"Tuan suka ya sama saya?" tanya Flora di sela sela dirinya yang mengompres lengan Veekit. Veekit membuang muka mendengar itu."Jangan kepedean kamu." sahut Veekit. Flora diam saja tersenyum lucu."Padahal kalau benar, saya senang loh tuan." ujar flora dengan polosnya."Kau..!" geram Veekit."Tidak tuan tidak." sambung flora cepat sebelum terkena amukan tuannya."Kalau saya begini, ada bonus tidak tuan?" tanya Flora menatap Veekit. Veekit mengernyit mendengarmya."Maksud kamu?" tanya Veekit bingung."Yah siapa tau ada penambahan gaji atau.." ujar flora menggantung ucapannya."Atau apa?" tanya Veekit sembari melotot."Atau diangkat jadi asisten pribadi tuan gitu.", ujar flora tersenyum manis menampilkan gigi putihnya yang rapi.Brukk..."Aduh." ringis flora ketika dirinya terguling karena Veekit yang mendorongnya.Veekit terkejut dengan perlakuan dirinya sendiri."Tuan jahat banget sih." ujar flora mencoba mendudukkan dirinya perlahan sembari mengelus bokongnya yang sakit."Kamu lagian.
"Ini yang bayar tuan kan?" tanya Flora dengan mainan matanya."Kamu." jawab Veekit semakin datar mendengar apa yang dipanikkan oleh flora. Dia pikir entah apa yang lebih penting, ternyata?Flora melotot."Saya tuan?" tanya Flora tidak percaya. Veekit mengangguk pelan."Yasudah kita pulang saja tuan, saya tidak ada uang membeli satu pakaian saja di dalam toko ini." ujar flora bergegas keluar cepat namun tangannya ditahan oleh Veekit."Cepat pilih, saya yang akan bayar." ujarnya dingin.Flora mendengus kesal."Tuan sialan!" gumamnya kesal namun samar masih terdengar."Apa yang kau katakan?" tanya Veekit menatap tajam flora."Hehe, tidak ada tuan. Saya pilih dulu ya tuan." ujar flora mengelak dan langsung menghindar untuk memilih sesuatu yang menarik di matanya."Yang mana ya?" gumam flora melihat lihat pakaian yang paling menarik di matanya. Sebenarnya, baginya ini semua menarik namun dia hanya boleh memilih satu saja kan? Syukur syukur masih dibelikan oleh bosnya."Jika kau hanya melih
"Yang jadi bos disini itu saya atau kamu?" tanya Veekit melipat tangannya di dada."Ya tuan, itu saja mengapa harus bertanya." jawab Flora malah menjadi kesal. Veekit melotot tidak percaya."Kau ini....!" geram Veekit namun berusaha menahan kekesalannya. Flora malah menatap polos dan bingung Veekit."Berani sekali kamu memerintah saya seperti tadi." Veekit berusaha mati matian untuk bersabar penuh kepada flora yang baginya sangat menguji kesabarannya. Dia jadinya hanya bisa berkata dingin saja."Yang tadi? Maksud tuan masalah nyonya hamil tadi?" tanya Flora dan Veekit hanya diam tanpa menggubris jawabannya. Flora merasa ucapannya benar."Jadi tuan merasa kesal karena berfoto dengan nyonya hamil tadi? Tuan tidak lihat dia sedang mengidam? Dia pasti tersiksa dengan itu. Tuan tidak mau membantu? Tuan tidak ikh..." Flora yang terus saja melontarkannya pertanyaan tidak menyangka karena Veekit ternyata marah karena masalah membantu ibu hamil memuaskan keinginannya. Tapi lagi lagi, kesabara
Flora berjalan dengan santainya sehabis dari ruang dapur untuk mengambil segelas air putih, bahkan gelasnya masih dia genggam dengan niat membawanya ke dalam kamarnya sebelum tidur. Flora melewati ruangan Veekit dan melihatnya sedang terduduk dengan pandangan kosong."Ada apa denganmu tuan?" tanya Flora memberhentikan langkahnya didepan Veekit yang terdiam sembari meliriknya dengan tatapan yang sulit diartikan.Veekit menggeleng pelan dengan mata yang sedikit sayu."Apa tuan baik baik saja?" tanya Flora mulai mendekati Veekit namun terhenti karena Veekit menahannya dengan kode tangan. Flora mau tidak mau harus berhenti."Saya baik baik saja, pergilah ke kamarmu." ujar Veekit dingin. Flora mengangguk pelan mendengar itu dan mulai beranjak dengan pelan menjauhi Veekit.Sesampainya di kamarnya, flora belum bisa tidur. Seperti biasanya, dia terduduk di samping jendelanya untuk kembali berperang dengan isi kepala di malam hari. Memikirkan nasib, memikirkan bagaimana masa depannya, dan terk
