Ibu harus kesakitan? Kenapa bayinya tidak langsung lahir saja tanpa menyakiti Ibu?”Hal terakhir yang kuinginkan adalah menorehkan trauma pada putriku dengan menjelaskan padanya bahwa rasa sakit memang lumrah untuk mengeluarkan bayi dari diriku. Dia pasti akan ingin tahu mengapa bayi harus dikeluarkan dengan mengejan, dan aku harus menjelaskan bahwa bayi itu besar, dan jalan keluarnya lebih kecil