Aku merasa Rowan menegang di sampingku, tetapi aku tidak peduli. Apa yang kukatakan adalah kebenaran. Keluarga pasti akan memedulikanku, dan tidak ada yang peduli padaku di sini kecuali Ruby. “Bisakah kita kembali ke masalah Ethan?” Sahut Gabriel setelah beberapa saat. Ethan mengangkat bahunya. “Aku akan menceritakanmu sebuah cerita mengenai seorang gadis bernama Nora,” dia mulai bercerita. “Nora berasal dari keluarga menengah. Ayahnya adalah seorang pendeta. Dia serta ibunya merupakan Kristen yang taat. Dia dibesarkan untuk benar-benar mengikuti Tuhan beserta firman-Nya, dia melakukan itu semua sampai dia bertemu seorang laki-laki. Nama laki-laki itu adalah Theodore dan dia lebih suka dipanggil Theo.”Kami sangat memerhatikan ceritanya. Aku tidak tahu akan seperti apa cerita ini berakhir, tetapi ini menarik. “Mereka bertemu ketika mereka berusia sebelas dan meski pun dia mencoba untuk menjauhinya, dia tidak bisa. Mereka awalnya adalah teman dan mulai berkencan di usia tiga belas.
Aku duduk di sebelah Rowan dengan membeku. Otakku tidak dapat merespon apa yang dikatakan Ethan padaku. Pertama, James dan Kate Santoso bukanlah orangtuaku. Kedua, dia mengaku sebagai saudaraku.“Apa?!” Aku berteriak sebagai respon ketika aku mencerna kata-katanya. “Kamu tidur denganku dengan mengetahui bahwa kamu adalah saudaraku? Sangat menjijikkan.”“Kamu tidur dengannya?” Tanya Rowan dengan sinis, aura berbahaya seolah memenuhi ruangan dan menyesakkan suasana di antara kami. Aku balik menatapnya sinis. “Bukan urusanmu.”Benakku dipenuhi oleh pengakuan Ethan. Jika apa yang dikatakannya adalah kebenaran, maka berarti aku sudah tidur bersama saudaraku dan dia tidur denganku meski mengetahui kebenarannya. Aku merasakan amarahku memuncak pada pemikiran itu, merasa ini semua benar-benar memuakkan. Bajingan gila macam apa yang melakukan itu? Mengapa kamu tidur dengan seseorang yang kamu tahu pasti memiliki hubungan darah?Semakin aku mengetahui mengenai Ethan, semakin aku merasa dia sel
“Pencarianku mengarah padamu. Aku tahu aku harus melenyapkanmu. Jika kamu tidak ada, maka wasiatnya tidak sah secara hukum dan dibatalkan. Aku datang ke sini dan setelah bertanya mengenai keberadaanmu, aku mendapat banyak sekali informasi. Terlihat dari bagaimana orang-orang membencimu, termasuk suami dan keluargamu, kupikir aku akan membantu mereka. Bagaimana pun, wanita yang mencuri dan menjebak pacar kakaknya tidak bisa jadi seseorang yang pantas untuk dihargai.”Nafasku tercekat mendengarnya. Aku masih tidak percaya bahwa pria yang meyakinkanku bahwa malamku dengan Rowan sembilan tahun yag lalu bukanlah salahku, adalah pria yang sama dengan pria yang berkata bahwa aku tidak pantas hidup. Sesak. Teramat sesak, aku kesulitan bernafas. “Aku perlu mengakui bahwa percobaan pertama dalam pembunuhanmu bukanlah ulahku, tteapi aku mengambil kesempatan. Kulihat ada kesempatan untuk dekat denganmu, dan kuambil. Sungguh jalan terbaik menjadi seperti pahlawan untuk membuatmu memercayaiku. Sem
