Beranda / Fantasi / PENDEKAR Sabda JAGAD / Bab 181. PASUKKAN TERKUTUK

Share

Bab 181. PASUKKAN TERKUTUK

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-05 18:53:33

"HAAHH..!!!"

Seluruh pasukkan sisa pasukkan pemberontak yang tersisa keluarkan seruan terkejut, seolah tak percaya. Namun mereka memang melihat Eyang Balatapa tak berada di antara mereka lagi.

Ya, akhirnya dengan gemetar dan nyali gentar, pasukkan pemberontak yang kini telah terkepung oleh pasukkan Pallawa itu membuang senjata mereka ke tanah.

Lalu mereka jatuhkan kedua lutut di tanah, sebagai tanda telah menyerah!

"HUAAHHH..!! Kita menang..!! Hidup Pallawa..!!"

Seketika seruan lantang penuh kegembiraan pasukkan Pallawa bergemuruh, di area perbatasan wilayah Grandala itu.

Sementara Eyang Cakradewa nampak bersila di sisi mayat sahabatnya, wajahnya nampak sangat muram dan berduka. Hatinya penuh memohon pada para dewa, agar jiwa sahabatnya itu mendapatkan ketenangan dan kedamaian di alam kelanggengan.

'Tenanglah di alam sana sahabatku Shindupalla. Aku akan meneruskan perjuanganmu hingga tetes darah terakhirku', bisik bathin Eyang Cakradewa.

Akhirnya pasukkan Pallawa di wilayah perbatasan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 182. MEMANTAU DAN KEDATANGAN

    'Mudah saja Arya! Kau tinggal lecutkan 'Cambuk Guntur Samudera' sebanyak 5 kali ke permukaan Muara Sewu Sedha itu! Maka semua anggota Pasukkan Terkutuk akan bangkit kembali!' jelas suara sang Penguasa Kegelapan.'Baik Eyang Maha Guru! Arya akan lakukan itu besok malam, seperti perintah Eyang Maha Guru', sahut bathin Arya mantap.'Ketahuilah Arya! Pasukkan Terkutuk itu dahulunya adalah pasukkan bentukkan Ksatria Iblis Neraka pertama Nalada! Mereka ditenggelamkan oleh para Dewa dan di hujani dengan petir, hingga seluruhnya mati serentak di dasar muara itu! Itu terjadi setelah Nalada dikalahkan oleh Ksatria Semesta di masa itu yang bernama Satyaka!''Wah! Lalu kenapa Arya bisa membangkitkan mereka kembali Maha Guru?!''Itu tak lain karena 'Cambuk Guntur Samudera' itu Arya! Mereka hanya akan tunduk dan patuh pada pemilik cambuk pusaka itu! Mereka akan menganggap pemilik 'Cambuk Guntur Samudera' sebagai pemimpin mereka, dan mereka akan memanggilmu Nalada! Tak usah kau permasalahkan ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 183. MUARA SEWU SEDHA

    'Siapa pemuda yang mencari mati itu?!' bathin para penduduk sekitar muara, seraya menatap penuh kengerian pada Pranata.Ya, penghuni sekitar muara dan hampir seluruh penduduk wilayah Pralaya, memang telah sejak dulu tak berani sesuka hati berlayar di atas muara Sewu Sedha itu. Karena kejadian-kejadian mengerikkan yang kerap terjadi di muara itu.Ya, seringkali terjadi tiba-tiba sebuah perahu atau orang tenggelam tanpa sebab. Bahkan ada juga para pencari ikan di tepian muara itu, yang tiba-tiba tertarik dan tenggelam di muara itu. Dan kesemua korbannya rata-rata tak pernah muncul ke permukaan muara, atau pun ditemukan oleh penduduk sekitar.Demikianlah hal-hal yang membuat penduduk sekitar muara Sewu Sedha, bahkan seluruh penduduk wilayah Pralaya enggan dan tak berani, untuk berlayar di atas muara yang tampak sunyi namun ganas itu.Dan hal yang menambah kengerian penduduk sekitar muara itu adalah, fenomena yang terjadi beberapa waktu terakhir ini.Ya, kini hampir setiap senja menjelang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 184. PECAHNYA MALAM

