'Mudah saja Arya! Kau tinggal lecutkan 'Cambuk Guntur Samudera' sebanyak 5 kali ke permukaan Muara Sewu Sedha itu! Maka semua anggota Pasukkan Terkutuk akan bangkit kembali!' jelas suara sang Penguasa Kegelapan.'Baik Eyang Maha Guru! Arya akan lakukan itu besok malam, seperti perintah Eyang Maha Guru', sahut bathin Arya mantap.'Ketahuilah Arya! Pasukkan Terkutuk itu dahulunya adalah pasukkan bentukkan Ksatria Iblis Neraka pertama Nalada! Mereka ditenggelamkan oleh para Dewa dan di hujani dengan petir, hingga seluruhnya mati serentak di dasar muara itu! Itu terjadi setelah Nalada dikalahkan oleh Ksatria Semesta di masa itu yang bernama Satyaka!''Wah! Lalu kenapa Arya bisa membangkitkan mereka kembali Maha Guru?!''Itu tak lain karena 'Cambuk Guntur Samudera' itu Arya! Mereka hanya akan tunduk dan patuh pada pemilik cambuk pusaka itu! Mereka akan menganggap pemilik 'Cambuk Guntur Samudera' sebagai pemimpin mereka, dan mereka akan memanggilmu Nalada! Tak usah kau permasalahkan ha
'Siapa pemuda yang mencari mati itu?!' bathin para penduduk sekitar muara, seraya menatap penuh kengerian pada Pranata.Ya, penghuni sekitar muara dan hampir seluruh penduduk wilayah Pralaya, memang telah sejak dulu tak berani sesuka hati berlayar di atas muara Sewu Sedha itu. Karena kejadian-kejadian mengerikkan yang kerap terjadi di muara itu.Ya, seringkali terjadi tiba-tiba sebuah perahu atau orang tenggelam tanpa sebab. Bahkan ada juga para pencari ikan di tepian muara itu, yang tiba-tiba tertarik dan tenggelam di muara itu. Dan kesemua korbannya rata-rata tak pernah muncul ke permukaan muara, atau pun ditemukan oleh penduduk sekitar.Demikianlah hal-hal yang membuat penduduk sekitar muara Sewu Sedha, bahkan seluruh penduduk wilayah Pralaya enggan dan tak berani, untuk berlayar di atas muara yang tampak sunyi namun ganas itu.Dan hal yang menambah kengerian penduduk sekitar muara itu adalah, fenomena yang terjadi beberapa waktu terakhir ini.Ya, kini hampir setiap senja menjelang
"Jaluu! Kirana..! Hahahaaa! Turunlah kemari..!" teriak seseorang berpakaian putih, yang nampak sedang nangkring di pucuk pohon tinggi di dekat perbatasan wilayah Pralaya."Wah! Eyang sepuh Bardasena memang selalu bikin terkejut saja. Hhh!" seru Jalu menghela nafas gemas. Saat dia mengenali sosok yang sedang asik minum arak di pucuk pohon itu adalah Eyang Bardasena.Taph! Taph!Jalu dan Kirana segera melesat dan mendarat di bawah pohon rindang itu, yang dijadikan tempat nangkring oleh Eyang Bardasena. Eyang Bardasena pun menyusul turun menghampiri Jalu dan Kirana."Salam Eyang sepuh," ucap Jalu seraya mencium tangan Eyang Bardasena, hal yang diikuti oleh Kirana. Sementara Wali langsung melesat kembali ke angkasa, dia lebih senang mengudara saat itu dan mengawasi wilayah sekitar situ.Sebuah lokasi yang cukup indah dan tak terlalu lebat memang, sangat cocok untuk bermalam dan membakar perapian. Jalu langsung memutuskan hendak bermalam di tempat itu, karena dia memang pada dasarnya lebi
Khraa-Blaammpsshhk.!!!Langit yang berada diatas muara Sewu Sedha pecah dahsyat menggelegar, dalam gemuruh yang teramat menggetarkan.Lalu muncul pusaran awan hitam pekat raksasa di langit, pusaran awan hitam itu terus meluas, hingga keluar dari area muara Sewu Sedha. Radius pusaran raksasa awan hitam pekat yang terbentuk itu, bahkan sampai menaungi pinggiran kota kadipaten Pralaya..! Ngeri..!Kilatan-kilatan sambaran halilintar besar muncul bagaikan akar pohon yang kusut di angkasa. Dengan suara guntur menggelegar sambung menyambung pekakkan telinga, getarkan dada, dan ciutkan nyali.Ya, malam itu bagai berubah menjadi gelap gulita melebihi gelapnya gua tanpa cahaya. Hanya guntur yang berkeredapan, menerangi dengan kilatan-kilatannya di langit. Badai angin gelap juga turut menambah kengerian penduduk di sekitar Muara Sewu Sedha, hingga ke pinggiran kadipaten Pralaya. Sungguh menggegerkan..!"Ahh..! Mau kiamatkah malam ini..?!""Biyuunngg..!""Duh Gusti..!!""Jagad Dewa Bathara..!!"S
"Pusaka itu adalah Pedang Semesta..! Pusaka yang merupakan gabungan antara Pedang Bumi dan Pedang Langit, Pranata. Ksatria semesta sekalipun belum tentu bisa memiliki pusaka para Dewa itu," ujar Eyang Bardasena dengan wajah muram.Ya, Eyang Bardasena merasa pesimis, jika ada di antara para pendekar pihak pasukkan Pallawa, yang memiliki pusaka Pedang Semesta itu."Tetaplah kita yakin akan kemurahan para Dewa Eyang sepuh. Pemilik 'Cambuk Guntur Samudera' itu bernama Arya, musuhku sejak kecil. Pasti akan ada jalan untuk mengatasinya," ucap Jalu tersenyum.Ya, Jalu belum mau membuka diri, bahwa dia telah memiliki Pedang Semesta itu pada Eyang sepuh itu."Baiklah Jalu, Kirana. Sebaiknya aku bersama Pranata segera menuju ke kerajaan Pallawa sekarang juga, untuk mengabarkan hal genting ini," ucap Eyang Bardasena serius."Baik Eyang sepuh. Jalu dan Kirana akan merapat pada pasukkan kerajaan pada saatnya nanti. Biarlah kami mengawasi lebih dekat tentang pasukkan mayat hidup itu," sahut Jalu."