Sudah hampir siang ketika aku terbangun. Awalnya, kupikir bahwa apa yang terjadi maka biarlah itu terjadi, tetapi aku malah dihujam oleh kenyataan yang keji. Ternyata ini semua bukan mimpi. Ethan benar-benar mengkhianatiku. Aku merasa air mata mulai menggenang di pelupuk mataku. Aku menangis sampai tertidur kemarin dan aku sudah lelah menangis. Aku tidur dengan berharap segalanya akan membaik ketika aku bangun. Aku berdoa memohon mukjizat, tetapi di sinilah aku. Tidak ada yang berubah. Apa yang kuingin adalah ini semua hanya mimpi buruk belaka, tapi inilah kenyataan yang menghadapiku. Aku perlahan bangkit dari kasur. Aku tidak ada tenaga untuk melakukan apa pun, tetapi aku tahu aku tidak bisa tidur dan muram di ranjang sepanjang hari. Aku mandi cukup lama sekali, berharap ini akan membuat segalanya membaik, tetapi tidak. Aku yakin tidak ada apa pun yang bisa menjadi pelipur laraku. Setelah memakai kaus dan celana yoga, aku pergi ke dapur untuk makan. Baru saja aku mengambil beberap
Aku sebenarnya tidak tahu siapa yang lebih buruk. Rowan yang menggunakanku hanya untuk teman tidur semata ketika yang dipikirkannya adalah Emma, atau Ethan yang mempermainkanku dan masih memakaiku untuk teman tidur sementara dia berencana untuk membunuhku. Dia menghela nafas. “Aku tidak ingin berkata kasar, tetapi aku akan berbicara fakta. Jika aku tahu inilah yang kamu pikirkan sepanjang waktu, maka aku harus menghentikannya.”“Apa yang kamu maksud?”“Kamu tidak bisa mengais kasih sayang dari pria.” Dia menghela nafas lagi. “Bagaimana caraku membicarakan ini tanpa menyakitimu lebih dari ini... kamu berkencan dengan Ethan dengan harapan seseorang akan mencintaimu. Kamu tidak bisa menumpukan seluruh ekspektasimu ke orang lain. Kamu tidak bisa bahwa kasih sayang dari seorang lelaki akan mengisi kekosongan hatimu yang dibuat oleh Rowan dan keluargamu,”Belum sempat aku merespon, dia melanjutkan perkataannya. “Kamu membuat angan-angan dan aku baru tahu sekarang. Kamu berpikir bahwa jika
“Masuklah,” perkataan Ruby yang di belakangku membuatku tersentak. Aku baru menyadari bahwa aku begitu lama menatap mereka layaknya orang bodoh. Terlalu tenggelam dalam pikiranku sendiri sampai lupa mengatakan apa pun. Aku menyingkir dan membiarkan mereka masuk. Pikiranku masih terngiang akan fakta pasangan Hadinata ada di rumahku sekarang. Serta, mereka mungkin saja keluargaku. “Bagaimana kamu bisa keluar?” Tanyaku sambil menatap Ethan ketika kami sudah duduk. “Bebas dengan jaminan.” Itulah jawabannya, pandangannya menghindari pandanganku. Kemarin Brian bertanya padaku apakah aku ingin mengajukan tuntutan pada Ethan. Katanya, itu akan membuat kasusnya lebih berat untuk menjeratnya. Aku tidak bisa memberinya jawaban sebab aku tidak yakin. Iya, aku tahu apa yang dilakukannya padaku sangatlah buurk dan aku tidak tahu jika aku bisa memaafkannya atau melupakannya. Sebab meskipun begitu, Ethan juga mengajariku banyak mengenai diriku dan kehidupan. Aku tidak tahu apakah aku cukup tega
Aku ingin memercayainya, tetapi aku tidak bisa. Keluarga yang membesarkanku tidak mencintaiku dan mereka memiliki waktu sebanyak dua puluh delapan tahun denganku. Aku tidak berekspektasi bahwa Nora dan Theo untuk mencintaiku juga. Mereka tidak mengenalku dan terlihat bahwa mereka begitu mengasihi Ethan.“Bagaimana kamu yakin aku putrimu?” aku bertanya sambil berdiri. “Ethan bisa saja salah. Aku sama sekali tidak mirip dengan kalian semua.” Mereka begitu teramat rupawan dan aku hanyalah aku. Tidak ada yang luar biasa dari penampilanku. Ethan menjawab dengan memberiku sebuah amplop. “Aku mengambil rambutmu dan melakukan tes DNA. Itu cocok seratus persen.”Aku membukanya dan membaca isinya. Dia tidak berbohong, itu benar. DNA-ku cocok dengan DNA Nora dan Theo. “Kamu memiliki rambut coklat milikku dan mata coklat ibumu yang indah,” imbuh Theo setelah Ethan. “Bahkan tanpa atribut fisik itu, aku masih tetap bisa mengenalimu. Jauh di lubuk hatiku, aku tahu kamu adalah putri yang diambil da
