Beranda / Urban / PENGGARIS SEGITIGA / Bab 54 ULANG TAHUN IN ONE TV

Share

Bab 54 ULANG TAHUN IN ONE TV

Penulis: Bebekz_hijau
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Di ruangan besar itu, semua mata memandang Selena. Bukan bak Cinderella yang paling cantik di istana raja, tapi karena bajunya yang super berlebihan untuk acara yang cukup santai. Untung saja beberapa rekan sesama pembaca berita mulai menghampiri dan mengajak Selena berbincang-bincang. Jika tidak, Selena akan menjadi badut lucu di tengah ruang besar itu. Hingga tidak selang beberapa lama, Rahayu datang menghampiri.

"Mbak, dari tadi Ayu teleponin, ga di angkat."

"Sorry, Yu. HP aku ketinggalan di kantor. Tadi buru-buru ke sini, jadi kelupaan."

"Mbak Selena di panggil Pak Elio, suruh gabung ke meja makan khusus keluarga dan para eksekutif, di depan sebelah panggung."

"Oh, baiklah," jawab Selena sambil berjalan menuju meja VIP.

Betapa jelas perbedaan sudut ruangan ini. Meja para eksekutif di sudut kanan tampak begitu mewah dengan rangkaian bunga dan orang-orang berpakaian formal, sedangkan di bagian lain, berisi karyawan In One TV yang semi formal dan hanya memakai baju rapih dan seragam.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 55 SEBUAH RENCANA

    Sejak pagi itu, Raymond sudah yakin dengan keputusannya. Ia tahu, Selena mencintainya, dan dia tidak akan menunda rencananya lebih lama lagi. Sejak bulan lalu, Raymond telah membeli sebuah cincin untuk melamar Selena kembali, hanya saja ia selalu menunda untuk menunggu waktu yang tepat. Waktu dimana Selena tidak akan bisa menolak pinangannya. Dan sejak ciuman pagi itu, Raymond yakin, kali ini, Selena tidak akan menolaknya.Kali ini Raymond sudah merencanakan semuanya, makan malam romantis di tempat yang istimewa, dengan bungan dan musik-musik cinta yang indah. Semua surprise yang disiapkannya sudah sangat sempurna. Raymond tidak sabar untuk segera sampai di Jakarta.Setelah pesawat yang membawa seluruh kru W life mendarat di Jakarta, semuanya segera bergegas untuk kembali ke kantor, sama seperti biasanya. Akan tetapi betapa kagetnya mereka ketika sampai di kantor In One TV, gedung sibuk itu tampak begitu sepi, tidak seperti hari-hari biasanya yang penuh hiruk pikuk layaknya tempat umum

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 56 SANGGUP MELEPASKAN

    Selena mendapatkan julukan baru di hari ini. "Snow queen", sang ratu berhati beku yang tidak pernah memikirkan perasaan orang lain. Demikianlah semua tatapan orang-orang terdekatnya begitu menghakiminya, Mas Arya, Pak Wahyu, bahkan juga Rahayu. Selena tahu dia melakukan kesalahan besar hanya dengan sebuah anggukan kepala. Dan kini ia terjebak dengan Keluarga Soedibrata beserta seluruh rangkaian acara yang telah mereka rencanakan.Selena sempat mengambil handphonenya yang sempat tertinggal di kantor, dan kini hampir setiap detik dia menunggu kabar tentang keberadaan Raymond. Selena sudah mencoba menghubungi telepon Raymond berulang-ulang kali, hanya saja mungkin Raymond terlalu marah hingga tidak menjawab semua panggilannya."Gimana? Calon Nyonya Soedibrata? Today is your happy day, right?" kata Dimitri yang sejak acara siang tadi bertingkah seperti badut yang selalu berada disisi Selena.Selena hanya tersenyum sinis. "Oh, jangan senang dulu, malam masih sangat panjang, we'll see, we wi

