Aku tahu bahwa reaksi mereka akan meledak-ledak. Jarang sekali kejadian di mana kamu diberi tahu bahwa kamu memiliki seorang cucu dan menantu yang tidak kamu ketahui. Ayahku mulai berjalan ke sana dan kemari. Aku tahu apa yang dipikirkannya. Ayah-lah yang melatihku dan Rowan. Kami selalu paham apa yang dipikirkannya sebab cara kami berpikir sama. Dia mungkin bertanya-tanya bagaimana ini bisa terjadi. Penasaran apakah aku sudah melakukan tes DNA untuk memastikan bahwa Lilly benar anakku. Ayah juga pasti berpikir apakah Hana entah bagaimana caranya bisa membodohiku atau menjebakku. Ayah tengah berpikir dan mencoba memikirkan seluruh sudut pandang. “B ... Bagaimana ini bisa terjadi? Bagaimana bisa tiba-tiba kamu memiliki istri dan anak?” tanya Ibu dengan terbata-bata saat berbicara. Wajah Ibu masih syok. Pandangannya bergantian ke arahku dan Hana yang tengah memandang lantai dalam diam. Dia pastilah gugup dan panik dalam hati. Aku merasakan dorongan yang kuat untuk memegangnya dan men
Terima kasih kulayangkan pada kakaknya, aku tahu dia menginginkanku dan itu memberiku senjata terbesar untuk melawannya. Aku ingin untuk menyakiti dan menghancurkannya serta mendera lara padanya karena mengambil kebebasanku. Bahkan anak SD pun tahu bahwa menyelingkuhinya akan menyakitinya, jadi kulakukan dan kupastikan dia mengetahuinya. Aku ingin agar dia menyesal karena berpikir untuk menjebakku. Aku berhasil dan setiap kulihat dia, kulihat penderitaan di sorot matanya. Aku tahu aku terdengar seperti monster, tapi aku merasa puas melihatnya menderita.“Lalu bagaimana kalian bertemu kembali setelah bertahun-tahun berlalu?” tanya Ibu ketika aku tidak memberi komentar akan ucapan Ayah. “Aku melacaknya,” ujarku sambil mengedikkan bahu. “Para petinggi ingin agar aku menikah dan berkeluarga, jadi kulakukan demikian.”Pandangan Ibu berganti ke Hana. “Lalu, kamu setuju untuk menikahinya meskipun dia sudah menyakitimu?”Aku terkesiap akan perkataan Ibu. Aku tidak suka membuatnya kecewa, tapi
Hana. Aku tidak bisa berhenti memainkan jemariku bahkan saat Gabriel dan aku mengekor di belakang orang tuanya. Sejujurnya, pembicaraan di ruang kerja tadi berjalan lebih lancar dari yang kubayangkan. Aku tidak tahu apa yang kuharapkan, tapi aku sama sekali tidak membayangkan ketenangan mereka, atau apakah ini hanyalah ketenangan sementara sebelum gemuruh badai dimulai?Aku juga tidak mengerti kenapa Gabriel tidak memberi tahu mereka bahwa kami pernah menikah sebelumnya. Terlepas dari bagaimana pernikahan kami berakhir, itu adalah hal yang paling logis untuk dilakukan. Aku tidak suka dia membiarkan mereka dalam kebingungan.“Apakah kamu baik-baik saja?” Suaranya membawaku kembali ke kenyataan.Aku mendongak ke arahnya hanya untuk melihat matanya menatapku dengan intens. Tatapannya begitu tajam, seolah-olah dia sedang membaca raut wajahku. Aku menarik pandanganku darinya lali aku memfokuskan perhatian ke depan.“Ya, aku masih sedikit gugup, meskipun aku tidak tahu kenapa,” jawabku deng
