Beranda / Urban / PENGGARIS SEGITIGA / Bab 45 PERJALANAN DI PAGI HARI

Share

Bab 45 PERJALANAN DI PAGI HARI

Penulis: Bebekz_hijau
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Selena tidak mungkin melupakan kejadian di malam kemarin. Sesungguhnya Selena sudah berencana tidur selama perjalanan ke Singapura, akan tetapi sejak kemarin malam otaknya tidak bisa berhenti berputar.

Dipeganggang bibirnya yang tipis dan seketika senyumnya langsung merekah sejalan dengan pipinya yang kini berwarna merah merona. "What happened with me? Kenapa dadaku masih berdebar kencang sampai sekarang? Apakah ini yang disebut cinta? Apakah aku mulai mencintainya?" tanya Selena dalam hati.

Ingatannya kembali pada acara makan malam dadakan di apartemennya malam kemarin. Tidak lama setelah berbincang-bincang, Raymond pun segera pamit pulang. Pria itu cukup tahu batasan. Ia tahu kalau kekasihnya membutuhkan istirahat sebelum perjalanan bisnis esok hari.

"Sayang, terima kasih atas makan malamnya, Ngggg.... ini sudah malam, kamu masih harus siap-siap untuk besok kan?" ucap Raymond sebelum pergi meninggalkan apartemen Selena.

Selena mengangguk setuju. Kopernya memang sudah terisi sedikit b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 46 PERUSAHAAN BERMASALAH

    "Mbak Selena tidak apa-apa?" tanya Rahayu ketika sampai di Bandara Changi Singapura."Masih pusing , Yu. Mungkin karena kaget langsung bangun? Nanti minum obat juga sembuh.""Minum obatnya sekarang aja, nanti Ayu ambilin airnya.""Ga usah repot-repot, Yu. Kalau boleh, aku minta tolong kirim data ke email aku ya, itu aja," kata Selena dengan memegangi kepalanya yang semakin lama terasa semakin berat."Baik, Mbak. Ayu kirim sekarang juga."Selena segera menyalakan handphonenya. Sesuai dengan dugaannya, Raymond sudah menanyakan kabarnya. Setelah membaca semua pesan-pesan yang masuk, Selena segera menelepon Raymond."Halo, sayang, kamu sudah sampai?" kata Raymond menjawab telepon Selena."Baru sampai, anak-anak mau makan siang dulu, baru ke hotel.""Oh, Selena, nyalain video call dong, ada yang mau ngomong nih," kata Raymond."Siapa?" tanya Selena bingung."Udah, nyalain dulu aja," lanjut Raymond.Selena segera menyalakan kamera depan di telepon genggamnya. Ketika tersambung, ia hanya mel

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 47 DEAL

    "Mr. Dimitri Soedibrata after a lot of progress, with the presentation and the talks, we decided to invest our money in your coorperation. For now on, our company will invest in In One Group with the number we talked about lately. Thank you so much for your and your team hardwork. From now on, we all agree, we are partner."Dengan bangga, Dimitri berdiri dan bersiap menjabat tangan Mr. Brand. Hanya dengan menjabat tangan orang di hadapannya, semua orang akan melihatnya menjadi pebisnis sukses. Hasil kerjanya membuahkan hasil, mulai hari ini, ayahnya tidak akan mengganggapnya anak kemarin sore. Elio Soedibrata akan merasa bangga dengan anak laki-laki satu-satunya atas keberhasilannya membawa dana segar bagi perusahaannya.Hanya sepersekian detik tangan mereka bersentuhan, pintu ruang rapat terbuka. Elio Soedibrata memang pebisnis ulung yang sulit ditebak, tidak satupun orang di ruangan itu yang menyangka kehadirannya di tempat ini."Oh, Mr Soedibrata, welcome to Singapore. We don't kno

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 48 SAKIT

    "Tut..Tut...," dering handphone Raymond berdering ketika ia menunggu pesawat di boarding room."Halo?""Halo, Ray. Pesawatnya sudah landing, aku sudah sampai di Jakarta... uhuk, uhuk...,""Selena kamu sakit?" tanya Raymond mendengar suara Selena yang terdengar parau."Hanya flu biasa, ng... kamu jadi pergi?""Iya, shooting lagi di daerah. Pak Wahyu minta kita pergi malam ini. Maaf ya, jadi ga bisa ketemu kamu, padahal aku nungguin kamu segera pulang," jawab Raymond sedih. Sudah hampir 1 minggu Selena pergi, kini dirinyalah yang harus pergi selama 1 minggu ke depan, kali ini waktu memang tidak bersahabat padanya."Haha, ga apa-apa. Ya sudah kalau begitu, kamu hati-hati ya.""Terima kasih, Sayang. Kamu juga istirahat yang bener, Flu obatnya cuma tidur. Jadi tidur yang banyak dan jangan lupa makan yang banyak.""Ba...Baiklah," jawab Selena sambil menahan batuknya"Jangan lupa minum obat.""Iya, iya, laksanakan, hahaha. Bye Ray, safe flight.""Bye," kata Raymond sambil menutup teleponnya.