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 57 PENCARIAN

    "Halo, Ayu? Sudah ada kabar?""Belum, Mbak.""Oh, kalau begitu, boleh tahu Mas Arya uda cari ke mana aja?" tanya Selena yang menelepon Rahayu dalam perjalanan pulang ke apartemennya."Kata Mas Arya, dia sudah cari ke tempat mereka suka jalan, Mbak. Di Mess tenpat tinggal Mar Ray juga ga ada, Mas Arya juga sempat hubungin satpam di Mess, nanti kalau Mas Ray pulang, satpamnya akan segera kabarin. Tapi sampai saat ini juga belum ada kabar. Anak-anak juga sempet nyariin ke tempat-tempat umum tapi ga ketemu juga.""Ok, Yu, terima kasih.""Mbak Selena kenapa sih?" balas Ayu dengan perasaan kecewa."Kenapa gimana?""Ya gitu deh, Mbak Selena sudah mainin perasaan banyak orang.""Yu, saya ngaku saya salah. Tapi untuk masalah siang ini, saya juga punya alasan sendiri. Yu, untuk malam ini aja, jangan ngomongin ini lagi, please,"Mendengar suara Selena yang terdengar lelah dan sedih, Rahayu terdiam sebentar. Rahayu sangat kecewa dengan kelakuan Selena tadi siang, tetapi Rahayu lupa, kalau kejadian

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 58 HANYA DALAM SEMALAM

    Selena tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Kedua tangannya menutupi mulutnya dan matanya mulai berlinang air mata. Sejak genggaman tangannya menurunkan tuas pintu di hadapannya, pemandangan inilah yang yang paling ditakutinya. Di dalam hatinya, Selena tahu, apa yang dilihatnya adalah akibat dari perbuatannya. Tetapi tetap saja apa yang dihadapannya ini sangat menyakitkan hatinya. Selena menarik nafas dalam-dalam, memejamkan matanya, membalikkan badannya dan beranjak pergi."Selena?" panggil Sonia yang tanpa sengaja terbangun karena kehadiran Selena.Selena menoleh, dan menatap Sonia. Ketika mata kedua perempuan itu saling bertemu pandang, Sonia menyadari, ia telah melakukan kesalahan yang cukup besar. Selena kembali membalikkan badannya, membuka pintu depan, dan segera berlari keluar."Selena, Tunggu!" teriak Sonia untuk mencegah Selena pergi. Jika bukan karena badannya yang tidak tertutup sehelai benangpun, Sonia pasti sudah berlari dan menghalangi Selena untuk pergi.

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 59 PENYESALAN TERLAMBAT

    Sudah 2 hari berlalu sejak Selena tidak muncul di kantor. Semua pekerjaannya menumpuk di meja tanpa ada kabar akan kehadirannya. "Yu, Selena masuk ga hari ini?" tanya Pak Dimas. "Ayu ga tau, Pak." "Aneh, sejak di lamar Bos Kecil kok dia malah ngilang gitu, apa udah siap-siap jadi ibu rumah tangga ya?" "Ih, Pak Dimas kok mikir begitu. Lagipula Mbak Selena bukan tipe orang kaya gitu," jawab Rahayu. "Dia sih workaholic, tapi coba dipikir deh, Yu. Kalau uda dapet orang kaya kan, memang ga usah kerja." "Ehm,ehm...." Pak Dimas menoleh mencari arah suara dehaman tersebut. "Hai Selena!" sapa pak Dimas pada Selena yang tidak sengaja mendengar pembicaraannya dari belakang. Selena hanya menatap Pak Dimas dengan sinis. "Rahayu, temui saya di kantor," kata Selena yang langsung berjalan menuju kantor pribadinya. "Permisi, pak," pamit Rahayu. Rahayu segera berjalan mengikuti Selena ke kantor pribadinya. Sesungguhnya Rahayu sudah tahu kalau Selena berdiri di belakang Pak Dimas cukup lama,

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 60 KEPASTIAN

    "Mon? Lo uda siap?" tanya Arya yang sedang menyiapkan kameranya sejak tadi."Udah dari tadi. Nungguin lo bersihin alat. Lo ga pernah bersihin kamera setiap kali kita pulang, dan lo selalu bersihin mepet-mepet pas kita mau pergi," keluh Raymond yang sudah menunggu dari tadi."Hahaha, abis kalau pulang dari hutan, bawaanya pingin istirahat. Cape, Nyet. Elo sendiri begitu sampe Jakarta juga ga pernah bantuin gue.""Jangan salahin gue. Gue mau aja bantuin lo, tapi dari dulu, lo paling anti kalau ada orang yang pegang peralatan lo, jadi jangan salahin gue," jawab Raymond sambil menyalakan rokok yang dari tadi sudah digigitnya."Eh, temen lama lo balik lagi?" tanya Arya sambil menunjuk rokok di ujung bibir Raymond."Daripada gue gila, lagian ini kan temen lo juga," jawab Raymond."Gue uda berenti sih, uda dua bulan, off sama sekali. Tapi, pagi ini gue temenin deh, bagi," jawab Arya sambil meminta sebatang rokok dari Raymond."Enak aja, ga boleh. Lo masih punya masa depan, ga kaya gue," jawab