    "Jaluu! Kirana..! Hahahaaa! Turunlah kemari..!" teriak seseorang berpakaian putih, yang nampak sedang nangkring di pucuk pohon tinggi di dekat perbatasan wilayah Pralaya."Wah! Eyang sepuh Bardasena memang selalu bikin terkejut saja. Hhh!" seru Jalu menghela nafas gemas. Saat dia mengenali sosok yang sedang asik minum arak di pucuk pohon itu adalah Eyang Bardasena.Taph! Taph!Jalu dan Kirana segera melesat dan mendarat di bawah pohon rindang itu, yang dijadikan tempat nangkring oleh Eyang Bardasena. Eyang Bardasena pun menyusul turun menghampiri Jalu dan Kirana."Salam Eyang sepuh," ucap Jalu seraya mencium tangan Eyang Bardasena, hal yang diikuti oleh Kirana. Sementara Wali langsung melesat kembali ke angkasa, dia lebih senang mengudara saat itu dan mengawasi wilayah sekitar situ.Sebuah lokasi yang cukup indah dan tak terlalu lebat memang, sangat cocok untuk bermalam dan membakar perapian. Jalu langsung memutuskan hendak bermalam di tempat itu, karena dia memang pada dasarnya lebi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 185. BANGKITNYA PASUKKAN TERKUTUK

    Khraa-Blaammpsshhk.!!!Langit yang berada diatas muara Sewu Sedha pecah dahsyat menggelegar, dalam gemuruh yang teramat menggetarkan.Lalu muncul pusaran awan hitam pekat raksasa di langit, pusaran awan hitam itu terus meluas, hingga keluar dari area muara Sewu Sedha. Radius pusaran raksasa awan hitam pekat yang terbentuk itu, bahkan sampai menaungi pinggiran kota kadipaten Pralaya..! Ngeri..!Kilatan-kilatan sambaran halilintar besar muncul bagaikan akar pohon yang kusut di angkasa. Dengan suara guntur menggelegar sambung menyambung pekakkan telinga, getarkan dada, dan ciutkan nyali.Ya, malam itu bagai berubah menjadi gelap gulita melebihi gelapnya gua tanpa cahaya. Hanya guntur yang berkeredapan, menerangi dengan kilatan-kilatannya di langit. Badai angin gelap juga turut menambah kengerian penduduk di sekitar Muara Sewu Sedha, hingga ke pinggiran kadipaten Pralaya. Sungguh menggegerkan..!"Ahh..! Mau kiamatkah malam ini..?!""Biyuunngg..!""Duh Gusti..!!""Jagad Dewa Bathara..!!"S

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 186. BERBALAS SIASAT

    "Pusaka itu adalah Pedang Semesta..! Pusaka yang merupakan gabungan antara Pedang Bumi dan Pedang Langit, Pranata. Ksatria semesta sekalipun belum tentu bisa memiliki pusaka para Dewa itu," ujar Eyang Bardasena dengan wajah muram.Ya, Eyang Bardasena merasa pesimis, jika ada di antara para pendekar pihak pasukkan Pallawa, yang memiliki pusaka Pedang Semesta itu."Tetaplah kita yakin akan kemurahan para Dewa Eyang sepuh. Pemilik 'Cambuk Guntur Samudera' itu bernama Arya, musuhku sejak kecil. Pasti akan ada jalan untuk mengatasinya," ucap Jalu tersenyum.Ya, Jalu belum mau membuka diri, bahwa dia telah memiliki Pedang Semesta itu pada Eyang sepuh itu."Baiklah Jalu, Kirana. Sebaiknya aku bersama Pranata segera menuju ke kerajaan Pallawa sekarang juga, untuk mengabarkan hal genting ini," ucap Eyang Bardasena serius."Baik Eyang sepuh. Jalu dan Kirana akan merapat pada pasukkan kerajaan pada saatnya nanti. Biarlah kami mengawasi lebih dekat tentang pasukkan mayat hidup itu," sahut Jalu."

