“Apa yang dilakukannya di sini?” Tanya Rowan ketus, matanya menatap tajam pada Ethan. Aku benar-benar sedang tidak ingin berhadapan dengan amukannya. Ya, dia memang membantuku kemarin, tetapi tidak berarti dia berhak melarang siapa pun di rumahku. Theo atau haruskah kubilang ayahku berdeham. Butuh beberapa waktu untuk membiasakan diri untuk memanggilnya Ayah. Suaranya menarik perhatian semua orang padanya. “Theo Hadinata?” Rowan berkata dengan terkejut tapi dia segera menyembunyikannya. "Apa yang Anda lakukan di sini?" Rowan melihat ke antara kami semua. Matanya beralih dari Theo dan Nora lalu kembali ke arahku. Dia mencoba menghubungkan titik-titik secara perlahan. “Sudah lama tidak bertemu, Rowan, meski aku tidak bisa mengatakan bahwa aku senang dengan caramu memperlakukan putriku,” kata Theo dengan senyum berbahaya di bibirnya. “Apa yang ingin dia katakan adalah, kami benar-benar kesal dengan cara Anda dan keluarga Anda memperlakukan putri kami dan kami tidak dapat membayangk
Sesuatu pasti terjadi sebab aku berakhir dengan mereka. “Lalu kenapa kamu menerimaku jika kamu tidak mau?” Aku bertanya. Semua orang diam saat dia menjawab. “Saat Travis berumur dua tahun dia menyelinap keluar rumah. Saat aku menyadarinya, dia hendak menyeberang jalan. Ada mobil masuk dan aku tahu aku tidak bisa sampai tepat waktu, aku berteriak ketakutan. Ketakutanku pasti didengar Wina. Aku tidak tahu bagaimana dia melakukannya, atau di mana dia berada, atau bagaimana dia berpindah. Dia menyelamatkan Travis hari itu, tapi dia koma selama dua bulan. Mereka mengamputasi tangan kanannya karena terlalu rusak. Dia juga pincang sejak itu karena cedera permanen di pinggulnya.” Dia menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara lagi. “Kami menerima permintaannya karena kami merasa berhutang padanya. Sebanyak apapun kami mencoba memberikan kompensasi padanya, itu tidak akan pernah cukup untuk menyelamatkan Travis dan apa yang dia alami. Jadi ketika dia meninggal, kami mengadopsi Ava.” Aku me
Emma“Aku masih tidak percaya Ava adalah keluarga Hadinata,” kata Travis saat kami memasuki rumah orangtua kami. Aku sendiri mengalami kesulitan dengan berita itu. Segalanya tampak begitu nyata. Seolah-olah aku tidak bisa, demi cintaku, mempercayai semua yang telah terungkap. "Iya, ‘kan?" Gumamku. Aku pikir aku punya kelebihan dalam melawannya. Mengetahui dia diadopsi adalah perasaan terbaik yang pernah ada. Setelah Ethan memberi tahu kami bahwa orang tuanya sebenarnya kaya, setiap perasaan bahagia itu hancur. Aku ingin dia berasal dari latar belakang miskin. Itu akan memberiku keuntungan dibandingkan dia meskipun dia kaya saat ini. Jika dia berasal dari keluarga miskin maka aku akan selalu lebih baik darinya. Lebih unggul darinya dalam beberapa hal. Cara kerja masyarakat kita adalah, kalian akan lebih dihormati jika keluarga kalian memiliki koneksi. Jika keluarga kalian memiliki akar dan berasal dari garis keturunan yang panjang. Kalian mungkin kaya dan mereka akan menghormatinya