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 61 BERITA MALAM

    Selena tidak dapat melupakan apa yang dikatakan Pak Wahyu tadi siang. Kakinya telah melangkah pergi, tetapi pikirannya tidak beranjak dari kedai kopi tempat mereka berbincang. Sejak siang hari hingga sore ini Selena sudah berusaha memusatkan seluruh konsentrasi pikirannya hanya untuk pekerjaan, tetapi otakknya selalu bergumam memikirkan sebuah kata, "kepastian". Ucapan Pak Wahyu memang ada benarnya. Selena memang tidak dapat menggantungkan begitu saja hubungannya dengan Raymond. Dipandanginya cincin yang masih tersemat di jari manisnya. Sudah hampir 6 bulan cicin itu melingkar di jarinya dan hampir tidak pernah dilepaskannya. Sekarang? Dengan situasi seperti ini? Siapkah Selena untuk melepaskannya? Selena mengingat kembali semua yang terjadi di hotel itu. Kekecewaan yang kembali datang seiring dengan kembalinya memori kejadian di malam itu. Sudah seminggu Selena berhasil kabur dari kenyataan, kenyataan kalau dia harus memberikan sebuah kepastian. Tetapi mau tidak mau, perkataan Pak

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 62 HILANG

    "Selena, boleh Mama masuk?" Mama mengetuk pintu kamar Selena, sambil membawakan makan siang untuknya.Sudah beberapa kali Mama mengetuk pintu kamar Selena, tetapi tetap tidak ada jawaban. Sudah berhari-hari Selena seperti ini dan membuat Mama merasa khawatir hingga pada akhirnya Mama memberanikan diri untuk membuka pintu kamar Selena and segera masuk.Hari-hari ini begitu gelap untuk seorang Selena Audrey. Setelah permberitaan tentang kecelakaan Raymond, Selena hanya dapat terbaring di ranjang apartemennya, meratapi kejadian-kejadian yang terjadi begitu cepat dalam hidupnya. Tatapannya kosong mencerminkan suasana hatinya yang penuh bercampur rasa penyesalan. Walaupun beberapa box tissue sudah di habiskannya, tetapi air matanya tetap tidak dapat mengering."Selena, makan dulu, Mama sudah buatkan sup hangat," kata Mama sambil duduk di kursi sebelah tempat tidur Selena.Selena menggelengkan kepalanya, sudah hampir 2 hari, ia tidak menelan apapun. Wajahnya semakin pucat dan kondisi itu mem

Bab terbaru

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 90

    Andrea menaruh dagunya tepat pada topangan tangannya. Sambil memandangi bulan yang bersinar indah, pikirannya melayang-layang entah kemana. Diambilnya kedua amplop yang berada di atas meja belajarnya. Sebuah amplop coklat berisi panggilan test beasiswa yang akan menjadi masa depannya, dan satu amplop lagi yang sudah berisi surat pengunduran dirinya yang akan diberikannya pada Daniel esok hari. "Mungkin memang sudah jalannya, ini yang terbaik, Andrea, yang terbaik," bisik Andrea untuk menghibur dirinya sendiri. Sesungguhnya Andrea ingin keluar saat semuanya selesai, tetapi perkataan Daniel tadi siang membuatnya sadar. Seberapa lamanya Andrea berada di sisi Daniel untuk membantunya, pada akhirnya ia memang harus meninggalkannya. Saat ini, atau nanti, tidak menjadi masalah. "Tok..., tok...,tok...," pintu kamar Andrea berbunyi. "Masuk," kata Andrea mempersilahkan bapak untuk masuk kamarnya. "Dea, Bapak bikinin teh hangat untuk kamu," kata Bapak sambil menaruh segelas teh di atas meja

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 89

    Tanganku mulai merogoh ke dalam saku jas, mencari benda yang dengan susah payah kudapatkan hari ini. Aku tahu, pengumumannya sudah keluar dan kami kalah. Agak berat untuk diterima, tapi, sama seperti apa kukatakan sebelumnya... aku tidak peduli. Aku sudah berusaha dan tetap akan berusaha lebih keras lagi. Bagaimanapun juga, aku akan mencari cara agar kita berdua dapat keluar dari jeratan Madam Devil. Aku tahu, perjuanganku masih sangat panjang. Tapi saat ini, ada hal penting yang harus kulakukan. Dan aku tidak mau menundanya lebih lama. Ok, Steven! Sekarang, kamu tinggal mengatakannya. Sandra Bayu Hutama, maukah engkau menikah denganku? Mudah bukan? Tapi...tunggu! Apa cukup jika hanya denga kata-kata seperti itu saja? Apa aku harus menambahkan sedikit kata-kata yang lebih poetic agar peristiwa ini lebih berkesan? Sandra, o sayangku...? Hiiiii, kenapa itu terdengar menjijikan, kurang manly, dan... oh Shit!! Komohon, otak... jangan malas! Ayo bantu aku! Apa yang harus kukatakan padanya?