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 187. TERKEPUNG DAN TERCULIK

    "Ahh! Tu-tuan Arya. Paling tidak saya butuh waktu 7 hari untuk menyelesaikan pembuatan pelindung itu," sahut gugup sang pandai besi."Tidak bisa..! Baiklah kutambahkan waktumu membuatnya menjadi empat hari, karena lima hari lagi pasukanku akan bergerak! Jika pesananku belum selesai pada waktunya, maka kau dan keluargamu akan lenyap dari dunia ini..! Camkan itu..! Pergilah!" sentak Arya mengancam, seraya mengusir pandai besi itu keluar."B-baik tuan Arya! Akan saya usahakan..!" seru gugup ketakutan sang pandai besi itu, seraya bergegas keluar dari ruangan itu.'Dasar orang jahat! Semoga para Dewa menghukummu Arya..!' bathin sang pandai besi, memaki geram pada Arya. Karena baginya, pekerjaan yang dibebankan Arya sangat diluar batas kemampuan pandai besi mana pun juga.'Aku harus segera menghubungi seluruh rekanku, untuk memenuhi pesanan dari orang gila itu! Jika tak selesai pada waktunya, aku akan lari ke wilayah lain saja bersama keluargaku..!' bathin sang pandai besi lagi. Dia pun mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 188. MURKA SANG KSATRIA

    "Hiaahh..! Pedang Bumi..!"Jalu berseru keras panggil Pedang Bumi, seraya hantamkan kakinya ke bumi. Jalu memang belum hendak meladeni habis-habisan pertarungannya saat itu, namun bukan berarti dia tak ingin memberi 'peringatan keras' pada seluruh pasukkan musuhnya itu.Daambhks..!! Grreghks..!Bumi berguncang keras di kedalaman area markas besar pasukkan pembrontak itu. Bagaikan terdapat seekor Naga di kedalaman bumi.Beberapa barak pasukkan serta pepohonan pun ambruk roboh, akibat getaran bumi dahsyat yang terjadi. Bumi bergoyang bagaikan ayunan saja layaknya. Tanah retak menjalar pun nampak terjadi.Brukh! Brught! ... Bruaakkh..!!"GILAA..! GEMPAAA..!!""Edann..!""Tobat..!"Seruan-seruan panik, ketakutan, disertai berjatuhannya para anggota pasukkan yang tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya terjadi.Namun anehnya, Pasukkan Terkutuk tak mengeluarkan suara ketakutan sedikitpun. Mereka tetap berdiri tegak menatap Jalu dengan sepasang mata putih mereka. Ya, perasaan mereka semua mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 189. ISTANA KEGELAPAN

    BLAAMMPSSHKK..!!!Bumi dititik pukulan Jalu ambyar, amblas, berlubang, dan berguncang dahsyat. Puluhan anggota pasukkan pemberontak lagi meregang nyawa, akibat terkena sambaran pukulan 'Murka Jagad' yang dilepaskan Jalu.Sementara Banakeling, Jatawang, dan Halaka hanya terpaku diam tanpa ekspresi melihat bekas tempat mereka berdiri, yang kini berlubang besar dan dalam, dengan retakkan tanah rengkah lebar menjalar. Markas besar pasukkan pemberontak sungguh porak poranda, akibat murka Jalu seorang saja."Lepaskan..!!" seru pemimpin pasukkan pemanah, yang rupanya berhasil menghimpun sebagian pasukkannya.Spraths! Splath! ... Spratzt!! Ratusan anak panah melesat bak hujan deras ke arah Jalu.Namun tentu saja hal itu sia-sia belaka! Ratusan anak panak yang dilepaskan pasukkan pemanah itu luruh, patah, dan ambyar, saat menerpa tabir bola keemasan yang menyelubungi sosok Jalu.Sadar percuma mengumbar kemurkaan di tempat itu. Sosok Jalu yang berada dalam bola cahaya keemasan lalu melesat cepa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07

