Tante, apa yang terjadi? Mengapa Tante menangis?" tanya Flora panik karena Amilia yang kembali menangis."Floraa...Anak tante...hiks hiks.." tangis Amilia menyebut anaknya kembali."Ada apa dengan anak Tante?" tanya Flora merasa khawatir."Orang kepercayaan Tante yang Tante perintahkan untuk mengawasi Akila mengabari jika dia sedang berada di kota ini. Tante tidak tau ingin berekspresi bagaimana lagi. Tante rasanya ingin menemuinya dan memeluknya namun Tante tau Tante pasti akan ditolak, hiks hiks." jelas Amilia dengan tangisannya.Flora mendengarnya terdiam. Flora merasa iba melihat Amilia yang begitu sedih dan merindukan anaknya. Flora bisa membayangkan bagaimana perasaan yang Amilia rasakan."Flora bisa melakukan sesuatu Tante." ujar flora tiba tiba. Amilia menatap Flora dengan air mata yang berhenti sejenak."Melakukan apa Flo?" tanya Amilia bingung."Bagaimana jika flora mendekati Akila untuk berteman dengannya? Perlahan flora akan bantu Akila sebisanya untuk kembali kepada Tante
Flora lalu menatap Akila. Tatapan yang terlihat polos. Dia bisa melihat Akila yang mirip sekali dengan Amilia. Flora juga sadar jika Akila ingin sangat cantik seperti Amilia, namun karena penampilannya yang menyeramkan membuat orang tidak terlalu menyadari itu."Te.. terimakasih ya." ujar flora berpura pura gugup. Akila mengangguk lalu kembali menyantap makanan miliknya dengan perlahan."Maaf ya." ujar Flora menyambung kembali pembicaraan. Akila kembali melirik flora dengan tanda tanya."Maksud aku, karena aku kau jadi tidak punya minum lagi. Biar aku belikan saja ya sebagai gantinya." ujar flora tersenyum manis."Tidak perlu, aku bisa beli sendiri." ujar Akila tanpa berekspresi.Flora mengangguk kecil."Kita boleh berkenalan. Kau terlihat sangat baik." ujar flora tanpa melunturkan senyumnya.Akila melirik flora dengan heran. Apa katanya tadi? Terlihat sangat baik? Lucu sekali, pikirnya."Aku tidak baik." sahut Akila singkat."Bagiku kau baik. Kau sudah membantuku. Bolehkan kita berke
"Tuan suka ya sama saya?" tanya Flora di sela sela dirinya yang mengompres lengan Veekit. Veekit membuang muka mendengar itu."Jangan kepedean kamu." sahut Veekit. Flora diam saja tersenyum lucu."Padahal kalau benar, saya senang loh tuan." ujar flora dengan polosnya."Kau..!" geram Veekit."Tidak tuan tidak." sambung flora cepat sebelum terkena amukan tuannya."Kalau saya begini, ada bonus tidak tuan?" tanya Flora menatap Veekit. Veekit mengernyit mendengarmya."Maksud kamu?" tanya Veekit bingung."Yah siapa tau ada penambahan gaji atau.." ujar flora menggantung ucapannya."Atau apa?" tanya Veekit sembari melotot."Atau diangkat jadi asisten pribadi tuan gitu.", ujar flora tersenyum manis menampilkan gigi putihnya yang rapi.Brukk..."Aduh." ringis flora ketika dirinya terguling karena Veekit yang mendorongnya.Veekit terkejut dengan perlakuan dirinya sendiri."Tuan jahat banget sih." ujar flora mencoba mendudukkan dirinya perlahan sembari mengelus bokongnya yang sakit."Kamu lagian.