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 49 KEBERUNTUNGAN

    Malam itu terasa begitu panjang, terutama bagi Selena yang menahan seluruh ketidak beruntungannya. Keringatnya bercucuran mengalir seperti air terjun, dan tidurnya begitu gelisah akibat suhu badannya yang tidak menentu.Raymond mengambil handuk dari dalam tas ransel, membasahinya dengan air minum di samping ranjang Selena dan menaruhnya di atas kepala Selena. Dibalik-balikannya handuk itu, hingga tanpa sadar Raymond pun terduduk dan tertidur di lantai hingga malam menjadi semakin larut.Detik-detik jam dinding terdengar sangat jelas di malam yang sunyi ini. Waktu telah berlalu dari detik ke detik, menit ke menit, hingga jam ke jam, hingga suhu tubuh Selena mulai kembali normal dan ia mulai tersadar dari tidurnya. Tangan kanannya memeganggi handuk basah di keningnya dan tangan sebelah kirinya masih menggenggam erat tangan kekasihnya.Sesungguhnya Selena merasa senang, Raymond tidak melepaskan genggaman sesuai permintaannya, tetapi, melihat pria itu tertidur dalam posisi yang tidak nyam

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 50 PERASAAN SELENA

    Ini adalah tidur terpulas Selena selama satu bulan ini. Beberapa bagian tubuhnya masih terasa pegal-pegal, tetapi setidaknya badannya sudah terasa lebih segar hari ini. Selena menarik nafasnya dalam-dalam dan dihembuskannya perlahan-lahan, cuaca Jakarta hari pagi ini sangat cerah dengan matahari yang sudah tampak bersinar dari jendela kamarnya."Ray," panggil Selena pada sosok yang tertidur di sebelahnya."Ray?" panggil Selena sekali lagi karena Raymond tidak menjawab panggilannya, hingga akhirnya Selena memalingkan pandangannya dan melihat pria itu sudah tidak ada di sampingnya."Apa mungkin yang semalam itu hanya mimpi?" pikir Selena sambil tersenyum menertawakan dirinya sendiri."Hai," sapa Raymond yang tiba-tiba masuk kembali ke dalam kamar Selena."Ray?" jawab Selena yang terkaget karena sapaan Raymond."Aduh, sorry-sorry, kamu kaget ya?" tanya Raymond sambil membawa nampan berisi makanan dan juice buah masuk ke dalam kamar."Kamu ke mana sih? Aku panggil-panggil ga ada, sampe dik

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 51 JUJUR

    Rahayu tidak percaya dengan apa yang baru saja disaksikan kedua matanya, ketika mengantarkan teh hangat pesanan Selena. Berada di dalam suasana tidak tepat, membuat Rahayu sedikit merasa tidak nyaman. Ia segera melangkahkan kakinya mundur ke belakang, dan kembali ke dapur, sambil berusaha melupakan apa yang baru saja dilihatnya.Rahayu mengetahui Selena memang menjalin hubungan dengan Raymond, tapi ia tidak yakin kalau Selena sungguh menyukai Raymond. Dengan semua pengalamannya bersama Selena dan dengan kejadian yang dilihatnya barusan, Rahayu tahu kalau kini atasannya mulai menaruh hati pada kekasihnya itu.Selama karirnya menjadi asisten Selena, Rahayu tidak pernah melihat Selena mencium siapapun, termasuk mantan kekasihnya, Dimitri. Pak Dimitri tampak sering mencium kening atau pipi Selena, tapi Selena tidak pernah membalas ciumannya, sama sekali, apalagi tepat di bibirnya.Rahayu terdiam di dapur, melihat banyaknya tumpukan cucian peralatan di sink. "Hahaha, kalau saja Mbak Selena

