Tidak ada yang menyangka, acara makan siang yang awalnya begitu menyenangkan, kini berbuah menjadi sebuah musibah. Sungguh siang hari yang santai bagi Raymond dan Selena, dimana mereka bisa menikmati makan siang dan berbincang berdua, berubah menjadi horror ketika semua orang di dalam Mall memperhatikan mereka seperti seorang narapidana. Belum lagi beberapa jepretan kamera handphone yang mengabadikan kebersamaan mereka secara diam-diam."Ini ada apa sih?" bisik Selena bingung."Aku juga ga tau, kenapa ya mereka pada ngeliatin kita begitu, ga biasanya," jawab Raymond yang juga merasa kebingungan seperti Selena."Emang, ada yang aneh di muka aku?" tanya Selena kembali."Ga, Sayang," kata Raymond melanjutkan. "Kamu cantik, atau jangan-jangan mereka ngliatin kamu gara-gara kamu terlalu cantik.""Harus, ya?""Harus apa?""Ngegombal di saat seperi ini?""Beda tahu, kalau gombal itu memuji secara berlebihan, tapi kalau untuk kasus kamu, ini betulan. Cantik, pinter lagi, pacar aku, hahaha."Ra
"Panggil Rahayu!" perintah Dimitri kepada Mara."Baik, pak."Mara segera menelepon Rayahu untuk memintanya datang ke kantor Dimitri. Walaupun Mara sudah bekerja 10 tahun di In One TV, sesungguhnya ia tidak terlalu kerasan bekerja sebagai asisten Dimitri. Jika bukan karena anaknya, Mara tidak akan bertahan bekerja selama itu. 3 tahun pertama Mara bekerja sebagai junior asisten Elio Soedibrata, dan kini ia bekerja untuk anaknya."Anak dan bapak bedanya bagai langit dan bumi,"pikir Mara ketika Dimitri membuatnya kesal."Siang, Mbak Mara," kata Rahayu ketika memasuki ruang depan."Masuk, Yu. Udah ditungguin dari tadi," jawab Mara."Terima, kasih, Mbak."Rahayu mengetuk pintu ruangan Dimitri."Permisi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?""Selena sudah kembali?" tanya Dimitri."Belum pak. Mungkin sebentar lagi," jawab Rahayu."Tolong telepon untuk segera kemari. Ada yang perlu saya bicarakan mengenai rapat siang ini.""Baik, Pak. Akan saya usahakan. Ada lagi, pak?""Tidak ada, itu saja.""Kalau
"Dim, kata Rahayu, kamu nyariin aku? Ada masalah apa?" tanya Selena seraya masuk ke ruangan kerja Dimitri."Yes, kamu uda bikin meeting presentation siang ini?""Sudah, dari kemarin-kemarin saya sudah email ke kamu. Kamu belum baca?" ujar Selena."Oh, cuma itu saja, tidak ada perubahan?" tanya Dimitri."Iya, tidak ada perubahan, kamu nyari saya cuma buat nanya itu?" jawab Selena kesal."Oh. No, no. Aku manggil kamu buat ngasih tahu. I Change plan, today I'll do the presentation, so I want you to help me.""Ok, no problem. Ada masalah di slidenya ya? Apa ada yang kurang dan mau direvisi?""Oh, bukan-bukan. Slide kamu uda ok. Cuma kurang sedikit.""Kurang?""Ya, sedikit. Tapi kamu tidak perlu khawatir, aku sudah perbaiki.""Tunggu-tunggu, kurang untuk masalah apa ya? Slide yang aku bikin kemarin, sudah sangat lengkap. Seharusnya tidak ada masalah.""Masalah program yang akan diberhentikan tahun ini," jawab Dimitri."Saya sudah masukkan semua program-program tersebut ke dalam slide," jawa
Entah apa yang terjadi pada Selena, dia tiba-tiba menghilang setelah rapat pemegang saham berakhir dan membuat Raymond merasa khawatir. Ia sudah berjanji akan menunggu Selena dan bersedia mengantarnya pulang, tetapi Selena pergi tanpa memberitahukan apa-apa. Dan yang paling membuat Raymond khawatir adalah, ketika telepon Selena tidak dapat dapat dihubungi.Selena bukan tipe orang yang ceroboh dan meninggalkan HPnya. Dia cukup aktif membalas setiap pesan, bahkan cukup mudah untuk dihubungi, tetapi, setelah rapat selesai, Selena menghilang bagai ditelan bumi. Rahayu sendiri cukup kerepotan untuk menghubungi Selena. Sudah 2 jam Raymond duduk menunggu Selena di lobby apartemennya, dan masih tidak ada kabar dari perempuan yang dicintainya itu."Selena, apa yang terjadi?" tanya Raymond dalam hatinya. Raymond sudah menghubungi semua tempat yang mungkin didatangi Selena, tetapi usahanya tidak membuahkan hasil. Jika sebentar lagi tidak ada tanda-tanda dari Selena, Raymond berniat untuk menghubu
