Share

PEMBALASAN SANG JENDRAL
PEMBALASAN SANG JENDRAL
Author: F Azzam

FITNAH

Author: F Azzam
last update Last Updated: 2024-01-10 09:48:49

"Pergi kamu dari rumah ini! saya tidak sudi punya menantu sampah sepertimu!" seru Jenny, seorang wanita paruh baya yang merupakan istri mendiang Konglomerat ternama di Negeri Rein bernama William Roger. Ia dikenal sebagai seorang pemilik perusahaan besar bernama HM company yang bergerak di bidang obat-obatan.

Di hadapan Jenny, berdiri seorang lelaki bertubuh tegap. Namun wajahnya tampak pucat dan kebingungan. Ia terus berfikir mengapa tiba-tiba dia berada di sebuah ruangan bersama seorang wanita. Yang merupakan adik istrinya sendiri.

George hanya ingat saat ia terakhir meminum kopi di ruang keluarga. Dan setelah itu, ia baru tersadar di sebuah ruangan gelap bersama Amel yang merupakan iparnya sendiri.

Tiba-tiba lampu ruangan menyala dan telah berkumpul seluruh keluarga mendiang William. Seakan semua adalah jebakan yang telah direncanakan matang-matang.

Istri George, Veronica tiba-tiba berlari menghampirinya yang tengah dikerumuni oleh keluarga. Dan seketika sebuah tamparan melayang ke wajahnya.

PRAKK!

"Aku gak nyangka kamu sebejat itu!"

"Berani sekali kamu menodai Amel!"

"Mulai sekarang aku gak mau lagi lihat kamu di rumah ini!" Seru Veronica yang murka sejadi-jadinya.

"Ta-tapi aku..." George mencoba menjelaskan.

Namun tiba-tiba Jenny menunjukkan sehelai daster basah kepada Veronica.

"Lihat ini Veronica, selama ini anggapanmu salah tentang pria bajingan itu!"

"Sudahlah Veronica, tinggalkan dia. Mama sudah siapkan pria yang terbaik untuk kamu," ucap Jenny seraya melirik sinis ke hadapan George.

Wajah Veronica seketika memerah dan matanya terbelalak.

"Veronica, semua ini tidak benar! aku dijebak!" George mencoba menghampiri istrinya. Namun Veronica justru menghindar darinya.

"Cukup! bukti itu sudah kuat! kamu bukan suamiku lagi!" seru Veronica.

Lalu Wanita muda yang selalu membanggakan suaminya itu pun akhirnya berbalik badan dan meninggalkan George seorang diri.

Jenny tersenyum puas. Rencana untuk menyingkirkan George tampaknya berhasil.

George tak bisa lagi menahan amarahnya. Ia menghampiri Jenny. Tapi tiba-tiba, dua pria bertubuh tegap menghadangnya.

Salah satu pria menahan bahunya. George hanya menghempaskan tangannya. Namun hempasan itu justru membuat pria bertubuh tegap itu terjungkal dan membentur dinding.

Semua orang di ruangan itu tersentak. Bagaimana bisa seorang George yang pendiam memiliki kekuatan di luar nalar.

Semua orang saling berbisik menggunjingnya.

"Tidak masuk akal, lelaki sampah itu bisa menjatuhkan Bodyguard Nyonya Jenny yang memiliki tubuh sebesar itu?!"

"Ini tidak mungkin! pasti semua ini hanya kebetulan," ucap seorang sepupu Veronica.

Jenny murka melihat salah satu Bodyguard dijatuhkan. Ia memanggil salah satu Bodyguard yang tersisa. Lalu membisikinya.

"Habisi dia dan buat dia pergi dari rumah ini. Dia sampah yang harus dimusnahkan... "

"Baik Nyonya, " jawab sang Bodyguard.

lalu salah satu Bodyguard yang tersisa itu mengambil sebuah pentungan besi dan menepuk-nepuk tangannya sebagai sebuah tanda peringatan.

Ia menghadapi George dan bersiap menghabisinya.

"Sekarang kau tidak akan bisa lari. Nyonya akan memberimu pelajaran!"

Tiba-tiba pentungan besi itu menyabet ke kepala George. Dengan sangat cepat George menghindar lalu menangkap pentungan itu dan menariknya.

Kini keadaan berbalik. Sang Bodyguard itu tak bisa berkutik dalam kendali George.

Ia terdiam membatu mengetahui kecepatan tangannya. Yang bahkan tak dapat diprediksi.