Bahkan sekarang, ketika aku kembali dan yakin segalanya akan lancar jika aku bersama Rowan, dia malah mengacaukannya. Rowan sekarang jarang memerhatikanku. Sejak hari itu di pesta, dia belum menelepon atau menanyakan kabarku. Fokusnya benar-benar teralih pada Ava. Itu membuatku membencinya lebih lagi, sebab sekali lagi dia mengambil Rowan dariku. Aku tidak ingin mengakuinya, tetapi segalanya sudah berubah. Rowan bukanlah pria yang sama yang mencintaiku. Dia pasti tidak menyadarinya, tetapi aku tahu. Dia memiliki perasaan untuk Ava. Aku tidak tahu pasti apa yang dirasakannya, tetapi pastilah dia memiliki perasaan itu. Ketakutan terbesarku adalah dia jatuh cinta dengannya. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika itu benar. Hatiku akan hancur jika benar begitu. Mengeluarkan ponselku, aku menelepon sahabatku. "Hai Emma," jawab Molly pada dering pertama. Aku ambruk di tempat tidur sambil menahan air mataku. “Semuanya berantakan, Molly. Aku tidak tahu harus berbuat apa.” Aku meras
Ava. Pernahkah kalian merasa hidup hanya dengan apa yang terjadi? Seperti tidak ada apa pun dan tidak ada orang di sekitar Anda yang nyata? Aku mencarinya di Google. Mesin pencari mengatakan itu adalah bentuk disosiasi. Hal ini terjadi terutama pada orang dewasa yang memiliki trauma masa kecil. Ini adalah pengalihan di mana orang tersebut berusaha menghindarkan dirinya dari apa yang menyakiti atau menyebabkan mereka stres. Setelah aku membacanya, aku menyadari bahwa mungkin Ruby benar. Mungkin aku memang butuh bantuan. Bantuan profesional. Mungkin aku harus mulai menemui terapis. Aku tahu aku punya masalah. Trauma mendalam yang belum bisa aku atasi. Sambil menghela nafas, aku berdiri dan mulai mondar-mandir di ruangan itu. Pikiranku berpacu dengan apa yang telah terjadi, aku tidak bisa tenang. Aku telah mendorong semua orang menjauh sejak semua orang berada di rumah aku. Aku menolak menerima telepon atau berbicara dengan siapa pun. Aku hanya ingin dibiarkan sendiri. Untuk memproses
Aku memasuki ruangan dan mengambil kursi yang paling jauh letaknya. Aku membetulkan penampilanku, memastikan segalanya baik-baik saja sebelum mensenyapkan ponselku. Aku menyaksikan Brian, si Kepala Polisi memberikan kesaksiannya. Ethan bersama pengacaranya berada di sisi kanan. Orangtuaku ada di belakangnya. Di sisi lain, ada jaksa di kirinya. Di sisi ini ada lebih banyak lagi orang. Beberapa polisi ada di sini. Travis, Ruby, dan yang mengejutkannya lagi, Rowan juga ada di sini. Aku tidak menyangka dia aka nada di sini. Dia memang membenci Ethan, dan Rowan adalah tipe orang yang suka melihat musuhnya hancur. Seketika aku menyadari kalau aku duduk di sisi Ethan. “Lalu, bagaimana klien Anda mengajukan pembelaan terhadap dakwaan departemen kepolisian?” sang hakim, seorang wanita yang tampaknya berusia enam puluhan bertanya. Ethan berbisik di telinga pengacaranya sebelum pria itu menjawab. "Bersalah," katanya dengan tegas. "Baiklah kalau begitu, Anda boleh melanjutkan," katanya dan
Sudah sebulan sejak insiden Ethan terjadi. Apakah aku baik-baik saja? Tentu tidak. Apakah masih terasa sakit? Astaga, iya. Apakah aku sudah melupakannya? Tentu tidak. Segalanya tidak mudah. Setiap hari aku mendapati diriku semakin tenggelam dalam lautan kesakitan dan sakit hati. Kupikir aku akan baik-baik saja ketika aku memutuskan untuk melanjutkan hubungan dengan Ethan. Sekarang aku sadar bahwa aku mungkin hanya membohongi diriku sendiri. Pengkhianatan Ethan seolah membangkitkan semua kepedihan lain yang sudah coba kukubur. Semua rasa sakit yang kucoba lupakan. Sepertinya aku sekarang kembali ke titik awal. Satu-satunya masalah adalah aku mempunyai beberapa luka baru yang merusak hati dan jiwaku. Aku melewati hari-hari dalam kabut. Aku hidup dengan mati rasa. Waktu dan hal-hal berlalu begitu saja karena aku tidak benar-benar hidup. Aku hanya bertahan hari demi hari. Semua orang sepertinya sudah melupakan segalanya, tapi aku merasa seperti terjebak. Terjebak dalam siklus rasa saki
