Selena tidak mungkin melupakan kejadian di malam kemarin. Sesungguhnya Selena sudah berencana tidur selama perjalanan ke Singapura, akan tetapi sejak kemarin malam otaknya tidak bisa berhenti berputar.Dipeganggang bibirnya yang tipis dan seketika senyumnya langsung merekah sejalan dengan pipinya yang kini berwarna merah merona. "What happened with me? Kenapa dadaku masih berdebar kencang sampai sekarang? Apakah ini yang disebut cinta? Apakah aku mulai mencintainya?" tanya Selena dalam hati.Ingatannya kembali pada acara makan malam dadakan di apartemennya malam kemarin. Tidak lama setelah berbincang-bincang, Raymond pun segera pamit pulang. Pria itu cukup tahu batasan. Ia tahu kalau kekasihnya membutuhkan istirahat sebelum perjalanan bisnis esok hari."Sayang, terima kasih atas makan malamnya, Ngggg.... ini sudah malam, kamu masih harus siap-siap untuk besok kan?" ucap Raymond sebelum pergi meninggalkan apartemen Selena.Selena mengangguk setuju. Kopernya memang sudah terisi sedikit b
"Mbak Selena tidak apa-apa?" tanya Rahayu ketika sampai di Bandara Changi Singapura."Masih pusing , Yu. Mungkin karena kaget langsung bangun? Nanti minum obat juga sembuh.""Minum obatnya sekarang aja, nanti Ayu ambilin airnya.""Ga usah repot-repot, Yu. Kalau boleh, aku minta tolong kirim data ke email aku ya, itu aja," kata Selena dengan memegangi kepalanya yang semakin lama terasa semakin berat."Baik, Mbak. Ayu kirim sekarang juga."Selena segera menyalakan handphonenya. Sesuai dengan dugaannya, Raymond sudah menanyakan kabarnya. Setelah membaca semua pesan-pesan yang masuk, Selena segera menelepon Raymond."Halo, sayang, kamu sudah sampai?" kata Raymond menjawab telepon Selena."Baru sampai, anak-anak mau makan siang dulu, baru ke hotel.""Oh, Selena, nyalain video call dong, ada yang mau ngomong nih," kata Raymond."Siapa?" tanya Selena bingung."Udah, nyalain dulu aja," lanjut Raymond.Selena segera menyalakan kamera depan di telepon genggamnya. Ketika tersambung, ia hanya mel
"Mr. Dimitri Soedibrata after a lot of progress, with the presentation and the talks, we decided to invest our money in your coorperation. For now on, our company will invest in In One Group with the number we talked about lately. Thank you so much for your and your team hardwork. From now on, we all agree, we are partner."Dengan bangga, Dimitri berdiri dan bersiap menjabat tangan Mr. Brand. Hanya dengan menjabat tangan orang di hadapannya, semua orang akan melihatnya menjadi pebisnis sukses. Hasil kerjanya membuahkan hasil, mulai hari ini, ayahnya tidak akan mengganggapnya anak kemarin sore. Elio Soedibrata akan merasa bangga dengan anak laki-laki satu-satunya atas keberhasilannya membawa dana segar bagi perusahaannya.Hanya sepersekian detik tangan mereka bersentuhan, pintu ruang rapat terbuka. Elio Soedibrata memang pebisnis ulung yang sulit ditebak, tidak satupun orang di ruangan itu yang menyangka kehadirannya di tempat ini."Oh, Mr Soedibrata, welcome to Singapore. We don't kno
"Tut..Tut...," dering handphone Raymond berdering ketika ia menunggu pesawat di boarding room."Halo?""Halo, Ray. Pesawatnya sudah landing, aku sudah sampai di Jakarta... uhuk, uhuk...,""Selena kamu sakit?" tanya Raymond mendengar suara Selena yang terdengar parau."Hanya flu biasa, ng... kamu jadi pergi?""Iya, shooting lagi di daerah. Pak Wahyu minta kita pergi malam ini. Maaf ya, jadi ga bisa ketemu kamu, padahal aku nungguin kamu segera pulang," jawab Raymond sedih. Sudah hampir 1 minggu Selena pergi, kini dirinyalah yang harus pergi selama 1 minggu ke depan, kali ini waktu memang tidak bersahabat padanya."Haha, ga apa-apa. Ya sudah kalau begitu, kamu hati-hati ya.""Terima kasih, Sayang. Kamu juga istirahat yang bener, Flu obatnya cuma tidur. Jadi tidur yang banyak dan jangan lupa makan yang banyak.""Ba...Baiklah," jawab Selena sambil menahan batuknya"Jangan lupa minum obat.""Iya, iya, laksanakan, hahaha. Bye Ray, safe flight.""Bye," kata Raymond sambil menutup teleponnya.