"Untuk apa Mama memperlakukanku seperti ini! Apa yang salah denganku?!" Seru George seraya melempar pentungan itu ke lantai.

Jenny tampak menyeringai dan berkata pelan, "Saya hanya ingin menyingkirkan kamu dari sini. Kamu adalah sampah dan tetap menjadi sampah di mata saya. Veronica tidak pantas untuk kamu. Mulai sekarang jangan panggil saya mama dan pergi dari rumah ini..."

George terdiam sejenak dan menundukkan kepala. Ia merasa tak ada lagi alasan untuk bertahan. Sang istri pun tak menginginkannya lagi.

Lantas George kembali menegakkan badannya dan berkata, "Tolong izinkan aku berbicara kepada Veronica. Setelah itu aku akan pergi."

"Tidak! Veronica tak akan ku izinkan bertemu kamu. Tak usah banyak bicara! pergi!" Seru Jenny dengan mata yang terbelalak.

George tersenyum. Ia sudah terbiasa mengalami perlakuan itu dan mencoba tegar.

Lalu ia pun keluar dari kamar itu untuk menuju keluar rumah yang selama ini telah terukir beribu cerita manis dan pahit bersama Veronica.

Saat George melangkah pergi, Veronica memandangi George dari balkon rumah dengan meneteskan air mata. Bagaimana pun ia tak bisa menampikkan rasa di hatinya.

Jenny tersenyum puas semua rencananya berhasil. Seluruh keluarga pun berpesta dan tenggelam dalam tawa setelah kepergian George.

"Hahaha! akhirnya Si sampah itu pergi juga! sudah bertahun-tahun saya muak melihat wajahnya!" seru Jenny kepada seluruh keluarga William.

"Keberadaan dia hanya membuat kita malu saja. Tuan William tidak pantas mengangkat dia menjadi keluarga apalagi dengan menikahi dengan Veronica!" Jawab salah satu sanak keluarga.

Veronica yang berada di kamarnya seorang diri tak sengaja mendengar percakapan dan tawa mereka. Ia pun bertanya-tanya dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Saat Jenny tengah bercengkrama di ruang tengah, Tiba-tiba Veronica keluar dari dalam kamar.

"Kenapa kalian tertawa-tawa setelah kepergian George?!" seru Veronica.

Jenny dan seluruh keluarganya pun langsung terdiam. lantas Jenny menghampiri Veronica dan mengelus pundaknya seraya berkata, "Sabar ya sayang, mama pasti akan pertemukan kamu dengan jodoh yang sudah mama siapkan. Kami bahagia karena sedikit lagi kamu akan bahagia bersama Jhony, anak konglomerat dari kota Schaar."

Sontak Veronica terkejut mendengar nama itu, "Jhony! mama akan menjodohkan aku dengan dia?!"

"Tidak ma, aku tau siapa dia!" seru Veronica.

Ia secara terang-terangan menolak karena sejatinya Veronica tau Jhony adalah seorang bandar narkotika dan pernah mencoba merusak perusahaan MH Company secara diam-diam. Ditambah lagi dalam lubuk hatinya yang terdalam Veronica masih menyayangi George sebagai suaminya.

Jenny tak bisa menahan amarahnya lagi. Bola matanya seperti ingin keluar saat mendengar ucapan Veronica.

"Kamu sudah mama usahakan malah menolak! kamu benar-benar mengecewakan mama! kamu tidak tau persis siapa Jhony! mama yang lebih tau dari kamu!"

Veronica menatap tajam wajah Jenny dan berkata, "Sampai kapanpun aku tidak sudi bertemu dengan bajingan itu! Mama tidak bisa memaksa aku!"

Veronica berbalik badan dan akan pergi menuju kamarnya. Tiba-tiba Jenny membisiki anak buahnya menginstruksikan sesuatu.

Saat Veronica hendak masuk ke kamarnya tiba-tiba sebuah suntikan menancap di lehernya. Dan seketika pandangannya mulai kabur.

Veronica memandang seorang wanita paruh baya samar-samar tersenyum saat tubuhnya mulai rubuh.

Di saat yang sama, George tengah berjalan tak tentu arah. Tiba-tiba perasaannya bergejolak hingga menghentikan langkahnya sesaat.

"Kenapa jantungku tiba-tiba berdetak kencang," gumam George dalam benaknya.

ia sejenak terdiam dan merasakan perasaan yang aneh. Dan sesekali berbalik badan memandang ke arah rumah yang telah ia tinggali.