  • PENGGARIS SEGITIGA    BAB 52 SONIA

    "Tuuutttt....tuttttt.......,""Mon, telepon lu tuh, berisik," kata Sonia yang sedang duduk tepat di sebelah Raymond."Iya, Iya," jawab Raymond kesal.Raymond segera mengeluarkan Handphone dari dalam tasnya. Dia baru sampai ke lokasi sekitar 2 jam yang lalu, dan langsung shooting agar pekerjaannya cepat selesai. Jujur saja hari ini sangat melelahkan baginya, tetapi senyumannya tetap tersungging lebar di wajahnya."Hallo," jawab Raymond sambil tersenyum sangat lebar. Semua kru Wildlife sudah tahu, siapa yang menelepon Raymond hingga membuat wajah pria itu begitu berseri-seri.."Hai, kamu sudah sampe?" tanya Selena."Sudah, ini juga sudah mulai shooting.""Oh, Ray, ng.... kamu bisa video call ga? Ada signal?""Ada, ada, sebentar, sebentar," jawab Raymond yang segera menyalakan kamera."Hai," kata Selena sambil melambaikan tangannya."Hai, kamu sudah enakan?""Masih demam, tapi sudah ga sepanas kemarin malam. Cuma sekitar 37,5-38 derajat aja," jawab Selena."Oh, kalau besok masih demam, ka

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 53 RIBET

    "Mbak Selena, sudah siap?""Sudah, Yu, tapi ini kan acara intern perusahaan aja? Kenapa aku harus pakai baju ribet gini sih? Yang lain aja bajunya ga gini-gini amat?" kata Selena yang baru saja mengganti bajunya di dalam ruangannya."Ayu juga ga tau, Mbak. Gaun Ini permintaan dari atas, mungkin karena Mbak Selena harus terima penghargaan di depan panggung kali.""Iya, tapi kan ga usah rapi banget seperti mau ke pesta," jawab Selena yang masih risih dengan pakaiannya."Mbak Selena kan sudah biasa pakai gaun, kali ini kok kaya ribet banget," keluh Rahayu."Bukan masalah ribet, Ayu. Cuma aku ga mau salah kostum. Kamu aja cuma pakai celana sama blus rapih biasa, pakai gaun ke acara makan siang perusahaan kan ga lucu. Mana karyawan yang lain cuma pakai pakaian rapih aja, malah ada yang pakai seragam kantor.""Ayu juga ga ngerti, Mbak. Ayu cuma nurutin instruksi dari Pak Dimas.""Ah udah ah, males. Aku ganti baju aja. Baju aku yang tadi juga cukup formal kok.""Mbak Selena confirm dulu aja k

Bab terbaru

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 90

    Andrea menaruh dagunya tepat pada topangan tangannya. Sambil memandangi bulan yang bersinar indah, pikirannya melayang-layang entah kemana. Diambilnya kedua amplop yang berada di atas meja belajarnya. Sebuah amplop coklat berisi panggilan test beasiswa yang akan menjadi masa depannya, dan satu amplop lagi yang sudah berisi surat pengunduran dirinya yang akan diberikannya pada Daniel esok hari. "Mungkin memang sudah jalannya, ini yang terbaik, Andrea, yang terbaik," bisik Andrea untuk menghibur dirinya sendiri. Sesungguhnya Andrea ingin keluar saat semuanya selesai, tetapi perkataan Daniel tadi siang membuatnya sadar. Seberapa lamanya Andrea berada di sisi Daniel untuk membantunya, pada akhirnya ia memang harus meninggalkannya. Saat ini, atau nanti, tidak menjadi masalah. "Tok..., tok...,tok...," pintu kamar Andrea berbunyi. "Masuk," kata Andrea mempersilahkan bapak untuk masuk kamarnya. "Dea, Bapak bikinin teh hangat untuk kamu," kata Bapak sambil menaruh segelas teh di atas meja

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 89

    Tanganku mulai merogoh ke dalam saku jas, mencari benda yang dengan susah payah kudapatkan hari ini. Aku tahu, pengumumannya sudah keluar dan kami kalah. Agak berat untuk diterima, tapi, sama seperti apa kukatakan sebelumnya... aku tidak peduli. Aku sudah berusaha dan tetap akan berusaha lebih keras lagi. Bagaimanapun juga, aku akan mencari cara agar kita berdua dapat keluar dari jeratan Madam Devil. Aku tahu, perjuanganku masih sangat panjang. Tapi saat ini, ada hal penting yang harus kulakukan. Dan aku tidak mau menundanya lebih lama. Ok, Steven! Sekarang, kamu tinggal mengatakannya. Sandra Bayu Hutama, maukah engkau menikah denganku? Mudah bukan? Tapi...tunggu! Apa cukup jika hanya denga kata-kata seperti itu saja? Apa aku harus menambahkan sedikit kata-kata yang lebih poetic agar peristiwa ini lebih berkesan? Sandra, o sayangku...? Hiiiii, kenapa itu terdengar menjijikan, kurang manly, dan... oh Shit!! Komohon, otak... jangan malas! Ayo bantu aku! Apa yang harus kukatakan padanya?