“Apa yang dilakukannya di sini?” Tanya Rowan ketus, matanya menatap tajam pada Ethan. Aku benar-benar sedang tidak ingin berhadapan dengan amukannya. Ya, dia memang membantuku kemarin, tetapi tidak berarti dia berhak melarang siapa pun di rumahku. Theo atau haruskah kubilang ayahku berdeham. Butuh beberapa waktu untuk membiasakan diri untuk memanggilnya Ayah. Suaranya menarik perhatian semua orang padanya. “Theo Hadinata?” Rowan berkata dengan terkejut tapi dia segera menyembunyikannya. "Apa yang Anda lakukan di sini?" Rowan melihat ke antara kami semua. Matanya beralih dari Theo dan Nora lalu kembali ke arahku. Dia mencoba menghubungkan titik-titik secara perlahan. “Sudah lama tidak bertemu, Rowan, meski aku tidak bisa mengatakan bahwa aku senang dengan caramu memperlakukan putriku,” kata Theo dengan senyum berbahaya di bibirnya. “Apa yang ingin dia katakan adalah, kami benar-benar kesal dengan cara Anda dan keluarga Anda memperlakukan putri kami dan kami tidak dapat membayangk
Anggap saja aku pengecut, tapi aku tidak peduli, aku hanya tidak tahu cara untuk menghadapinya. Ketika aku sampai di ruang tengah, aku menelepon layanan kamar untuk memesan sarapan agar dibawakan di kamar kami sebelum duduk untuk menunggu. Aku tahu bahwa bencana sudah menungguku saat Gabriel berkata kami akan berbagi kamar. Kupikir, pembatas bantal sudah cukup membantu, tapi nyatanya tidak. Itu sama sekali tidak membantu. Ada ketukan di pintu dan aku menyeberangi ruangan untuk membukanya. “Selamat pagi, Nyonya,” sapa si pelayan dengan senyuman di wajahnya. “Selamat pagi.”“Di mana saya bisa meletakkan makanan ini?” tanyanya saat aku minggir untuk membiarkannya masuk. “Taruh saja di meja makan,” jawabku padanya. Dia menganggukkan kepalanya dan menuju ke meja. Dia baru saja menyusun sarapan kami dan baru saja akan pergi ketika Gabriel berjalan keluar dari kamar sambil mengancingkan bajunya. Langkahnya goyah dan dia hampir saja limbung saat melihat ke arahnya. Gabriel memang makhlu
Sialan. Hanya memikirkan soal malam itu ditambah dengan apa yang tengah terjadi sekarang sudah cukup membuatku basah. Aku menggeliat saat mencoba untuk mencari posisi nyaman dan untuk menahan rasa sakit di antara kedua kakiku. Sungguh tidak membantu, bahkan ini malah membuat segalanya memburuk saat pantatku menenggelamkan kejantanan Gabriel lebih lagi. Gabriel menggeram dengan seksi dan dalam. Cukup mirip dengan geramannya malam itu, saat dia meniduriku. Getarannya terasa sampai klitorisku, dan membuatku membeku saat aku mencoba untuk mencari posisi nyaman. Aku menolehkan kepalaku dan berbalik ke arahnya, sambil berharap bahwa dia masih tidur. Aku lega saat kulihat matanya terpejam, lalu aku terpesona saat melihat betapa menawan dirinya. Dia terlihat tidur dengan damai. Bulu matanya yang panjang membayang di pipinya dan bibirnya sedikit terbuka. Aku tiba-tiba merasakan dorongan untuk menyentuh dan menciumnya. Aku tenggelam oleh pria yang sudah merebut hatiku bertahun-tahun yang lal