Rowan terlihat bahagia sekarang, jadi seperti yang kukatakan sebelumnya, aku berasumsi bahwa dia bersatu lagi dengan Emma. Hanya itulah kemungkinan yang mungkin terjadi. Dari apa yang pernah dikatakan Gabriel padaku, Rowan sangatlah membenci Ava, sama seperti Gabriel yang membenciku. Mataku tertuju pada gadis kecil itu. Wajahnya terlihat agak familiar, tetapi aku tidak bisa mengingat di mana aku pernah melihatnya. Mungkin dia adalah putri Rowan dan Emma, meskipun dia sama sekali tidak mirip dengan Emma yang aku ingat. Tapi, ya, kadang-kadang gen bisa aneh.“Dan gadis kecil itu?”“Namanya Liliana,” jawab Gabriel. Posisinya yang mendekat padaku membuatku merasa aneh.Aku bergerak menjauh, mencoba menjaga jarak sedikit di antara kami.Aku terus mengamati Liliana yang penuh dengan energi. Dia memiliki mata yang begitu indah yang bahkan bisa aku lihat bersinar dari tempatku berdiri. Dia tidak mirip dengan Emma, tetapi jika aku ingat dengan benar, dia sekilas memiliki garis mata yang sediki
“Apa? Dia menikahi Ava?” tanyaku dengan benar-benar terkejut.“Iya,” jawab Gabriel, lalu matanya menyipit. “Kenapa kamu tampak sangat terkejut dengan berita itu?”Aku mengangkat bahu. “Mungkin karena aku memang terkejut.”Terang saja aku benar-benar terkejut. Aku sama sekali tidak mengira hal ini. Tidak satu pun. Seperti yang aku katakan, Rowan membenci Ava, jadi bagaimana dia bisa berakhir dengannya? Bagaimana mungkin semuanya berubah begitu drastis hingga sekarang semuanya terlihat seperti mimpi indah yang tidak berakhir?Rowan yang aku ingat dulu selalu murung, marah, pahit, dan memiliki ego sebesar galaksi. Dia selalu memasang ekspresi cemberut dan jarang sekali tersenyum. Semua itu berubah setelah dia tidur dengan Ava dan memutuskan hubungannya dengan Emma.Versi dirinya yang sekarang mengingatkanku pada saat dia masih bersama Emma. Wajahnya selalu berseri-seri setiap kali melihat atau berada di dekatnya. Dia terus tersenyum, seolah-olah kehadiran Emma dalam hidupnya membawa kebah
“Hai.” Entah mengapa, aku mengucapkannya dengan nada melengking.Berhadapan langsung dengan Ava rasanya seperti bertemu dengan seorang idola yang diam-diam kamu kagumi. Seketika, aku jadi berkeringat dan gugup.Alih-alih menjawab, dia menarikku ke dalam pelukan erat. Pelukan itu hangat, seperti memeluk boneka beruang yang lembut dan empuk.“Senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara resmi, Hana. Selamat datang di keluarga kami,” bisiknya sebelum dia melepas pelukan dan menjauh.Gabriel kemudian membawaku ke area luar ruangan yang penuh dengan berbagai hidangan di atas meja. Dia mengarahkan aku untuk duduk di sebelahnya.Apakah dia tidak paham bahwa aku tidak nyaman dengan kedekatan ini karena suatu alasan?Dalam hitungan detik, semua orang mulai makan.“Jadi, Hana, apa pekerjaanmu?” tanya ibu Gabriel.Aku menelan ludah saat semua mata tertuju padaku. Aku benci menjadi pusat perhatian.“Aku seorang perancang interior,” jawabku sambil berusaha mempertahankan kontak mata.Jika ada satu
Gabriel. “Apakah kalian baik-baik saja hari ini?” tanyaku sambil membukakan pintu mobil bagi Hana dan Lilly. “Iya,” jawabnya dengan mengalihkan pandangannya. “Jangan khawatir, kami berdua mungkin akan langsung tertidur begitu masuk.”“Oke.” Aku lalu maju dan mengecup pipi Lilly. Dia sudah terlihat sangat mengantuk. “Selamat malam, sayang.”“Selamat malam, Ayah,” gumamnya. Astaga, aku tidak mengira kalau aku akan terbiasa memanggilnya seperti itu. Seperti yang kukatakan, ketika aku mengetahui soal Lilly, aku merencanakan untuk menggunakannya sebagai kartu terakhir untuk mendapat apa yang kuinginkan dari Hana. Tapi sekarang, situasinya sudah berbeda. Setiap kali dia memanggilku ‘Ayah’, aku merasakan hatiku tergerak setiap harinya. Aku merasakan sebuah kehangatan menyisip ke dalam diriku. Rasanya beda. Aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya.Setelah Hana melambaikan tangannya dan mengucapkan selamat malam, mereka berbalik dan pergi. Setelah memastikan mereka masuk dengan aman k