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 88

    "Andrea, gue udah nungguin lo dari tadi, eh.., baru nongol sekarang," kata Pak Mamat divisi ME di rumah sakit ini. "Sorry Pak, tadi pagi bu Novi sudah ngabarin, cuma saya aja yang kelupaan," jawab Andrea sambil mengatupkan kedua tangannya sebagai tanda permintaan maaf. "Ya udah, nih, barang lo udah gue benerin. Cek dulu aja!" kata Pak Mamat sambil memberikan sebuah raket listrik alat penangkap nyamuk pada Andrea. Andrea segera mencari nyamuk kecil yang sudah sejak tadi berdenging di telinganya. Diayunkannya raket itu dan dengan seketika, suara keras dan kilatan listrik muncul dari alat tersebut. "TEK!" bunyi keras muncul ketika alat itu mengenai seekor serangga. "Tuh, udah bagus kan? Gue bilang juga apa," kata Pak Mamat begitu melihat alat itu sudah kembali berfungsi dengan baik. "Makasih Pak. Ng..., saya harus bayar berapa untuk biaya perbaikannya?" tanya Andrea. "Ah, Ga usah, raket lo sih masih bagus, cuma baterenya aja yang melendung. Pas kemaren ada tetangga yang raket nya

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 87

    Baru satu jam ia resmi bekerja dengan Daniel, Andrea mulai menyesali keputusannya. Baru saja ia memberikan surat pengunduran diri pada Bu Novi, Daniel sudah menyeretnya pergi tanpa memberikannya waktu untuk mengucapkan selamat tinggal kepada rekan-rekan lainnya. Andrea masih tidak enak hati melihat kegundahan di hati bu Novi, sepertinya perempuan malang itu akan menerima banyak komplain hari ini karena pengunduran diri Andrea yang serba tiba-tiba. Untung saja, foto bersama Daniel Leo, cukup dapat menghibur hati Bu Novi di hari buruknya ini.Dan sialnya, bagi Andrea, kejadian buruk di hari ini masih akan terus berlangsung. Melihat Daniel berjalan keluar rumah sakit, beberapa fans dan wartawan sudah menunggunya di koridor luar rumah sakit."Daniel!!!" teriak mereka memanggil nama idola mereka.Melihat kerumunan banyak orang, Andrea merasa begitu tidak nyaman. Ia ingat terakhir kali ia betemu dengan fans-fans Daniel, kejadian yang berakhir dengan perundungan menyebalkan. Setelah beberapa

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 86

    " dalam kepalaku, aku tidak akan pernah membuatnya menghentikan langkahku. Tidak hari ini, tidak juga nanti. "Selamat sore, hadirin yang terhormat, salam sejahtera bagi kita semua," salamku untuk memulai presentasi hari ini. "Sttt... ga salah ya? Speaker personnya Ruanna masih muda banget!" "Iya, padahal aku berharap Anna Gunadi sendiri yang akan presentasi hari ini. Aku sudah menunggu penampilannya." "Yah, padahal kukira Anna Gunadi sendiri yang akan presentasi mewakili bironya. Tahunya orang lain. Aneh, mengapa mereka mempercayakan presentasi penting seperti ini pada anak kecil itu? " "Atau mungkin mereka sudah pasrah... Tapi masa sih? Sekelas Anna Gunadi pasrah begitu saja? Tapi, aku ngerti sih, kalau mereka takut dengan Architext." Aku mendengar banyak bisikan ketika mereka melihatku berdiri di tengah panggung. Aku tidak tersinggung. Benar-benar tidak tersinggung. Hahaha... memang tidak perlu tersinggung jika mereka memanggilku dengan sebutan anak kecil atau anak baru. Toh, a