"Apa yang terjadi? apakah aku harus kembali ke sana?" sebuah tanya muncul dalam benaknya.

Related chapters

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Bertemu Dengan Seorang Letnan

    Saat ia akan melangkah mengikuti firasatnya, tiba-tiba sebuah suara teriakan terdengar memanggil namanya."Jendral George!" Sontak George tersentak dan teralihkan perhatiannya. Seseorang yang gagah terlihat menghampiri dirinya. Pria dengan tinggi 195 cm dengan tubuhnya yang atletis dan berbalut sebuah seragam loreng. George mengerutkan keningnya memandang seseorang tersebut."Jendral George, Kami sudah mencarimu selama 1 tahun ini. Saya sangat senang bisa menemui anda di sini," ucap Seseorang tersebut, seraya menyodorkan tangan ke hadapan George."Jendral? saya bukan seorang Jendral. Mungkin anda salah orang, saya bukan George yang anda maksud," ucap George. Tatapannya begitu heran memandang seseorang yang bertubuh besar dengan rambut cepak khas anggota militer tersebut."Tidak, saya tau betul anda Jendral George. Saya adalah Letnan Charles. Saya adalah orang kepercayaan anda. Ada satu peristiwa yang harus saya katakan kepada bapak," ucap seseorang tersebut.Namun George enggan untu

    Last Updated : 2024-01-14
  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Penghina Akan Terhina

    "Mari ikut dengan saya, Pak. Saya akan memberitahukan sesuatu," ucap Charles. Seraya merangkul George. George mulai luluh, ia lantas mengikuti langkah Charles menuju ke mobilnya. Namun tiba-tiba George berubah pikiran. "Mau dibawa kemana saya! tidak, saya tidak mau ikut!" Ia langsung melepaskan tangan Charles dari bahunya. Lalu pergi begitu saja meninggalkan Charles. "Tunggu Jendral!""Saya tidak akan mencelakai anda! percayalah!" Charles mencoba meyakinkan George. Tapi George tak juga menggubrisnya. George adalah orang yang sangat hati-hati dan tidak percaya begitu saja dengan orang yang tidak dia kenal. Dan akhirnya George pun pergi semakin jauh tanpa arah tujuan. Tanpa diketahuinya, Charles terus memantau keberadaan George. Di dalam mobil dinas miliknya, Charles menelepon Sersan Herdy. Ia mengambil ponsel dari sakunya lalu sambungan telepon pun terhubung. "Selamat siang Sersan Herdy," ucap Charles. "Selamat siang Letnan Charles, ada yang bisa saya bantu?" tanya Herdy mela

    Last Updated : 2024-01-14
  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Gila Kehormatan Maka Akan Terinjak

    Para petinggi dan anggota kesatuan memberikan hormat militer kepada George, Sang Jendral yang telah lama dinantikan. Walaupun kini George tak terlihat wibawanya seperti dulu. Namun kehormatannya adalah yang tertinggi di kalangan militer. Pemandangan itu membuat semua orang Terheran-heran. Bagaimana bisa seorang yang dipandang rendah ternyata dihormati oleh para pejabat militer Jhony memandang heran ke arah para petinggi tersebut lalu bertanya, "Kenapa kalian memberikan hormat kepada seorang gembel? Kehormatan kalian sudah dijatuhkan oleh seorang gelandangan seperti dia.""Harusnya aku lah yang dihormati. Apa kalian tidak mengenal saya?" Perkataan itu membuat Letjen Greigh bangkit dan langsung menggenggam kerah baju Jhony, Lalu menariknya hingga tepat di depan wajah Greigh. "Kau tidak tau siapa dia?! bahkan nyawamu tidak akan bisa menebus kehormatan Jendral George!" "Jendral George? cuihh! kebohongan apa yang kalian mainkan?" ucap Jhony, meludah ke tanah.Greigh seketika naik pita

    Last Updated : 2024-01-16
  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Penyambutan Jenderal George