Aku mengangguk, lalu mendudukkan diri di sofa saat dia menuangkan segelas untukku. Satu gelas yang sangat kubutuhkan.“Aku harus setuju dengan apa yang dikatakan Mum, Lilly benar-benar mirip denganmu. Dia mengejutkanku dengan betapa tajamnya dia. Bagaimana dia tahu banyak hal soal uang,”Aku tersenyum bangga. “Sama seperti Noah yang merupakan versi kecil dirimu. Dia begitu tajam dalam hal mengenali perusahaan mana yang punya potensi.”Perkataanku benar. Noah sangat jeli soal potensi perusahaan, sama seperti Rowan. Rowan bisa membaca potensi perusahaan baru, bahkan yang sudah mapan sekalipun.Karena dialah kami tidak pernah melakukan investasi buruk saat mengakuisisi perusahaan baru.“Aku merasa dua bocah itu akan mengguncang dunia bisnis. Mereka akan membawa Perusahaan Wijaya ke puncak yang lebih tinggi. Seperti kita, mereka akan menjadi duo yang sempurna.” Dia mengungkapkan hal yang sama yang kupikirkan.Aku mengambil gelasku dan menenggak seluruh isinya sebelum menuang lagi. Cairan i
Beberapa menit kemudian, kami sudah berada di luar kamar kami, dan tiba-tiba perasaan asing menyergapku. Gabriel membuka pintu dan mendorongnya terbuka. Kami disambut oleh foyer yang dihiasi oleh lantai marmer yang berkilauan di bawah cahaya lembut lampu gantung yang mewah dan mencetak pola menawan di tembok. Lalu, ada area tengah yang luas, dihiasi oleh sofa empuk dan jendela besar yang memanjang dari lantai hingga langit-langit, yang menangkap bayangan kota yang memukau, mereka berkilauan layaknya lautan bintang-bintang. Terdapat juga sistem hiburan yang dapat membuat malam kami semakin nyaman, lalu ada juga dapur cantik dengan peralatan masak dari stainless steel dan meja dapur luas yang sempurna untuk memasak berbagai makanan. Ruang makan yang mewah juga memiliki suasana hangat, diperuntukkan untuk pertemuan antar kerabat. “Sepertinya kamu menyukainya?” tanya Gabriel dengan nada menggoda. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Seperti yang kukatakan, keluargaku juga sempat kaya, ka
Pesawat jet ini sedikit mengalami lonjakan di landasan. Tangan Gabriel menyelamatkanku dari jatuh terjerembab saat pesawat sudah mendarat. “Apakah kamu baik-baik saja?” tanyanya sambil memandangku. “Ya.”Setelah Gabriel memberi tahuku soal wanita yang pernah dicintainya, tidak banyak yang terjadi setelah itu. Dia masih membawa luka yang masih menghantuinya. Luka yang masih membekas dalam dirinya.Aku bisa melihatnya dari sorot matanya setelah dia memberi tahuku segalanya. Dia tidak mau membicarakannya lagi. Dia sudah menceritakan hal soal dirinya yang tidak diketahui oleh orang lain, bahkan oleh saudara kembarnya. Aku tidak mendorongnya untuk melanjutkan ceritanya setelah itu. Aku tidak mendorongnya untuk memberi tahuku apa yang terjadi setelah dia mengetahui kebenarannya, atau apa yang terjadi pada wanita itu. Perasaannya saat ini rentan, dan aku paham bahwa dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya, jadi aku memberikan ruang baginya. Aku menghabiskan setengah waktuku dengan memba