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 85

    Dug... dug... Dug... dug... Dug... dug... "Waaaa... plok...plok… plok..." Dug... dug... Dug... dug... , ok? Setelah membereskan ruangan ini dan membangunkan 'kucing' malas itu," katanya sambil memandang Cat. "Ok!" kataku sambil berjalan keluar mengikuti panitia. "Hei Sandra, break a leg!" sahut Steven sebelum aku meninggalkan ruangan. Hahaha, Sialan... apa dia berharap aku naik panggung untuk menyanyi atau menari balet? Dia tidak perlu mengucapkan mantra sukses pemeran broadway sebelum mereka tampil. Tapi untuk humornya yang super random dan menghibur, kuucapkan sedikit terima kasih. Sedikit saja... ga banyak-banyak. Aku berjalan menuju ke belakang panggung. Yang ternyata hanya berjarak sekitar 10 meter dari ruangan kami bekerja. Tidak jauh, dan kuharap, Steven bisa langsung menyusulku kemari jika aku membutuhkan bantuannya. "t right now!"

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 84

    "It's not her fault...!" kataku untuk menurunkan tensi di ruangan ini. "It Is NOT her fault?" tanya Steven seolah-olah tidak percaya dengan perkataanku. Kini matanya beralih padaku, ia memandangku begitu tajam. Ok, kini amarahnya juga berpaling padaku. "Sandra! Kumohon, jangan belain dia lagi. Sejak awal, kalau kamu mendengarkanku..., kalau kamu tidak memasukkan dia dalam team ini, maka semua kejadian ini tidak akan terjadi!" "Kamu benar, aku setuju," kataku sambil memandangi Cat. Berharap kemarahan Steven beralih padaku. Berharap, jika ia melupakan anak itu sebagai luapan emosinya. "Ya, kuakui ini salahku! Silahkan marah padaku! Aku akan menerima semua amarahmu. Tapi..., tidak sekarang, ok? Karena daripada kita menghabiskan waktu untuk marah, untuk berkelahi dan menyalahkan satu sama lain, bisakah kita memikirkan, rencana apa yang harus dilakukan kedepan?" "ak pada kita. Mereka tidak akan mentolerir kasus plagiarisme. Mereka sudah menyelidiki desain yang dikumpulkan Tyo. Jo sebelum

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 83

    "kata seorang karyawan yang sedang merapihkan barang pajangan di etalase depan. "Iya,Kuakui, aku memang tidak berencana melamarnya hari ini. Sejak lama aku berpikir tentang hubungan kami, dan segala hal yang terjadi di antara kami berdua. Betapa dia begitu berbeda dengan perempuan-perempuan lain yang pernah mengisi hidupku. Seorang di luar akal sehat. Dia tulus, dan apa adanya, dia mengucapkan semua yang ada di hatinya. Dia tidak bisa berbohong, dan yang paling penting, dia wanita bodoh yang tidak pernah meninggalkanku. Siapa yang dapat menduga, jika dia memutuskan untuk kembali, saat kupikir dia akan pergi meninggalkanku senidirian. Dia... dia tidak gentar dengan besarnya masalahku, dia tidak mengatakan apapun tentang dendamku. Dia tidak memintaku untuk memilih antara dirinya atau ambisiku. Dia selalu berdiri di sampingku, menemaniku, bahkan saat aku membenci diriku sendiri, saat aku kesepian. Saat tidak ada satupun yang sanggup bersamaku, wanita cantik itu tidak meninggalkanku sen

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 82

    ""Jam tiga lebih empat puluh lima menit. Ok I get it. Oh, satu lagi... Architext, mereka dapat urutan berapa? Kurasa akan sangat menarik untuk melihat presentasi mereka lebih dahulu. Kita bisa mengambil apa yang baik, lalu bisa membuat strategi untuk melawan mereka." "an mereka?" "Sepertinya begitu," jawabku pasrah. " Hahaha... ya sudahlah..., nanti kita lihat lagi situasinya seperti apa." "Ok, Steven." "Ng... Sandra! Sayang, ini masih pagi, belum jam sepuluh juga. Aku pergi beli sarapan sebentar. Kamu mau makan apa?" "Oh...," jawabku bingung. Sebenarnya aku sedikit mengharapkan Steven untuk kembali ke sini secepatya. Aku tidak peduli betapa laparnya diriku, aku hanya ingin dia menemaniku. Tapi..., biasakah aku memintanya untuk selalu ada di sisiku? Bisakah aku bertindak begitu egois? Walaupun hanya untuk hari ini saja, karena ini hari yang penting untukku, tapi.... "Sayang...? Sandra sayang? Aku beneran lapar," lanjut Steven. "Kamu tidak keberatan jika aku pergi makan sebentar

DMCA.com Protection Status