Air mata memenuhi mataku. Sial, aku sangat emosional beberapa minggu terakhir ini. "Aku butuh waktu," kataku perlahan. Mencoba menekan kembali emosiku. Dia menghela nafas. “Aku akan memberimu waktu jika itu yang kamu butuhkan, tapi ingatlah selalu bahwa aku mencintaimu. Aku selalu membawamu dalam hatiku bahkan ketika aku mengira kamu telah mati. Kuharap kamu dapat mempercayai Ibu dan mengetahui bahwa Ibu akan selalu ada untukmu jika kamu membutuhkan Ibu.” Astaga. Rasanya menyenangkan sekali bisa diinginkan, tapi aku belum tahu apakah aku bisa memercayai mereka. Hanya waktu yang akan memberitahu. "Baik," jawabku sebelum menutup telepon. Aku mengerti apa yang dia katakan, tapi aku tidak tahu. Bagaimana jika dia hanya mencari seseorang untuk dijadikan teman bertahan? Maksudku, putra kesayangannya, diadopsi atau tidak, sedang dipenjara, jadi mungkin dia hanya mencari seseorang untuk mengisi kekosongan tersebut. Itu yang aku takutkan, hanya digunakan semata. Menjadi pilihan kedua seper
Hai pembaca terkasih, aku baru saja membaca komentar kalian dan kalian benar-benar memberi tahuku perasaan kalian. Setiap orang berhak atas pendapatnya masing-masing, dan aku menghormati itu. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah pandangan mereka, dan itu benar-benar tidak masalah.Aku telah menerima beberapa kritik yang sangat baik, dan aku ingin berterima kasih kepada mereka yang telah menunjukkan kesalahanku. Aku selalu kesulitan menulis bagian akhir cerita, dan itulah mengapa kadang-kadang terasa terburu-buru. Jangan khawatir, aku akan bekerja keras untuk memperbaikinya di buku berikutnya.Tentang Emma dan Calvin, aku ingin kalian semua mengerti bahwa ini memang selalu menjadi akhir yang direncanakan, setidaknya di buku ini.Emma tidak mencintai Calvin. Dia menyesal atas apa yang dia lakukan, tetapi dia tidak pernah mencintainya dengan kedalaman yang sama seperti Calvin mencintainya. Dengan kata lain, dia mencintai Calvin, tetapi dia tidak jatuh cinta padanya. Calvin pan
Hana. Aku seolah sedang melayang dalam langit ketujuh. Aku merasa hangat, damai, dan dicintai. Perlahan, aku terbangun. Gabriel di belakangku dengan tangannya yang merengkuhku. Dia selalu melakukan ini setiap kali kami tidur. Dia terus memegangiku, seolah takut kalau aku akan menghilang kalau dia tidak melakukannya. Aku menggeliat sedikit untuk lepas dari tangannya. Alih-alih melepasku, dia mengeratkan tangannya, yang mendorongku mendekat ke badannya. Aku berhenti ketika merasakannya. Ketika kurasakan kejantanannya yang mengeras, libidoku naik, dan aku segera menginginkannya. Aku ingin merasakannya memasukiku. Kehidupan ranjang kami sehat, tapi selalu ada waktu di mana aku menginginkan lebih. Dengan memiliki tiga anak, kadang sulit untuk mendapat waktu untuk berduaan. “Hmm,” geram Gabriel ketika aku menggesekkan pantatku di kejantanannya. Suaranya menggetarkan klitorisku. Aku melakukannya lagi, dan mengundang desahan seksi darinya. Gabriel mulai membubuhi punggung, pundak, dan