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 88

    "Andrea, gue udah nungguin lo dari tadi, eh.., baru nongol sekarang," kata Pak Mamat divisi ME di rumah sakit ini. "Sorry Pak, tadi pagi bu Novi sudah ngabarin, cuma saya aja yang kelupaan," jawab Andrea sambil mengatupkan kedua tangannya sebagai tanda permintaan maaf. "Ya udah, nih, barang lo udah gue benerin. Cek dulu aja!" kata Pak Mamat sambil memberikan sebuah raket listrik alat penangkap nyamuk pada Andrea. Andrea segera mencari nyamuk kecil yang sudah sejak tadi berdenging di telinganya. Diayunkannya raket itu dan dengan seketika, suara keras dan kilatan listrik muncul dari alat tersebut. "TEK!" bunyi keras muncul ketika alat itu mengenai seekor serangga. "Tuh, udah bagus kan? Gue bilang juga apa," kata Pak Mamat begitu melihat alat itu sudah kembali berfungsi dengan baik. "Makasih Pak. Ng..., saya harus bayar berapa untuk biaya perbaikannya?" tanya Andrea. "Ah, Ga usah, raket lo sih masih bagus, cuma baterenya aja yang melendung. Pas kemaren ada tetangga yang raket nya

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 87

    Baru satu jam ia resmi bekerja dengan Daniel, Andrea mulai menyesali keputusannya. Baru saja ia memberikan surat pengunduran diri pada Bu Novi, Daniel sudah menyeretnya pergi tanpa memberikannya waktu untuk mengucapkan selamat tinggal kepada rekan-rekan lainnya. Andrea masih tidak enak hati melihat kegundahan di hati bu Novi, sepertinya perempuan malang itu akan menerima banyak komplain hari ini karena pengunduran diri Andrea yang serba tiba-tiba. Untung saja, foto bersama Daniel Leo, cukup dapat menghibur hati Bu Novi di hari buruknya ini.Dan sialnya, bagi Andrea, kejadian buruk di hari ini masih akan terus berlangsung. Melihat Daniel berjalan keluar rumah sakit, beberapa fans dan wartawan sudah menunggunya di koridor luar rumah sakit."Daniel!!!" teriak mereka memanggil nama idola mereka.Melihat kerumunan banyak orang, Andrea merasa begitu tidak nyaman. Ia ingat terakhir kali ia betemu dengan fans-fans Daniel, kejadian yang berakhir dengan perundungan menyebalkan. Setelah beberapa

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 86

    " dalam kepalaku, aku tidak akan pernah membuatnya menghentikan langkahku. Tidak hari ini, tidak juga nanti. "Selamat sore, hadirin yang terhormat, salam sejahtera bagi kita semua," salamku untuk memulai presentasi hari ini. "Sttt... ga salah ya? Speaker personnya Ruanna masih muda banget!" "Iya, padahal aku berharap Anna Gunadi sendiri yang akan presentasi hari ini. Aku sudah menunggu penampilannya." "Yah, padahal kukira Anna Gunadi sendiri yang akan presentasi mewakili bironya. Tahunya orang lain. Aneh, mengapa mereka mempercayakan presentasi penting seperti ini pada anak kecil itu? " "Atau mungkin mereka sudah pasrah... Tapi masa sih? Sekelas Anna Gunadi pasrah begitu saja? Tapi, aku ngerti sih, kalau mereka takut dengan Architext." Aku mendengar banyak bisikan ketika mereka melihatku berdiri di tengah panggung. Aku tidak tersinggung. Benar-benar tidak tersinggung. Hahaha... memang tidak perlu tersinggung jika mereka memanggilku dengan sebutan anak kecil atau anak baru. Toh, a