"Hallo?""Hai, kamu sudah sampai di Jakarta?" tanya Selena."Baru aja landing, lagi nunggu jemputan kantor.""Maaf ya, aku ga bisa jemput kamu. Padahal ini uda jam pulang.""Ga apa-apa, Sayang, kamu masih rapat?""Sebenernya kalau lancar sih sebentar lagi beres, cuma...., kamu ngerti kan? Masalahnya tiba-tiba muncul lagi dan lagi, jadi ga beres-beres.""Ya udah, aku juga udah ke balik ke kantor kok. Nanti malem kita makan yuk, aku traktir makan enak deh.""Ga berani janji. Kalau rapatnya cepet beres, aku bisa. Tapi ini belum ada tanda-tanda mau beres. Lain waktu aja ya, Ray. Jangan tungguin aku, kamu makan duluan aja.""Ya sudah. O ya, besok kamu jadi pergi?" tanya Raymond penasaran."Singapore? Jadi, Om Elio maksa aku pergi nemenin Dimitri. Lucu ya, dia ga percaya sama anaknya sendiri, jadi minta aku ikut.""Bukan ga percaya sama anaknya, tapi karena dia masih berniat jadiin kamu menantunya," ujar Rayond dalam hati."Ray, Ray? Halo?" tanya Selena karena Raymond tidak menjawab perkataa
"Mbak Selena, ini uda malem, Mbak belum mau pulang?" tanya Rahayu sebelum pulang."Masih banyak yang harus dikerjain, Yu. Kamu uda mau pulang?""Iya, mbak. Besok pesawatnya pagi, lagipula Ayu mau beres-beres baju dulu. Dari kemarin ga sempet beres-beres.""O ya? Untung aku sudah beresin baju, tapi tetep aja, Yu, tetep bergadang lagi beresin laporan, hahaha...... Ya udah, Yu, kalau begitu, kamu hati-hati di jalan, ya! Telepon supir kantor aja, siapa tau ada yang bisa anter kamu pulang sampai ke rumah.""Terima kasih, Mbak, tapi aku uda janji sama Mas Arya, tadi katanya dia mau anterin aku pulang. Mbak Selena jangan pulang malem-malem, istirahat juga.""Iya, Ayu. Sebentar lagi pulang. Kamu tenang aja.""Ya udah kalau gitu, Ayu permisi dulu.""Hati-hati!" jawab Selena melambaikan tangan.Selena kembali pada layar monitor laptopnya. Angka-angka pada tabel-tabel yang harus dilihatnya satu per satu sebelum di print untuk dibawa esok hari. Hari-hari ini sangat melelahkan untuk Selena, bahkan
"Selena, Selena, bangun, sudah sampai!"Selena perlahan-lahan membuka matanya yang terasa begitu berat. Diusapkan kedua matanya untuk membantunya segera tersadar."Ray...?" panggil Selena lemah."Ya, sayang...?" jawab Raymond lebut." Ini dimana sih?" tanya Selena yang mulai menyadari situasi di sekitarnya."Di apartemen kamu.""Kok, ke apartemen? Emang kita ga jadi makan?""Sepertinya kamu lebih butuh istirahat, lagipula kamu pasti sudah makan malam kan?""Tapi, kamu belum makan?" jawab Selena."Tenang aja, ga makan sekali ga akan mati kan? Kamu yang lebih pengalaman," jawab Raymond sambil bercanda."Ih, enak aja. Gara-gara kamu, aku ga pernah lupa makan sekarang.""Iya dong, mana boleh pacar presenter Ray Rimba terkenal ini telat makan."Selena tersenyum. "Iya, Terima kasih, terima kasih untuk perhatiannya.""Sama-sama, Sayang. Ya udah kalau gitu aku pulang dulu.""Bawa aja mobil aku, Ray. Ini uda malem," kata Selena sambil membereskan barang-barang bawaannya."Ga usah. Sudah biasa
Selena tidak mungkin melupakan kejadian di malam kemarin. Sesungguhnya Selena sudah berencana tidur selama perjalanan ke Singapura, akan tetapi sejak kemarin malam otaknya tidak bisa berhenti berputar.Dipeganggang bibirnya yang tipis dan seketika senyumnya langsung merekah sejalan dengan pipinya yang kini berwarna merah merona. "What happened with me? Kenapa dadaku masih berdebar kencang sampai sekarang? Apakah ini yang disebut cinta? Apakah aku mulai mencintainya?" tanya Selena dalam hati.Ingatannya kembali pada acara makan malam dadakan di apartemennya malam kemarin. Tidak lama setelah berbincang-bincang, Raymond pun segera pamit pulang. Pria itu cukup tahu batasan. Ia tahu kalau kekasihnya membutuhkan istirahat sebelum perjalanan bisnis esok hari."Sayang, terima kasih atas makan malamnya, Ngggg.... ini sudah malam, kamu masih harus siap-siap untuk besok kan?" ucap Raymond sebelum pergi meninggalkan apartemen Selena.Selena mengangguk setuju. Kopernya memang sudah terisi sedikit b