“Tentu,” dia membalas senyumku tepat saat Henry berjalan mendekati kami.“Aku di sini untuk mencuri istriku yang cantik.” Suaranya serak, dan aku tak bisa menahan diri untuk tidak meleleh mendengar nadanya. Suaranya benar-benar seksi.“Dia milikmu.” Calvin melepaskanku dan menyingkir sebelum pergi.Henry menarikku ke dalam pelukannya, memastikan tidak ada jarak di antara kami. “Apakah kamu baik-baik saja? Punggungmu sakit? Kaki-kakimu bagaimana?”Lihat apa yang aku bilang? Dia mendominasi di dunia hukum, tapi perhatian dan penuh cinta sebagai pasangan. Aku bahkan tidak tahu bahwa aku punya tipe pria seperti ini sampai aku bertemu dengannya.“Aku baik-baik saja, cintaku, berhentilah khawatir,” ujarku sambil terkekeh dan menyeret diriku lebih dekat padanya.“Sudahkah aku memberitahumu bahwa aku mencintaimu?” tanyanya.Aku tidak bisa menahan senyum saat aku berdiri di ujung jari kakiku dan berbisik di bibirnya. “Sudah kamu katakan seribu kali hari ini, tapi aku tidak mengeluh.”“Kamu adal
Merrisa adalah salah satu pengiring pengantin perempuanku, begitu juga Ava, Calista, Ruby, Hana, dan Anjani. Mereka telah menjadi sahabatku selama empat tahun terakhir sejak kecelakaan itu. Tentu saja, aku tidak pernah bisa menggantikan Merrisa, dia sahabat terbaikku, tapi aku bersyukur memiliki mereka.Ditambah lagi, kemarin Merrisa memberitahuku bahwa dia berpikir untuk pindah ke sini. Aku sangat bersemangat. Aku menyayanginya, tapi kami mengakui bahwa menjalani persahabatan jarak jauh itu sulit. Aku benar-benar merasa di atas awan karena dia akan berada di dekatku.Musiknya melambat, dan Guntur mendekat, memecah semua percakapan lain.“Bolehkah aku berdansa denganmu, Ibu?”Seruan riuh para tamu terdengar, dan aku bersumpah hatiku langsung meleleh.“Tentu saja, putra tampanku,” jawabku sebelum menggenggam tangannya.Guntur sekarang sudah empat belas tahun, sudah jadi remaja. Bisa kalian percaya itu? Tingginya sudah sama denganku, dan aku yakin dalam beberapa tahun dia akan lebih ting
Emma. Aku menari dengan Merrisa, membiarkan musik menenggelamkanku. Aku merasakan sedikit rasa sakit di punggungku, tapi masa bodoh, sebab aku merasa sangat bahagia. Gaunku berayun mengikuti irama tubuhku sembari kami meneriakkan lirik lagu Cruel Summer milik Taylor Swift sekuat tenaga. Ava, yang hamil besar bergabung dengan kami. Aku tertawa sebab dia berpikir bahwa dia sedang menari, tapi tidak. Aku bahkan tidak tahu apa yang dilakukannya. Aku bisa menghitung saat-saat terbahagiaku dengan jari. Satu adalah ketika aku lolos ujian pengacara. Kedua, ketika Guntur memanggilku Ibu untuk pertama kali setelah bertahun-tahun lamanya, dan yang ketiga adalah hari ini, di hari pernikahanku.Kalian tidak salah dengar. Aku baru saja menikah, dan aku tidak pernah sebahagia ini. Ingat pengacara tampan yang kuberi tahu Ava saat ulang tahun James? Ya, dia tidak mau menyerah, tidak peduli berapa kali aku menolaknya. Dia terus bertanya hampir setiap hari. Aku lelah ditanyai hal yang sama setiap har
Jadi, kalian sudah sampai pada akhir dari Penyesalan Mantan Suami dan cerita sampingannya. Aku hanya mau berterima kasih pada kalian semua atas cinta dan dukungan kalian akan buku ini. Ini adalah buku terpanjang yang pernah kutulis, dan sejauh ini adalah yang paling sukses. Buku ini tidak akan sesukses ini kalau bukan karena dukungan kalian. Maka dari itu, terima kasih banyak. Terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan buku ini dari awal sampai akhir. Hal ini sungguh berarti bagiku. Sekarang, aku mau mengumumkan bahwa buku Noah akan diunggah selanjutnya. Judulnya ‘Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan’. Aku masih mengerjakan plotnya, tapi akan kuunggah pada pertengahan Oktober, nantikan saja! Kita akan ada cerita sampingan soal Guntur dan mungkin satu lagi soal Lilly. Inilah sedikit intipan dari Perjuangan Sang Milyuner untuk Pengampunan. Di bawah ini hanyalah cuplikan kasarnya. ***Shella. Aku berjalan ke arah altar. Jantungku berdegup, dan langkahku lambat. Bunga mawa