Bab terbaru

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 250. PENDEKAR RAMBUT EMAS

    "Ayo..! Pasang semua umbul dan panji yang masih belum terpasang..! Sebelum para tamu undangan berdatangan siang nanti!Jangan sampai kita di anggap tak siap merayakan hari berdirinya sekte Rajawali Emas yang keenam ini..!" seru Panji mengingatkan para anggota sekte Rajawali Emas, yang bertugas memasang umbul-umbul serta panji-panji sekte Rajawali Emas di sekitar markas.Umbul serta panji sekte Rajawali Emas itu bahkan dipasang hingga sepanjang pohon-pohon di tepi jalan, yang merupakan akses menuju ke markas sekte Rajawali Emas.Hingga saat tiba waktu menjelang siang. Para tamu undangan dari berbagai sekte, para pendekar non sekte, perwakilan ataupun pihak kerajaan dari tiga tlatah, bahkan hingga para tokoh sepuh dunia persilatan, telah mulai berdatangan memasuki markas sekte Rajawali Emas.Ya, siapa yang tak mengenal dan tak mendengar kebesaran nama serta sepak terjang para anggota sekte Rajawali Emas. Sekte yang menyandang nama harum di dunia persilatan, maupun di hati para penduduk T

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 249. HEBOH DAN RASA BERSALAH

    BLAPH..!Seketika kilau cahaya putih cemerlang yang menyilaukan di atas area Padang Khayangan yang tak bertepi itu pun lenyap.Kini hanya ada warna keemasan pekat di area Padang Khayangan itu. Sunyi ... angin pun bagai tak berhembus saking tenangnya.Jalu ambil posisi bersila dengan sikap teratai, perlahan dia pejamkan kedua matanya. Tak lama Jalu pun tenggelam di alam keheningan yang tercipta. Pasrah ... Mandah ... dan Berserah.*** Dan kehebohan pun terjadi di Tlatah Klikamuka.Ya, semua orang di sana ribut dan panik mencari sosok Jalu, yang bagai hilang ditelan bumi. Mereka semua yakin Jalu bisa mengatasi dan melenyapkan Arya. Karena Arya sendiri tak pernah muncul kembali, setelah duelnya melawan Jalu.Selama 7(tujuh) hari lebih seluruh orang di Tlatah Klikamuka mencari keberadaan Jalu. Mereka menyusuri dengan kapal-kapal laut hingga jauh ke laut lepas, namun tetap saja sosok Jalu tak mereka lihat dan temukan.Pada akhirnya mereka semua menyimpulkan, bahwa Jalu telah mati sampyuh

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 248. HUKUMAN SANG DEWA

    Sosok Eyang Sokatantra ambyar berkeping, terlabrak pukulan inti 'Poros Bumi Langit' milik Eyang Bardasena.Ya, bola emas berpusar milik Eyang Bardasena itu berhasil menerobos titik benturan pukulan dahsyatnya dengan pukulan milik Eyang Sokatantra.Akibatnya, dengan telak sekali bola emas yang berputar dahsyat itu menghantam dada Eyang Sokatantra. Sungguh dahsyat tak tertahankan memang power Eyang Bardasena saat itu. Kendati sesungguhnya power Eyang Sokatantra berada di atas tingkatan Eyang Barnawa dulu.Ya, keajaiban olah Pernafasan Bathara Bayu yang diperdalam Eyang Bardasena di bawah arahan Jalu, memang telah membuat peningkatan pesat pada powernya.Bahkan bisa dikatakan Eyang Bardasena kini telah memasuki ranah awal di tingkat Ksatria Semesta tingkat tak terbatas, ranah yang sama seperti halnya Jalu. Namun tentu saja power dan daya bathin Eyang Bardasena masih berada beberapa tingkat di bawah Jalu."Hukghs..!" sosok Eyang Bardasena terhuyung ke belakang, namun cepat dia kembali teg