"Ini yang bayar tuan kan?" tanya Flora dengan mainan matanya."Kamu." jawab Veekit semakin datar mendengar apa yang dipanikkan oleh flora. Dia pikir entah apa yang lebih penting, ternyata?Flora melotot."Saya tuan?" tanya Flora tidak percaya. Veekit mengangguk pelan."Yasudah kita pulang saja tuan, saya tidak ada uang membeli satu pakaian saja di dalam toko ini." ujar flora bergegas keluar cepat namun tangannya ditahan oleh Veekit."Cepat pilih, saya yang akan bayar." ujarnya dingin.Flora mendengus kesal."Tuan sialan!" gumamnya kesal namun samar masih terdengar."Apa yang kau katakan?" tanya Veekit menatap tajam flora."Hehe, tidak ada tuan. Saya pilih dulu ya tuan." ujar flora mengelak dan langsung menghindar untuk memilih sesuatu yang menarik di matanya."Yang mana ya?" gumam flora melihat lihat pakaian yang paling menarik di matanya. Sebenarnya, baginya ini semua menarik namun dia hanya boleh memilih satu saja kan? Syukur syukur masih dibelikan oleh bosnya."Jika kau hanya melih
"Yang jadi bos disini itu saya atau kamu?" tanya Veekit melipat tangannya di dada."Ya tuan, itu saja mengapa harus bertanya." jawab Flora malah menjadi kesal. Veekit melotot tidak percaya."Kau ini....!" geram Veekit namun berusaha menahan kekesalannya. Flora malah menatap polos dan bingung Veekit."Berani sekali kamu memerintah saya seperti tadi." Veekit berusaha mati matian untuk bersabar penuh kepada flora yang baginya sangat menguji kesabarannya. Dia jadinya hanya bisa berkata dingin saja."Yang tadi? Maksud tuan masalah nyonya hamil tadi?" tanya Flora dan Veekit hanya diam tanpa menggubris jawabannya. Flora merasa ucapannya benar."Jadi tuan merasa kesal karena berfoto dengan nyonya hamil tadi? Tuan tidak lihat dia sedang mengidam? Dia pasti tersiksa dengan itu. Tuan tidak mau membantu? Tuan tidak ikh..." Flora yang terus saja melontarkannya pertanyaan tidak menyangka karena Veekit ternyata marah karena masalah membantu ibu hamil memuaskan keinginannya. Tapi lagi lagi, kesabara
Flora berjalan dengan santainya sehabis dari ruang dapur untuk mengambil segelas air putih, bahkan gelasnya masih dia genggam dengan niat membawanya ke dalam kamarnya sebelum tidur. Flora melewati ruangan Veekit dan melihatnya sedang terduduk dengan pandangan kosong."Ada apa denganmu tuan?" tanya Flora memberhentikan langkahnya didepan Veekit yang terdiam sembari meliriknya dengan tatapan yang sulit diartikan.Veekit menggeleng pelan dengan mata yang sedikit sayu."Apa tuan baik baik saja?" tanya Flora mulai mendekati Veekit namun terhenti karena Veekit menahannya dengan kode tangan. Flora mau tidak mau harus berhenti."Saya baik baik saja, pergilah ke kamarmu." ujar Veekit dingin. Flora mengangguk pelan mendengar itu dan mulai beranjak dengan pelan menjauhi Veekit.Sesampainya di kamarnya, flora belum bisa tidur. Seperti biasanya, dia terduduk di samping jendelanya untuk kembali berperang dengan isi kepala di malam hari. Memikirkan nasib, memikirkan bagaimana masa depannya, dan terk
Buggh...Flora yang asik dengan pikirannya sendiri dan sesekali memejamkan mata sembari berjalan karena menahan malu tidak sadar akan seseorang yang berada di hadapannya.Flora menatap seseorang itu begitupun dengan orang yang dia tabrak.Deg.."Tunggu!" ucap seseorang yang dia tabrak. Flora juga menyipitkan mata untuk menatap dengan jelas seseorang yang berada di hadapannya ini."Kamu?" tanya mereka bersamaan."Flora kan?" tanya seseorang itu."Sean?" tanya Flora memastikan setelah lama mengamati."Iya ini aku." jawab mereka bersamaan."Hayy." tanpa sadar mereka saling tos tosan."Apa kabar Flo?" tanya seseorang itu yang memang benar dia adalah Sean."Baik, bagaimana denganmu Sean?" tanya balik Flora tersenyum lebar."Aku juga baik. Aku tidak menyangka kita akan bertemu disini." ujar Sean tersenyum manis."Aku juga. Sedang apa kau disini?" tanya Flora sembari menatapi keseliling Sean."Tidak ada, hanya mencari udara segar saja." jawab Sean."Apa!" pekik flora."Ada apa?" tanya Sean k
"Emm, bagaimana bisa kamu melihat saya berada di pantai larut malam begini?" tanya Veekit penasaran.Flora melirik Veekit sebentar lalu menghela nafas. Entah mengapa sulit rasanya untuk dia marah dan mendiami Veekit."Saya saat itu belum tidur. Saya duduk didekat jendela seperti biasanya namun saya tidak sengaja menatap kebawah dan menatap seseorang yang mirip dengan tuan. Lalu saya keluar untuk memeriksanya dan ternyata benar, tuan tidak berada di kamar ini tapi tuan yang saya lihat itu." jelas flora Jujur. Veekit mengangguk pelan mendengarnya."Kamu suka didekat jendela seperti biasanya?" tanya Veekit mengutip kata kata Flora.Flora menggangguk."Saya memang suka duduk setiap malam di dekat jendela." jawab Flora santai."Ngapain kamu?" tanya Veekit."Tidak ada, hanya merenung saja jika tidak bisa tidur. Sudahlah itu tidak penting." ujar flora malas membahas itu. Dia cukup tidak suka jika orang orang terlalu membahas dirinya."Itu penting. Jika kamu gila karena menyendiri seperti itu