Tiga tahun kemudian.Emma.“Serius, Emma, kapan kamu akan mulai berkencan?” tanya Ava sambil duduk di sampingku.Aku memandang ke arah halaman belakang, dan aku tak bisa menahan senyum yang muncul di bibirku. Hari ini adalah ulang tahun anak laki-laki Travis dan Ruby. James, dinamai dari ayah kami, yang berusia satu tahun hari ini.Ruby dan Travis menikah sekitar dua tahun yang lalu. Travis langsung melamarnya setelah aku sadar dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawaku. Kalian mungkin bertanya-tanya apa yang terjadi pada pengemudi itu. Dia saat ini sedang menjalani hukuman lima tahun penjara karena mengemudi sembarangan. Aku berharap dia belajar dari kesalahannya.Kembali ke Travis dan Ruby. Kurasa melihatku di rumah sakit membuatnya menyadari betapa singkatnya hidup manusia. Dia melamarnya, dan Ruby setuju. Mereka menikah saat musim semi. Sebagai hasil dari perbaikan hubunganku dengan Ava, aku dibawa masuk ke pertemanan mereka. Calista dan Reaper menikah dalam sebuah pernikahan k
“Tidak! Aku harus mengejan!” seruku sambil menggenggam baju Gabriel. Aku merasa seperti sudah gila. Seolah aku sudah kehilangan akal sehatku. Rasa sakit ini sungguh sudah membuatku gila. Untungnya, kami sampai di kamar sebelum aku melahirkan di koridor rumah sakit sialan ini. Aku menghela nafas lega saat memasuki ruangan, dan mereka mulai mempersiapkanku. Ava sudah di dalam. Aku bersyukur memiliki seseorang yang mengerti rasanya kemaluan terbelah dua agar manusia cilik itu bisa terlahir ke dunia. “Aku tidak bisa menahannya lagi,” ujarku sebelum mengejan sekuat tenaga. Aku bersumpah bisa merasakan belahan pantatku seolah terbelah, yang menambah rasa sakitku.“Ini semua salahmu!” seruku pada Gabriel sambil mencengkeram erat tangannya. Aku menatap tajam padanya dengan nafas yang menderu. Batang hidungku kembang-kempis untuk berusaha meraup sebanyak-banyaknya oksigen ke paru-paruku. “Ayo, Hana, ejanlah!” ujar Ava sambil menyeka keringat dari dahiku. “Jangan pedulikan Gabriel.”“Jaha
“Tidak apa-apa, sayangku. Ibu hanya akan melahirkan. Ingatkah yang Ibu katakan padamu apa yang akan terjadi ketika sudah waktunya?”Dia menganggukkan kepalanya. “Iya. Ibu bilang akan merasa kesakitan, tapi aku tidak seharusnya takut, sebab itu bagian dari melahirkan bayi ke dunia.”“Bagus,” ujarku sambil meringis saat sakit kontraksi kembali menghampiri. “Itulah yang terjadi sekarang, jadi janganlah takut.”Gabriel menggenggam tanganku dan membantuku keluar dari kamar. Aku bernafas melalui hidung dan mulutku, tapi jujur saja. Ini sama sekali tidak membantu, ‘kan?“Aku hanya tidak paham. Kenapa Ibu harus kesakitan? Kenapa bayinya tidak langsung lahir saja tanpa menyakiti Ibu?”Hal terakhir yang kuinginkan adalah menorehkan trauma pada putriku dengan menjelaskan padanya bahwa rasa sakit memang lumrah untuk mengeluarkan bayi dari diriku. Dia pasti akan ingin tahu mengapa bayi harus dikeluarkan dengan mengejan, dan aku harus menjelaskan bahwa bayi itu besar, dan jalan keluarnya lebih kecil