"Ahh! Tu-tuan Arya. Paling tidak saya butuh waktu 7 hari untuk menyelesaikan pembuatan pelindung itu," sahut gugup sang pandai besi."Tidak bisa..! Baiklah kutambahkan waktumu membuatnya menjadi empat hari, karena lima hari lagi pasukanku akan bergerak! Jika pesananku belum selesai pada waktunya, maka kau dan keluargamu akan lenyap dari dunia ini..! Camkan itu..! Pergilah!" sentak Arya mengancam, seraya mengusir pandai besi itu keluar."B-baik tuan Arya! Akan saya usahakan..!" seru gugup ketakutan sang pandai besi itu, seraya bergegas keluar dari ruangan itu.'Dasar orang jahat! Semoga para Dewa menghukummu Arya..!' bathin sang pandai besi, memaki geram pada Arya. Karena baginya, pekerjaan yang dibebankan Arya sangat diluar batas kemampuan pandai besi mana pun juga.'Aku harus segera menghubungi seluruh rekanku, untuk memenuhi pesanan dari orang gila itu! Jika tak selesai pada waktunya, aku akan lari ke wilayah lain saja bersama keluargaku..!' bathin sang pandai besi lagi. Dia pun mem
"Hiaahh..! Pedang Bumi..!"Jalu berseru keras panggil Pedang Bumi, seraya hantamkan kakinya ke bumi. Jalu memang belum hendak meladeni habis-habisan pertarungannya saat itu, namun bukan berarti dia tak ingin memberi 'peringatan keras' pada seluruh pasukkan musuhnya itu.Daambhks..!! Grreghks..!Bumi berguncang keras di kedalaman area markas besar pasukkan pembrontak itu. Bagaikan terdapat seekor Naga di kedalaman bumi.Beberapa barak pasukkan serta pepohonan pun ambruk roboh, akibat getaran bumi dahsyat yang terjadi. Bumi bergoyang bagaikan ayunan saja layaknya. Tanah retak menjalar pun nampak terjadi.Brukh! Brught! ... Bruaakkh..!!"GILAA..! GEMPAAA..!!""Edann..!""Tobat..!"Seruan-seruan panik, ketakutan, disertai berjatuhannya para anggota pasukkan yang tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya terjadi.Namun anehnya, Pasukkan Terkutuk tak mengeluarkan suara ketakutan sedikitpun. Mereka tetap berdiri tegak menatap Jalu dengan sepasang mata putih mereka. Ya, perasaan mereka semua mem
BLAAMMPSSHKK..!!!Bumi dititik pukulan Jalu ambyar, amblas, berlubang, dan berguncang dahsyat. Puluhan anggota pasukkan pemberontak lagi meregang nyawa, akibat terkena sambaran pukulan 'Murka Jagad' yang dilepaskan Jalu.Sementara Banakeling, Jatawang, dan Halaka hanya terpaku diam tanpa ekspresi melihat bekas tempat mereka berdiri, yang kini berlubang besar dan dalam, dengan retakkan tanah rengkah lebar menjalar. Markas besar pasukkan pemberontak sungguh porak poranda, akibat murka Jalu seorang saja."Lepaskan..!!" seru pemimpin pasukkan pemanah, yang rupanya berhasil menghimpun sebagian pasukkannya.Spraths! Splath! ... Spratzt!! Ratusan anak panah melesat bak hujan deras ke arah Jalu.Namun tentu saja hal itu sia-sia belaka! Ratusan anak panak yang dilepaskan pasukkan pemanah itu luruh, patah, dan ambyar, saat menerpa tabir bola keemasan yang menyelubungi sosok Jalu.Sadar percuma mengumbar kemurkaan di tempat itu. Sosok Jalu yang berada dalam bola cahaya keemasan lalu melesat cepa