Malam itu terasa begitu panjang, terutama bagi Selena yang menahan seluruh ketidak beruntungannya. Keringatnya bercucuran mengalir seperti air terjun, dan tidurnya begitu gelisah akibat suhu badannya yang tidak menentu.Raymond mengambil handuk dari dalam tas ransel, membasahinya dengan air minum di samping ranjang Selena dan menaruhnya di atas kepala Selena. Dibalik-balikannya handuk itu, hingga tanpa sadar Raymond pun terduduk dan tertidur di lantai hingga malam menjadi semakin larut.Detik-detik jam dinding terdengar sangat jelas di malam yang sunyi ini. Waktu telah berlalu dari detik ke detik, menit ke menit, hingga jam ke jam, hingga suhu tubuh Selena mulai kembali normal dan ia mulai tersadar dari tidurnya. Tangan kanannya memeganggi handuk basah di keningnya dan tangan sebelah kirinya masih menggenggam erat tangan kekasihnya.Sesungguhnya Selena merasa senang, Raymond tidak melepaskan genggaman sesuai permintaannya, tetapi, melihat pria itu tertidur dalam posisi yang tidak nyam
Ini adalah tidur terpulas Selena selama satu bulan ini. Beberapa bagian tubuhnya masih terasa pegal-pegal, tetapi setidaknya badannya sudah terasa lebih segar hari ini. Selena menarik nafasnya dalam-dalam dan dihembuskannya perlahan-lahan, cuaca Jakarta hari pagi ini sangat cerah dengan matahari yang sudah tampak bersinar dari jendela kamarnya."Ray," panggil Selena pada sosok yang tertidur di sebelahnya."Ray?" panggil Selena sekali lagi karena Raymond tidak menjawab panggilannya, hingga akhirnya Selena memalingkan pandangannya dan melihat pria itu sudah tidak ada di sampingnya."Apa mungkin yang semalam itu hanya mimpi?" pikir Selena sambil tersenyum menertawakan dirinya sendiri."Hai," sapa Raymond yang tiba-tiba masuk kembali ke dalam kamar Selena."Ray?" jawab Selena yang terkaget karena sapaan Raymond."Aduh, sorry-sorry, kamu kaget ya?" tanya Raymond sambil membawa nampan berisi makanan dan juice buah masuk ke dalam kamar."Kamu ke mana sih? Aku panggil-panggil ga ada, sampe dik
Rahayu tidak percaya dengan apa yang baru saja disaksikan kedua matanya, ketika mengantarkan teh hangat pesanan Selena. Berada di dalam suasana tidak tepat, membuat Rahayu sedikit merasa tidak nyaman. Ia segera melangkahkan kakinya mundur ke belakang, dan kembali ke dapur, sambil berusaha melupakan apa yang baru saja dilihatnya.Rahayu mengetahui Selena memang menjalin hubungan dengan Raymond, tapi ia tidak yakin kalau Selena sungguh menyukai Raymond. Dengan semua pengalamannya bersama Selena dan dengan kejadian yang dilihatnya barusan, Rahayu tahu kalau kini atasannya mulai menaruh hati pada kekasihnya itu.Selama karirnya menjadi asisten Selena, Rahayu tidak pernah melihat Selena mencium siapapun, termasuk mantan kekasihnya, Dimitri. Pak Dimitri tampak sering mencium kening atau pipi Selena, tapi Selena tidak pernah membalas ciumannya, sama sekali, apalagi tepat di bibirnya.Rahayu terdiam di dapur, melihat banyaknya tumpukan cucian peralatan di sink. "Hahaha, kalau saja Mbak Selena
"Tuuutttt....tuttttt.......,""Mon, telepon lu tuh, berisik," kata Sonia yang sedang duduk tepat di sebelah Raymond."Iya, Iya," jawab Raymond kesal.Raymond segera mengeluarkan Handphone dari dalam tasnya. Dia baru sampai ke lokasi sekitar 2 jam yang lalu, dan langsung shooting agar pekerjaannya cepat selesai. Jujur saja hari ini sangat melelahkan baginya, tetapi senyumannya tetap tersungging lebar di wajahnya."Hallo," jawab Raymond sambil tersenyum sangat lebar. Semua kru Wildlife sudah tahu, siapa yang menelepon Raymond hingga membuat wajah pria itu begitu berseri-seri.."Hai, kamu sudah sampe?" tanya Selena."Sudah, ini juga sudah mulai shooting.""Oh, Ray, ng.... kamu bisa video call ga? Ada signal?""Ada, ada, sebentar, sebentar," jawab Raymond yang segera menyalakan kamera."Hai," kata Selena sambil melambaikan tangannya."Hai, kamu sudah enakan?""Masih demam, tapi sudah ga sepanas kemarin malam. Cuma sekitar 37,5-38 derajat aja," jawab Selena."Oh, kalau besok masih demam, ka