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 85

    Dug... dug... Dug... dug... Dug... dug... "Waaaa... plok...plok… plok..." Dug... dug... Dug... dug... , ok? Setelah membereskan ruangan ini dan membangunkan 'kucing' malas itu," katanya sambil memandang Cat. "Ok!" kataku sambil berjalan keluar mengikuti panitia. "Hei Sandra, break a leg!" sahut Steven sebelum aku meninggalkan ruangan. Hahaha, Sialan... apa dia berharap aku naik panggung untuk menyanyi atau menari balet? Dia tidak perlu mengucapkan mantra sukses pemeran broadway sebelum mereka tampil. Tapi untuk humornya yang super random dan menghibur, kuucapkan sedikit terima kasih. Sedikit saja... ga banyak-banyak. Aku berjalan menuju ke belakang panggung. Yang ternyata hanya berjarak sekitar 10 meter dari ruangan kami bekerja. Tidak jauh, dan kuharap, Steven bisa langsung menyusulku kemari jika aku membutuhkan bantuannya. "t right now!"

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 84

    "It's not her fault...!" kataku untuk menurunkan tensi di ruangan ini. "It Is NOT her fault?" tanya Steven seolah-olah tidak percaya dengan perkataanku. Kini matanya beralih padaku, ia memandangku begitu tajam. Ok, kini amarahnya juga berpaling padaku. "Sandra! Kumohon, jangan belain dia lagi. Sejak awal, kalau kamu mendengarkanku..., kalau kamu tidak memasukkan dia dalam team ini, maka semua kejadian ini tidak akan terjadi!" "Kamu benar, aku setuju," kataku sambil memandangi Cat. Berharap kemarahan Steven beralih padaku. Berharap, jika ia melupakan anak itu sebagai luapan emosinya. "Ya, kuakui ini salahku! Silahkan marah padaku! Aku akan menerima semua amarahmu. Tapi..., tidak sekarang, ok? Karena daripada kita menghabiskan waktu untuk marah, untuk berkelahi dan menyalahkan satu sama lain, bisakah kita memikirkan, rencana apa yang harus dilakukan kedepan?" "ak pada kita. Mereka tidak akan mentolerir kasus plagiarisme. Mereka sudah menyelidiki desain yang dikumpulkan Tyo. Jo sebelum

  • PENGGARIS SEGITIGA   BAB 83

    "kata seorang karyawan yang sedang merapihkan barang pajangan di etalase depan. "Iya,Kuakui, aku memang tidak berencana melamarnya hari ini. Sejak lama aku berpikir tentang hubungan kami, dan segala hal yang terjadi di antara kami berdua. Betapa dia begitu berbeda dengan perempuan-perempuan lain yang pernah mengisi hidupku. Seorang di luar akal sehat. Dia tulus, dan apa adanya, dia mengucapkan semua yang ada di hatinya. Dia tidak bisa berbohong, dan yang paling penting, dia wanita bodoh yang tidak pernah meninggalkanku. Siapa yang dapat menduga, jika dia memutuskan untuk kembali, saat kupikir dia akan pergi meninggalkanku senidirian. Dia... dia tidak gentar dengan besarnya masalahku, dia tidak mengatakan apapun tentang dendamku. Dia tidak memintaku untuk memilih antara dirinya atau ambisiku. Dia selalu berdiri di sampingku, menemaniku, bahkan saat aku membenci diriku sendiri, saat aku kesepian. Saat tidak ada satupun yang sanggup bersamaku, wanita cantik itu tidak meninggalkanku sen

  • PENGGARIS SEGITIGA   Bab 82

    ""Jam tiga lebih empat puluh lima menit. Ok I get it. Oh, satu lagi... Architext, mereka dapat urutan berapa? Kurasa akan sangat menarik untuk melihat presentasi mereka lebih dahulu. Kita bisa mengambil apa yang baik, lalu bisa membuat strategi untuk melawan mereka." "an mereka?" "Sepertinya begitu," jawabku pasrah. " Hahaha... ya sudahlah..., nanti kita lihat lagi situasinya seperti apa." "Ok, Steven." "Ng... Sandra! Sayang, ini masih pagi, belum jam sepuluh juga. Aku pergi beli sarapan sebentar. Kamu mau makan apa?" "Oh...," jawabku bingung. Sebenarnya aku sedikit mengharapkan Steven untuk kembali ke sini secepatya. Aku tidak peduli betapa laparnya diriku, aku hanya ingin dia menemaniku. Tapi..., biasakah aku memintanya untuk selalu ada di sisiku? Bisakah aku bertindak begitu egois? Walaupun hanya untuk hari ini saja, karena ini hari yang penting untukku, tapi.... "Sayang...? Sandra sayang? Aku beneran lapar," lanjut Steven. "Kamu tidak keberatan jika aku pergi makan sebentar

DMCA.com Protection Status