Sepanjang makan malam kami habiskan dalam diam. Dia memang harus minta maaf padaku, tapi aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Kalau aku harus jujur, aku tidak pernah mengira kalau Gabriel akan minta maaf padaku. Jadi, saat melihatnya melakukannya dengan tulus, aku dibuat tidak bisa berkata-kata. Kami selesai makan malam dan menelepon layanan kamar untuk kemari membereskan piring-piring kami. “Aku mau tidur. Apakah kamu perlu sesuatu sebelum aku tidur?” tanyaku begitu piring-piring sudah dibereskan dan karyawan hotel sudah meninggalkan kamar kami. Jauh di lubuk hatiku, aku merasa panik saat berpikir akan berbagi kamar dengan Gabriel, tapi mabuk udaraku menenggelamkan kecemasanku. “Aku juga mau tidur. Aku benar-benar lelah.”Aku menahan gelombang kepanikanku. Kupikir, aku akan tidur sebelum dirinya seperti biasanya. Hal itu akan memberiku waktu untuk rileks dan beristirahat sebelum dia bergabung dengan diriku. Aku sudah berpikir akan sudah tertidur saat dia memutuskan untuk ke ra
“Kamar mandi sudah kosong,” ujarku pada Gabriel ketika aku melangkah ke ruang tengah. “Aku sudah memesan makanan, silahkan makan tanpa menungguku.” Dia lalu berjalan melewatiku dan memasuki kamar mandi. Rasanya aneh kalau makan tanpa dirinya, dan aku juga tidak lapar. Jadi, aku mengambil ponselku dan memeriksa surel yang masuk, dan memikirkan apa saja yang dibutuhkan untuk besok. Aku tidak perlu menunggu lama, sebab kurang dari sepuluh menit kemudian, Gabriel sudah keluar dari kamar dengan kaus rumah dan celana panjang. “Kamu belum makan?” tanyanya sambil mengangkat alisnya saat menatap ke makanan.“Rasanya aneh kalau makan tanpa dirimu, padahal kamu yang memesan ini semua buat kita.”Dia menyeret kursinya dan mulai membuka makanan itu. Setelah mengambil beberapa porsi kecil, aku mulai makan. Aku sangat lelah meskipun sudah tidur di pesawat. Aku tidak bisa berhenti membayangkan kasur. Aku memang menolak untuk tidur bersama Gabriel, tapi sekarang aku tidak bisa berhenti memikirkanny
Beberapa menit kemudian, kami sudah berada di luar kamar kami, dan tiba-tiba perasaan asing menyergapku. Gabriel membuka pintu dan mendorongnya terbuka. Kami disambut oleh foyer yang dihiasi oleh lantai marmer yang berkilauan di bawah cahaya lembut lampu gantung yang mewah dan mencetak pola menawan di tembok. Lalu, ada area tengah yang luas, dihiasi oleh sofa empuk dan jendela besar yang memanjang dari lantai hingga langit-langit, yang menangkap bayangan kota yang memukau, mereka berkilauan layaknya lautan bintang-bintang. Terdapat juga sistem hiburan yang dapat membuat malam kami semakin nyaman, lalu ada juga dapur cantik dengan peralatan masak dari stainless steel dan meja dapur luas yang sempurna untuk memasak berbagai makanan. Ruang makan yang mewah juga memiliki suasana hangat, diperuntukkan untuk pertemuan antar kerabat. “Sepertinya kamu menyukainya?” tanya Gabriel dengan nada menggoda. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Seperti yang kukatakan, keluargaku juga sempat kaya, ka
Pesawat jet ini sedikit mengalami lonjakan di landasan. Tangan Gabriel menyelamatkanku dari jatuh terjerembab saat pesawat sudah mendarat. “Apakah kamu baik-baik saja?” tanyanya sambil memandangku. “Ya.”Setelah Gabriel memberi tahuku soal wanita yang pernah dicintainya, tidak banyak yang terjadi setelah itu. Dia masih membawa luka yang masih menghantuinya. Luka yang masih membekas dalam dirinya.Aku bisa melihatnya dari sorot matanya setelah dia memberi tahuku segalanya. Dia tidak mau membicarakannya lagi. Dia sudah menceritakan hal soal dirinya yang tidak diketahui oleh orang lain, bahkan oleh saudara kembarnya. Aku tidak mendorongnya untuk melanjutkan ceritanya setelah itu. Aku tidak mendorongnya untuk memberi tahuku apa yang terjadi setelah dia mengetahui kebenarannya, atau apa yang terjadi pada wanita itu. Perasaannya saat ini rentan, dan aku paham bahwa dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya, jadi aku memberikan ruang baginya. Aku menghabiskan setengah waktuku dengan memba