    Sebastian melangkah kembali ke mobil dinasnya. Lantas Jenny langsung mengejarnya. Namun para pengawal Irjen Sebastian seketika menghadangnya. "Jangan mendekat! Anda sudah membuang-buang waktu Irjen Sebastian. Dia harus menemui Menteri Pertahanan Sore ini!" seru seorang pengawalnya. "Ta-tapi. Saya benar-benar meminta untuk menangkap mereka. Kenapa kalian tidak bergerak?" tanya Jenny. Sebastian mendengar percakapan itu, ia seketika mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil lalu berteriak. "Apa otakmu sudah gila?! Menangkapnya sama saja saya melepaskan jabatan! Kau harus meminta maaf kepada mereka. Terutama kepada Bapak George!"Jenny terdiam membatu mendengar ucapan Sebastian hingga tak dapat berkata-kata. Dan mobil dinas yang dikawal oleh para polisi bersenjata lengkap itu pun pergi begitu saja. Di saat ia tengah terdiam. Jhony datang membisikinya. "Ma, bagaimana proses pengenalan keluarga ini? mari kita lanjutkan."Nyonya Jenny langsung memandang Jhony dengan wajah memerah. "Ka

    Last Updated : 2024-01-16
  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Mengungkap Jati Diri George

    George tampak diam memperhatikannya. Lalu seorang ajudan mendekati George dan berbicara pelan."Tuan itu adalah seorang utusan dari Bapak Jean Corner. Dia ingin berbicara dengan anda, Jenderal."George mengerutkan keningnya mendengar nama tersebut, Lalu bertanya." Jean Corner? siapa dia? Bahkan aku tidak mengingat sama sekali sebelum ku bertemu dengan istriku," ucap George."Biar Tuan itu yang akan menjelaskan kepada Bapak," ucap Sang Ajudan.George kembali menatap seseorang tersebut. Lalu melangkah mendekatinya.Seorang Pria paruh baya, berambut putih namun rapih itu tersenyum dan menyodorkan tangannya kepada George."Selamat datang Pak George.""Akhirnya saya bisa berjumpa dengan anda. Saya Harry, seorang kepercayaan Tuan Jean Corner."Lantas George menerima jabat tangannya dengan wajah yang mengerut namun memaksakan untuk tersenyum."Apa yang ingin kamu sampaikan kepada saya?" tanya George."Baik, mari kita duduk dulu pak," ucap Harry, sang utusan.Para ajudan segera mempersiapkan

    Last Updated : 2024-01-31
  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Penolakan Akan Berujung Penyesalan

    Seketika George menganga mulutnya mendengar apa yang dikatakan Harry.Tak terbayangkan sedikitpun tentang kemewahan selama ini. Untuk menafkahi istrinya saja ia harus pontang panting hingga rela menjadi tukang kebun dan cuci mobil.Namun kini seakan semua kesulitan itu terbayarkan dengan sekejap.Ia lantas menjawab dengan penuh semangat."Baik, aku akan kembali ke sana. Tapi tolong antarkan aku dulu ke rumah Tuan William. Aku akan mengajak istriku!"Harry pun tersenyum mendengarnya. "Oke pak, kami dengan senang hati akan mengantarkan Bapak," ucap Harry, antusias.George pun langsung berdiri dari kursi. Seorang petinggi militer lantas berbicara kepada George."Maaf Jendral, biar pasukan kami yang akan mengawal anda. Kami sudah menyiapkan 10 ajudan untuk menjamin keselamatan anda," ucap Seorang petinggi militer yang berada dalam satu ruangan itu.George menganggukkan kepala. Lalu berkata."Baik, tapi tolong jika sudah sampai di sana. Tinggalkan saya sendiri untuk menemui istri saya."

    Last Updated : 2024-02-02
  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Hana, Sang asisten cantik

    Iringan mobil yang mengawal George pun berjalan meninggalkan rumah kediaman Tuan William. Fenomena itu membuat Veronica semakin bertanya-tanya. Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di pikirannya. Mungkinkah sampah yang dibuangnya ternyata adalah sebuah permata? Rasa penyesalan itu tidak akan bisa mengembalikan keadaan. Nasi telah jadi bubur. Kekecewaan itu tidak akan bisa dipulihkan dengan mudah. George pun pergi dengan amarah yang membara. ***Sesampainya di rumah mewah miliknya. George turun dari mobil dan berjalan perlahan memandangi megahnya rumah bak istana. Semua yang dilihatnya bagaikan sebuah mimpi. Ratusan orang telah menunggunya di depan gerbang dengan senyum. Lalu seorang pria berperawakan rapih menghampirinya dan menyodorkan tangan. "Selamat datang Bapak George. Masih ingatkah dengan saya?" tanyanya dalam senyum. "Jujur saya sudah tidak ingat sama sekali dengan kalian. Terima kasih atas semua penyambutan ini," ucap George, seraya menerima jabat tangannya. Harry

    Last Updated : 2024-02-03
  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Suara Desahan