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 247. CAKRA SEMESTA DAN LENYAP

    Wuunnggtzz..!!! Weerrsskh..!!Dengung membahana suara cakra emas yang memancarkan cahaya cemerlang terdengar. Cakra emas itu berputar menggila bukan main cepatnya.Seluruh badai angin yang berada di sekitar lokasi pertarungan itu, seketika ikut terhisap masuk dan menyatu dengan pusaran badai raksasa cakra tersebut. BADAS..!Sementara badai halilintar emas tak henti menghujani lokasi pertarungan Arya dan Jalu tersebut. Tengah laut, lokasi pertarungan dua tokoh muda tersakti di jamannya itu, seketika bagai berubah menjadi sebuah wilayah yang terkutuk. Mengerikkan..!Dan yang terdahsyat adalah terbentuknya pusaran laut mega raksasa, yang berpusat di bawah sosok Jalu melayang. Pusaran laut raksasa itu mencakup radius yang sangat luas, hingga menelan pusaran raksasa yang berada di bawah sosok Arya! Inilah kegilaan yang super gila..!"Ca-cakra Semesta..?! Ini Gila..!! Keparat kau Jalu..!!" Arya tersentak kaget dan gentar bukan main. Dia seketika teringat ucapan Maha Gurunya sang Penguasa Ke

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 246. AKHIRNYA..

    "HUAAAHHH..HH..!!!"Teriakkan bergemuruh dari pasukkan perang tiga tlatah membahana badai di pantai Parican saat itu. Dan permukaan air laut di pantai Parican yang biasanya berwarna hijau kebiruan itu, kini telah berubah total menjadi merah darah..!Patih Karna bisa mengerti siasat panglima Indrakila, dengan tidak melabuhkan kapal di pelabuhan pantai Parican. Karena rawan untuk dipakai para pasukkan tlatah Bhineka, yang hendak melarikan diri nantinya.Sungguh siasat yang cukup mematikan langkah pihak musuh. Sebuah siasat yang hanya berarti dua pilihan untuk pihak musuh, tetap menyerang dan melawan, atau mati di negeri orang..!Sungguh sebuah kesalahan fatal dari siasat dan pemikiran Panglima Besar pasukkan Bhineka, Arya.Arya tak memperhitungkan, bahwa persatuan dan persahabatan tlatah Pallawa, Klikamuka, serta Ramayana semakin bertambah solid, setelah perang besar yang terjadi 5(lima) tahun yang lalu.Arya benar-benar kurang memperhitungkan hal yang sebenarnya sangat fatal itu.***

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 245. SIASAT GILA SANG PANGLIMA

    "Bedebah kau Bardasena..! Bisakah sopan sedikit saat berbicara denganku! Simpan arakmu brengsek..!" seru marah Eyang Sokatantra.Ya, Eyang Sokatantra sangat keki dan merasa diremehkan oleh sikap Bardasena, yang berbicara dengannya sambil minum arak."Hmm. Sokatantra kita sudah sama sepuh, dan kita sudah sama tahu apa itu arti basa basi dan sikap munafik. Apa bedanya sikapku yang minum arak, dengan kata-kata makian kasarmu itu padaku! Hahahaa!" seru Eyang Bardasena tergelak, membalikkan teguran Eyang Sokatantra dengan sindirannya."Hmm. Baik Bardasena! Kita mulai saja pertarungan kita sekarang!" karuan Eyang Sokatantra bertambah keki, mendengar ucapan Eyang Bardasena yang dengan telak membalikkan teguran dengan sindiran tajamnya.Glk, glk, glk!"Baik Sokatantra! Sebaiknya kita juga bertarung agak ke tengah laut sana! Kasihan jika ada prajurit yang tewas karena pukulan kita yang meleset," ucap tegas Eyang Bardasena, menyambut tantangan Eyang Sokatantra.Slaph..!! Slaphh..!!Dua tokoh se