Bukankah cinta itu rasanya indah sekali? Tapi aku merasakan sesuatu telah terjadi. Sesuatu telah berubah. Kalau segalanya baik-baik saja, dia pasti akan bersama dirinya sekarang. Dia tidak akan pernah menikahiku. Suaranya serak saat dia melanjutkan perkataannya. “Segalanya berjalan dengan sempurna. Dia sangatlah luar biasa dan setiap harinya aku terus jatuh cinta lebih lagi padanya. Aku belum memperkenalkannya pada Rowan, sebab aku menginginkannya bagi diriku sendiri. Aku tidak menyembunyikannya, tapi aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengannya sebelum dia bertemu dengan keluargaku. Setiap hari aku bangun sambil berpikir, betapa beruntungnya diriku bisa menemukan seseorang sepertinya. Kamu tahu dunia kita, Hana, dan kamu tahu menemukan orang yang cocok tidaklah mudah.”Seperti itulah bagaimana cara kerja lingkungan kami. Sulit untuk menemukan seseorang yang benar-benar mencintaimu. Beberapa pernikahan di lingkungan kami hanyalah kesepakatan bisnis semata dan hanya sedikit pern
“Hana?” panggilnya. “Oh, maaf. Aku tenggelam dalam pikiranku sendiri tadi.” Aku lalu menggelengkan kepalaku untuk menepis pemikiranku. “Ya, aku sudah selesai berkemas.”“Baguslah, ayo pergi.”Sejam kemudian, kami sudah duduk di jet pribadi Gabriel. Tapi kali ini, aku menemaninya untuk menandatangani sebuah kesepakatan bisnis. “Apakah segalanya baik-baik saja? Apakah kau membutuhkan sesuatu? Aku bisa memanggil pelayan untuk membawakanmu apa pun yang kamu inginkan,” ujar Gabriel begitu jetnya lepas landas. Lihat apa yang kumaksud? Dia sangat perhatian. Di pernikahan pertama kami, dia tidak seperti ini. Aku tidak mengingat apa yang dilakukan Gabriel pernah menorehkan senyuman padaku. Bahkan, yang terjadi sebaliknya. Dia tidak pernah memikirkan apa yang kubutuhkan atau kuinginkan. Dia tidak pernah peduli apakah aku nyaman atau tidak. Dia tidak pernah peduli apakah aku hidup atau tidak. Dia hanya benar-benar tidak memedulikanku. Tapi sekarang sudah berbeda, itulah mengapa aku merasa ru
“Apakah Ibu benar-benar harus pergi?” tanya Lilly dengan pandangan yang berganti-ganti ke arahku dan koper yang terbuka di kamarku. Aku benci persiapan di menit-menit terakhir, tapi kami benar-benar sibuk di kantor selama beberapa hari terakhir ini, jadi setiap kali aku sampai di rumah, yang bisa kupikirkan hanyalah tidur. Kakiku sangat pegal dan aku tidak memiliki tenaga untuk melakukan hal selain makan dan tidur. “Ya,” balasku dengan lembut. “Ada sebuah kesepakatan penting dan ayahmu harus di sana untuk menandatanganinya ...”“Aku tidak paham mengapa aku tidak boleh ikut dengan Ibu? Aku mau melihat bagaimana cara Ayah melakukannya, cara dia menyetujui sebuah kesepakatan.”Aku tengah melipat sepotong pakaian terakhir, sebuah blus satin berwarna biru sebelum memasukkannya bersamaan dengan baju yang lainnya. Setelah selesai, aku menutup koperku sebelum menaruhnya di lantai.“Kamu pasti paham kalau kamu tidak boleh ikut,” jawabku sambil duduk di kasur. “Kenapa tidak?”“Karena kamu mas