Bukankah cinta itu rasanya indah sekali? Tapi aku merasakan sesuatu telah terjadi. Sesuatu telah berubah. Kalau segalanya baik-baik saja, dia pasti akan bersama dirinya sekarang. Dia tidak akan pernah menikahiku. Suaranya serak saat dia melanjutkan perkataannya. “Segalanya berjalan dengan sempurna. Dia sangatlah luar biasa dan setiap harinya aku terus jatuh cinta lebih lagi padanya. Aku belum memperkenalkannya pada Rowan, sebab aku menginginkannya bagi diriku sendiri. Aku tidak menyembunyikannya, tapi aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengannya sebelum dia bertemu dengan keluargaku. Setiap hari aku bangun sambil berpikir, betapa beruntungnya diriku bisa menemukan seseorang sepertinya. Kamu tahu dunia kita, Hana, dan kamu tahu menemukan orang yang cocok tidaklah mudah.”Seperti itulah bagaimana cara kerja lingkungan kami. Sulit untuk menemukan seseorang yang benar-benar mencintaimu. Beberapa pernikahan di lingkungan kami hanyalah kesepakatan bisnis semata dan hanya sedikit pern
“Hana?” panggilnya. “Oh, maaf. Aku tenggelam dalam pikiranku sendiri tadi.” Aku lalu menggelengkan kepalaku untuk menepis pemikiranku. “Ya, aku sudah selesai berkemas.”“Baguslah, ayo pergi.”Sejam kemudian, kami sudah duduk di jet pribadi Gabriel. Tapi kali ini, aku menemaninya untuk menandatangani sebuah kesepakatan bisnis. “Apakah segalanya baik-baik saja? Apakah kau membutuhkan sesuatu? Aku bisa memanggil pelayan untuk membawakanmu apa pun yang kamu inginkan,” ujar Gabriel begitu jetnya lepas landas. Lihat apa yang kumaksud? Dia sangat perhatian. Di pernikahan pertama kami, dia tidak seperti ini. Aku tidak mengingat apa yang dilakukan Gabriel pernah menorehkan senyuman padaku. Bahkan, yang terjadi sebaliknya. Dia tidak pernah memikirkan apa yang kubutuhkan atau kuinginkan. Dia tidak pernah peduli apakah aku nyaman atau tidak. Dia tidak pernah peduli apakah aku hidup atau tidak. Dia hanya benar-benar tidak memedulikanku. Tapi sekarang sudah berbeda, itulah mengapa aku merasa ru
“Apakah Ibu benar-benar harus pergi?” tanya Lilly dengan pandangan yang berganti-ganti ke arahku dan koper yang terbuka di kamarku. Aku benci persiapan di menit-menit terakhir, tapi kami benar-benar sibuk di kantor selama beberapa hari terakhir ini, jadi setiap kali aku sampai di rumah, yang bisa kupikirkan hanyalah tidur. Kakiku sangat pegal dan aku tidak memiliki tenaga untuk melakukan hal selain makan dan tidur. “Ya,” balasku dengan lembut. “Ada sebuah kesepakatan penting dan ayahmu harus di sana untuk menandatanganinya ...”“Aku tidak paham mengapa aku tidak boleh ikut dengan Ibu? Aku mau melihat bagaimana cara Ayah melakukannya, cara dia menyetujui sebuah kesepakatan.”Aku tengah melipat sepotong pakaian terakhir, sebuah blus satin berwarna biru sebelum memasukkannya bersamaan dengan baju yang lainnya. Setelah selesai, aku menutup koperku sebelum menaruhnya di lantai.“Kamu pasti paham kalau kamu tidak boleh ikut,” jawabku sambil duduk di kasur. “Kenapa tidak?”“Karena kamu mas
Pernahkah kalian dibuat kehilangan kata-kata oleh perkataan seseorang? Seolah mereka membuatmu tidak bisa mengucap sepatah kata pun dan merasa bodoh di waktu yang sama? Itulah apa yang diperbuat oleh perkataannya padaku. Aku benar-benar membeku mendengar perkataannya sampai aku merasa merinding. Aku melihat sorot mata dan mendengar nada suaranya. Dia benar-benar serius dan baru saja melontarkan sebuah janji. Sebuah janji yang mau dipenuhinya. Apa yang kalian katakan pada situasi seperti ini? Bagaimana kalian menjawabnya? Apa jawaban kalian?Sisi dirinya ini benar-benar asing bagiku. Beri aku Gabriel yang arogan, egois, kasar dan yang suka menyakitiku, maka aku akan tahu bagaimana cara menanganinya. Tapi, sisi dirinya yang ini? Aku sama sekali buta akan sisi yang ini. Aku tidak tahu apa-apa soal bagaimana cara untuk berurusan atau menanganinya. Aku menyetujui pernikahan ini dengan tujuan yang jelas. Aku tahu apa yang sedang kuperbuat. Aku sudah bersiap untuknya, tapi sekarang, dia su