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 244. KEMBALI BERHADAPAN

    "MEREKA DI BELAKANG KITA..! BERSIAPLAH..!" seru lantang sang Mahapatih Suryalaga.Dia memimpin pasukkan penjaga di pantai Parican untuk mundur, agar pasukkan musuh terpancing untuk maju mengejar mereka, yang disangka gentar oleh pasukkan musuh.Cepat sekali ke 9 ribu pasukkan yang dipimpin sang patih Suryalaga tersebut membentuk barisan di sisi kiri dan kanan depan pasukkan sang Maharaja, yang telah berbaris di depan perbatasan kotaraja. Hingga Pasukkan Tlatah Klikamuka dan sekutunya kini membentuk formasi huruf 'U'.Srraakh.! Spyaarrsshk..!Sang Maharaja lolos keris pusaka 'Ki Nogo Suryo' dan acungkan keris pusaka itu ke arah langit. Seketika selarik kilatan terang melesat dari keris pusaka itu menembus awan, langit pun nampak semakin terang, walaupun matahari belum lagi menyorotkan sinar terangnya di pagi hari itu."ESA HILANG DUA TERBILANG..! PARA KSATRIA KLIKAMUKA..!! SERAANNGG..!!" seru lantang sang Maharaja, seraya acungkan 'Ki Nogo Suryo' ke arah depan dan membedal maju kudanya

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 243. M U L A I

    HUUOOONNKKHH...!!!Suara gaung terompet/sangkha bergema membahana dari tepian batas laut di pantai Parican. Suara gaungnya mengoyak kesunyian pagi, dan menembus hingga ke dinding perbatasan kotaraja Klikamuka.Ya, itulah gaung terompet/sangkha dari pihak armada perang Tlatah Bhineka, hal yang menandakan armada pasukkan Bhineka akan bergerak menyerang ke wilayah Klikamuka!"PASUKKAN BHINEKA..! MAJUU..!!" seru lantang panglima besar mereka Arya. Sebuah seruan yang dilambari power tenaga dalamnya, hingga menembus gendang telinga segenap pasukkan kapal armada tlatah Bhineka itu."MAJUU..!!""SERANNGG..!!"Seruan Arya segera di ikuti oleh seruan komando para pimpinan kapal pasukkan armadanya. Serentak seluruh armada kapal perang tlatah Bhineka meluruk maju dengan cepat, melesat menuju tepi pantai Parican untuk mendaratkan 25 ribu lebih pasukkannya.Sementara jauh di belakang armada perang Bhineka itu."ARMADA RAMAYANA..!! KEJAR DAN SERANGG MEREKA..!!" seru lantang sang Patih Karna Ekatama

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 242. ARMADA RAMAYANA MASUK

    "Heeii..! Utusan Arya keparat..! Lekas ambil surat dari Tuanmu itu, dan berikan kembali pada junjunganmu si Arya itu!" seru keras sang Maharaja Klikamuka."Ba-baik paduka..!" seru gugup sang utusan yang merasa gentar, karena dia merasa sedang berada di sarang harimau. Segera di ambil dan dilipatnya kembali surat maklumat dari junjungannya, yang kini penuh dengan ludah itu."Katakan pada junjunganmu si Arya itu! Surat maklumatnya hanyalah sampah di mata rakyat Tlatah Klikamuka ini! Cepat keluar..!" seru sang Maharaja Klikamuka murka."Ba-baik Paduka!" dengan menyahut gugup, sang utusan itu segera keluar dari istana Klikamuka. Nampak wajahnya pucat pasi, dia sadar perang tak bisa terhindarkan lagi kini.Sepanjang jalan menuju kembali ke pantai, dia mengamati kekuatan pasukkan dan perlengkapan perang Tlatah Klikamuka itu. Dan hatinya menjadi bergetar ngeri, karena ternyata jumlah pasukkan Tlatah Klikamuka setara dengan jumlah pasukkan kerajaan Bhineka!Hal yang meleset dari perkiraan jun

DMCA.com Protection Status