"Mbak Selena, sudah siap?""Sudah, Yu, tapi ini kan acara intern perusahaan aja? Kenapa aku harus pakai baju ribet gini sih? Yang lain aja bajunya ga gini-gini amat?" kata Selena yang baru saja mengganti bajunya di dalam ruangannya."Ayu juga ga tau, Mbak. Gaun Ini permintaan dari atas, mungkin karena Mbak Selena harus terima penghargaan di depan panggung kali.""Iya, tapi kan ga usah rapi banget seperti mau ke pesta," jawab Selena yang masih risih dengan pakaiannya."Mbak Selena kan sudah biasa pakai gaun, kali ini kok kaya ribet banget," keluh Rahayu."Bukan masalah ribet, Ayu. Cuma aku ga mau salah kostum. Kamu aja cuma pakai celana sama blus rapih biasa, pakai gaun ke acara makan siang perusahaan kan ga lucu. Mana karyawan yang lain cuma pakai pakaian rapih aja, malah ada yang pakai seragam kantor.""Ayu juga ga ngerti, Mbak. Ayu cuma nurutin instruksi dari Pak Dimas.""Ah udah ah, males. Aku ganti baju aja. Baju aku yang tadi juga cukup formal kok.""Mbak Selena confirm dulu aja k
Di ruangan besar itu, semua mata memandang Selena. Bukan bak Cinderella yang paling cantik di istana raja, tapi karena bajunya yang super berlebihan untuk acara yang cukup santai. Untung saja beberapa rekan sesama pembaca berita mulai menghampiri dan mengajak Selena berbincang-bincang. Jika tidak, Selena akan menjadi badut lucu di tengah ruang besar itu. Hingga tidak selang beberapa lama, Rahayu datang menghampiri."Mbak, dari tadi Ayu teleponin, ga di angkat.""Sorry, Yu. HP aku ketinggalan di kantor. Tadi buru-buru ke sini, jadi kelupaan.""Mbak Selena di panggil Pak Elio, suruh gabung ke meja makan khusus keluarga dan para eksekutif, di depan sebelah panggung.""Oh, baiklah," jawab Selena sambil berjalan menuju meja VIP.Betapa jelas perbedaan sudut ruangan ini. Meja para eksekutif di sudut kanan tampak begitu mewah dengan rangkaian bunga dan orang-orang berpakaian formal, sedangkan di bagian lain, berisi karyawan In One TV yang semi formal dan hanya memakai baju rapih dan seragam.
Sejak pagi itu, Raymond sudah yakin dengan keputusannya. Ia tahu, Selena mencintainya, dan dia tidak akan menunda rencananya lebih lama lagi. Sejak bulan lalu, Raymond telah membeli sebuah cincin untuk melamar Selena kembali, hanya saja ia selalu menunda untuk menunggu waktu yang tepat. Waktu dimana Selena tidak akan bisa menolak pinangannya. Dan sejak ciuman pagi itu, Raymond yakin, kali ini, Selena tidak akan menolaknya.Kali ini Raymond sudah merencanakan semuanya, makan malam romantis di tempat yang istimewa, dengan bungan dan musik-musik cinta yang indah. Semua surprise yang disiapkannya sudah sangat sempurna. Raymond tidak sabar untuk segera sampai di Jakarta.Setelah pesawat yang membawa seluruh kru W life mendarat di Jakarta, semuanya segera bergegas untuk kembali ke kantor, sama seperti biasanya. Akan tetapi betapa kagetnya mereka ketika sampai di kantor In One TV, gedung sibuk itu tampak begitu sepi, tidak seperti hari-hari biasanya yang penuh hiruk pikuk layaknya tempat umum
Selena mendapatkan julukan baru di hari ini. "Snow queen", sang ratu berhati beku yang tidak pernah memikirkan perasaan orang lain. Demikianlah semua tatapan orang-orang terdekatnya begitu menghakiminya, Mas Arya, Pak Wahyu, bahkan juga Rahayu. Selena tahu dia melakukan kesalahan besar hanya dengan sebuah anggukan kepala. Dan kini ia terjebak dengan Keluarga Soedibrata beserta seluruh rangkaian acara yang telah mereka rencanakan.Selena sempat mengambil handphonenya yang sempat tertinggal di kantor, dan kini hampir setiap detik dia menunggu kabar tentang keberadaan Raymond. Selena sudah mencoba menghubungi telepon Raymond berulang-ulang kali, hanya saja mungkin Raymond terlalu marah hingga tidak menjawab semua panggilannya."Gimana? Calon Nyonya Soedibrata? Today is your happy day, right?" kata Dimitri yang sejak acara siang tadi bertingkah seperti badut yang selalu berada disisi Selena.Selena hanya tersenyum sinis. "Oh, jangan senang dulu, malam masih sangat panjang, we'll see, we wi