Malam itu terasa begitu panjang, terutama bagi Selena yang menahan seluruh ketidak beruntungannya. Keringatnya bercucuran mengalir seperti air terjun, dan tidurnya begitu gelisah akibat suhu badannya yang tidak menentu.Raymond mengambil handuk dari dalam tas ransel, membasahinya dengan air minum di samping ranjang Selena dan menaruhnya di atas kepala Selena. Dibalik-balikannya handuk itu, hingga tanpa sadar Raymond pun terduduk dan tertidur di lantai hingga malam menjadi semakin larut.Detik-detik jam dinding terdengar sangat jelas di malam yang sunyi ini. Waktu telah berlalu dari detik ke detik, menit ke menit, hingga jam ke jam, hingga suhu tubuh Selena mulai kembali normal dan ia mulai tersadar dari tidurnya. Tangan kanannya memeganggi handuk basah di keningnya dan tangan sebelah kirinya masih menggenggam erat tangan kekasihnya.Sesungguhnya Selena merasa senang, Raymond tidak melepaskan genggaman sesuai permintaannya, tetapi, melihat pria itu tertidur dalam posisi yang tidak nyam
Ini adalah tidur terpulas Selena selama satu bulan ini. Beberapa bagian tubuhnya masih terasa pegal-pegal, tetapi setidaknya badannya sudah terasa lebih segar hari ini. Selena menarik nafasnya dalam-dalam dan dihembuskannya perlahan-lahan, cuaca Jakarta hari pagi ini sangat cerah dengan matahari yang sudah tampak bersinar dari jendela kamarnya."Ray," panggil Selena pada sosok yang tertidur di sebelahnya."Ray?" panggil Selena sekali lagi karena Raymond tidak menjawab panggilannya, hingga akhirnya Selena memalingkan pandangannya dan melihat pria itu sudah tidak ada di sampingnya."Apa mungkin yang semalam itu hanya mimpi?" pikir Selena sambil tersenyum menertawakan dirinya sendiri."Hai," sapa Raymond yang tiba-tiba masuk kembali ke dalam kamar Selena."Ray?" jawab Selena yang terkaget karena sapaan Raymond."Aduh, sorry-sorry, kamu kaget ya?" tanya Raymond sambil membawa nampan berisi makanan dan juice buah masuk ke dalam kamar."Kamu ke mana sih? Aku panggil-panggil ga ada, sampe dik
Rahayu tidak percaya dengan apa yang baru saja disaksikan kedua matanya, ketika mengantarkan teh hangat pesanan Selena. Berada di dalam suasana tidak tepat, membuat Rahayu sedikit merasa tidak nyaman. Ia segera melangkahkan kakinya mundur ke belakang, dan kembali ke dapur, sambil berusaha melupakan apa yang baru saja dilihatnya.Rahayu mengetahui Selena memang menjalin hubungan dengan Raymond, tapi ia tidak yakin kalau Selena sungguh menyukai Raymond. Dengan semua pengalamannya bersama Selena dan dengan kejadian yang dilihatnya barusan, Rahayu tahu kalau kini atasannya mulai menaruh hati pada kekasihnya itu.Selama karirnya menjadi asisten Selena, Rahayu tidak pernah melihat Selena mencium siapapun, termasuk mantan kekasihnya, Dimitri. Pak Dimitri tampak sering mencium kening atau pipi Selena, tapi Selena tidak pernah membalas ciumannya, sama sekali, apalagi tepat di bibirnya.Rahayu terdiam di dapur, melihat banyaknya tumpukan cucian peralatan di sink. "Hahaha, kalau saja Mbak Selena
"Tuuutttt....tuttttt.......,""Mon, telepon lu tuh, berisik," kata Sonia yang sedang duduk tepat di sebelah Raymond."Iya, Iya," jawab Raymond kesal.Raymond segera mengeluarkan Handphone dari dalam tasnya. Dia baru sampai ke lokasi sekitar 2 jam yang lalu, dan langsung shooting agar pekerjaannya cepat selesai. Jujur saja hari ini sangat melelahkan baginya, tetapi senyumannya tetap tersungging lebar di wajahnya."Hallo," jawab Raymond sambil tersenyum sangat lebar. Semua kru Wildlife sudah tahu, siapa yang menelepon Raymond hingga membuat wajah pria itu begitu berseri-seri.."Hai, kamu sudah sampe?" tanya Selena."Sudah, ini juga sudah mulai shooting.""Oh, Ray, ng.... kamu bisa video call ga? Ada signal?""Ada, ada, sebentar, sebentar," jawab Raymond yang segera menyalakan kamera."Hai," kata Selena sambil melambaikan tangannya."Hai, kamu sudah enakan?""Masih demam, tapi sudah ga sepanas kemarin malam. Cuma sekitar 37,5-38 derajat aja," jawab Selena."Oh, kalau besok masih demam, ka