Buggh...Flora yang asik dengan pikirannya sendiri dan sesekali memejamkan mata sembari berjalan karena menahan malu tidak sadar akan seseorang yang berada di hadapannya.Flora menatap seseorang itu begitupun dengan orang yang dia tabrak.Deg.."Tunggu!" ucap seseorang yang dia tabrak. Flora juga menyipitkan mata untuk menatap dengan jelas seseorang yang berada di hadapannya ini."Kamu?" tanya mereka bersamaan."Flora kan?" tanya seseorang itu."Sean?" tanya Flora memastikan setelah lama mengamati."Iya ini aku." jawab mereka bersamaan."Hayy." tanpa sadar mereka saling tos tosan."Apa kabar Flo?" tanya seseorang itu yang memang benar dia adalah Sean."Baik, bagaimana denganmu Sean?" tanya balik Flora tersenyum lebar."Aku juga baik. Aku tidak menyangka kita akan bertemu disini." ujar Sean tersenyum manis."Aku juga. Sedang apa kau disini?" tanya Flora sembari menatapi keseliling Sean."Tidak ada, hanya mencari udara segar saja." jawab Sean."Apa!" pekik flora."Ada apa?" tanya Sean k
"Emm, bagaimana bisa kamu melihat saya berada di pantai larut malam begini?" tanya Veekit penasaran.Flora melirik Veekit sebentar lalu menghela nafas. Entah mengapa sulit rasanya untuk dia marah dan mendiami Veekit."Saya saat itu belum tidur. Saya duduk didekat jendela seperti biasanya namun saya tidak sengaja menatap kebawah dan menatap seseorang yang mirip dengan tuan. Lalu saya keluar untuk memeriksanya dan ternyata benar, tuan tidak berada di kamar ini tapi tuan yang saya lihat itu." jelas flora Jujur. Veekit mengangguk pelan mendengarnya."Kamu suka didekat jendela seperti biasanya?" tanya Veekit mengutip kata kata Flora.Flora menggangguk."Saya memang suka duduk setiap malam di dekat jendela." jawab Flora santai."Ngapain kamu?" tanya Veekit."Tidak ada, hanya merenung saja jika tidak bisa tidur. Sudahlah itu tidak penting." ujar flora malas membahas itu. Dia cukup tidak suka jika orang orang terlalu membahas dirinya."Itu penting. Jika kamu gila karena menyendiri seperti itu
"Sebentar tuan." ujar flora menyipitkan mata menatap kemeja Veekit."Dasi tuan sedikit kurang rapi." ujar flora sembari merapikan dasi Veekit. Veekit mengamati flora dengan diam."Apa kau mau menjadi asisten pribadiku?" tanya Veekit tiba tiba. Flora yang mendengar langsung menatap Veekit."Gajinya besar?" tanya Flora dengan polosnya.Ting.."Aduh!" ringis flora karena Veekit menyentil dahinya."Tidak jadi, kau tidak tulus." ujar Veekit malas lalu langsung berlalu pergi."Dasar tuan sialan. Padahal, aku sudah berharap menjadi asistenmu." gerutu flora mengingat jika dia menjadi asisten Veekit maka dia bisa mendapatkan gaji yang lebih besar dan bonusnya, dia bisa terus dekat dengan Veekit kan? Hahahah..Waktu terus berputar, flora sudah selesai dalam pelatihan menarinya dan sekarang dia tinggal menunggu Veekit menjemputnya agar mereka bersama-sama menemui tante Amilia yang sudah menunggu mereka di tempat yang sudah ditentukan.Menunggu sekitar 15 menit, akhirnya Veekit sampai dengan meng
Hari sudah benar benar gelap, flora menatap jalanan dari kaca mobil dengan tenang. Sementara Veekit fokus menyetir mobil dengan sesekali melirik flora."Wahh." tiba tiba saja flora menyeru dengan girang dan kagum. Veekit dengan cepat menatap apa yang ditatap oleh flora."Kamu mau kesana?" tanya Veekit saat tau jika flora kagum melihat perkumpulan ramai semacam pasar malam.Flora melirik Veekit. Ingin rasanya dia mengangguk dengan semangat namun rasanya ragu. Dia memikirkan jika Veekit pasti lelah seharian dengan kesibukannya.Veekit diam menatap flora yang hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan darinya. Namun tanpa berpikir panjang, Veekit langsung meminggirkan mobilnya dan memarkirkannya. Flora kaget menatap apa yang dilakukan Veekit."Sudah ayo turun!" seru Veekit selesai memarkirkan mobilnya dan mematikan mesin nya."Tuan serius?" tanya Flora ragu."Yasudah kita pulang saja." ancam Veekit memutar bola matanya malas."Eh jangan tuan, yasudah ayo turun!" sahutnya cepat. Mungkin Ve