Dia berjalan ke arah bar kecil di pojok kantornya dan mengambil satu pak es serta menyelimutinya dengan handuk sebelum kembali ke arahku. Dengan lembut, dia meraih tanganku dan menempatkan es itu di atasnya. “Apakah sakit?” tanyanya dengan begitu lembut, sampai aku hampir tidak mendengarnya.“Sedikit.”“Aku tidak mengira kalau kamu akan berani untuk meninju seseorang.”Aku tertawa, sebab aku juga tidak mengira aku akan seberani itu. “Aku sudah tidak tahan lagi dan langsung beraksi tanpa berpikir lagi. Maafkan aku, sebab aku membuatmu dalam masalah. Seharusnya aku tidak meninju dia. Perilaku itu tidak menunjukkan citra diri dari seorang istri bos dengan baik.”Dia mendekatkan dirinya dan menatap intens ke mataku. “Jangan pernah minta maaf untuk membela dan mempertahanku dirimu sendiri, Hana. Kamu itu istriku, biarkan mereka tahu bahwa kamu bukanlah orang yang bisa sembarangan diinjak-injak.”“Aku tidak paham. Apakah kamu tidur dengannya?” Aku menyemburkan pertanyaan itu secara tiba-ti
“Perilaku serta sikap burukmu itulah yang membuatmu dipecat. Jangan timpakan kesalahanmu padaku.”“Ini salahmu. Kalau kamu tidak datang kemari, semua ini tidak akan terjadi!”Belum sempat kujawab, dia menerjang ke arahku untuk menyerang, dan aku terkejut dibuatnya. Aku limbung sebelum bisa mengendalikan diriku sendiri. Jalang sialan ini sudah melalui banyak hal, dia tidak akan puas dengan tamparan semata. Tanpa berpikir lagi, aku melayangkan tinjuanku ke arahnya. Kami berteriak di saat yang bersamaan. “Sialan, sakit sekali!” rutukku. “Kamu meninjuku!”Karena dia tidak menduga bahwa aku akan meninijunya, dia terjatuh sambil memegangi hidungnya yang berdarah. Meski aku merasakan sakit di tanganku, aku merasa sangat puas saat melihatnya berdarah dan mendeita. “Hana!” Suara teriakan Gabriel terdengar dari belakangku, tapi pandanganku masih melekat pada Laras, untuk berjaga-jaga kalau dia memutuskan untuk menyerangku lagi. Beberapa detik kemudian, pandanganku yang semula melihat si wa
HanaAku begitu lelah dan lapar, sampai-sampai kupikir aku akan mati. Aku tidak sempat sarapan pagi ini, sebab aku bangun terlambat. Akhir-akhir ini ada pembahasan tentang kesepakatan bisnis yang penting, jadi Gabriel pergi ke kantor lebih awal dariku. Aku tidak tidur nyenyak tadi malam, jadi aku benar-benar melewatkan alarmku.Lilly sudah mulai nyaman di sekolah, dan meskipun aku masih sempat mengantarnya sesekali, sebagian besar waktu, supirnya yang mengantar dia ke sekolah. Tapi, kami tetap makan malam bersama setiap malam. Lalu, Gabriel masih memastikan untuk pulang sebelum dia tidur.Sedangkan untuk hubunganku dengan Gabriel, bisa dibilang cukup tegang. Jangan salah paham, dia tidak bersikap kejam atau semacamnya, malah dia bersikap sebaliknya yang justru membuatku terkejut.Aku terkejut karena itu sangat tidak seperti dia.Aku terus menunggu sifat lamanya seperti saat pernikahan kami yang pertama muncul, tapi sifat itu sama sekali tidak terlihat. Bahkan, aku terus menunggu Gabri