    Setelah George menghabiskan makanannya, Perut yang kenyang membuatnya merasa mengantuk. "Huamm..." Harry memperhatikan George yang menguap lalu berkata."Jika anda mengantuk sebaiknya beristirahat saja Pak. Kamar anda berada di lantai atas. Saya dan Hana akan mengantarkan Bapak untuk kesana.""Kamar pribadi saya?" tanya George, sembari memperhatikan seisi rumah, seakan tak percaya."Benar Pak, para pelayan sudah merapihkan sebelum anda pulang," jawab Harry.Lantas George bangkit dari kursi dan berkata."Baiklah, kebetulan aku sudah lelah sekali. Di mana kamar itu harry?""Ikut saya Pak," jawab Harry.Kemudian ia mengikuti langkah Harry untuk menuju ke kamar pribadinya. Sesampainya di kamar itu, George terkejut saat Harry membuka pintu kamarnya.Begitu megah dan mewahnya kamar itu. George terpaku memandangi sekeliling kamarnya yang dipenuhi dengan barang antik dan di salah satu sisi kamar terdapat lemari kaca yang berisi segala jenis senjata api.George menghampiri lemari itu lalu be

    Last Updated : 2024-02-14

Latest chapter

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Langkah Berbahaya

    George berjalan keluar dari rumah, setiap langkah terasa semakin berat seiring dengan rasa cemas yang menghimpit di dadanya. Ketegangan terasa mencekam, dan fikiran tentang Hana yang tertinggal di rumah membuatnya semakin sulit untuk berkonsentrasi. Ia tahu bahwa setiap detik berharga dalam situasi yang semakin memburuk. Di markas besar, suasana tampak mencekam. Para tentara berlari ke sana-sini, berusaha mengendalikan kekacauan setelah serangan mendadak terhadap Menteri Pertahanan. George segera mendekati ruang operasi, tempat di mana Menteri sedang berkumpul dengan staf dan analis. “George! Terima kasih kau datang,” Menteri Hendrik menyambutnya dengan lega, namun wajahnya tetap menunjukkan tekanan yang menggelayuti. “Kami baru menerima informasi bahwa serangan ini mungkin hanya bagian dari rencana yang lebih besar. Marco mungkin sudah memiliki jalur untuk menginternalisasi kekuatannya kembali.” “Menteri, siapa yang menyerang? Dan apakah kita sudah menemukan dalang di balik in

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Antara Tanggung Jawab Dan Cinta

    George dan timnya kembali ke markas besar dengan langkah yang berat. Mereka baru saja melalui pertempuran yang sengit dengan Marco dan pasukan mafia yang terampil, meskipun berhasil mengusir mereka, perasaan kekalahan tetap menggelayut di benaknya. Banyak yang hilang dalam pertarungan itu—kehidupan, kepercayaan, dan mungkin sedikit rasa aman. Setiba di markas besar, suasana terasa hampa. Lampu-lampu menyala terang, menyinari ruangan yang seharusnya menjadi pusat komando bagi mereka. George disambut oleh Menteri Pertahanan, Bapak Hendrik, yang menunggu di ruang tunggu. “George! Kabar yang mengejutkan tentang pertempuran baru-baru ini. Silakan duduk,” kata Menteri sambil gestur untuk mempersilakan George duduk. Wajahnya penuh kekhawatiran namun tampak berusaha tenang. "Apa yang sebenarnya terjadi di lapangan? Bagaimana keadaanmu dan tim?" George menarik napas dalam-dalam, mengingat kembali semua yang terlibat. “Kami terlibat dalam pertempuran yang lebih besar dari yang kami perkiraka

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Janji Dalam Dendam

    Malam itu, setelah pertempuran yang sangat brutal, George berdiri berjaga di tengah reruntuhan medan perang. Dia bisa merasakan napasnya yang berat dan jantungnya yang berdegup kencang. Pertarungan itu sangat sengit, dan walaupun dia telah berhasil melumpuhkan Marco, dia tahu bahwa ancaman tidak sepenuhnya sirna. Dengan peluru berserakan dan api yang menerangi seluruh medan, suasana terasa lebih menegangkan daripada sebelumnya. Marco, masih terjatuh di tanah, memegang lengan yang terkena tembakan. Nyeri yang luar biasa menghantuinya, tetapi bukan hanya rasa sakit fisik yang menyiksa—itu adalah rasa kehampaan karena menghadapi kekalahan ini. Sadisnya, kekalahan ini juga mengingatkannya pada semua yang telah hilang; kehormatan, rasa percaya diri, dan kini bahkan pasukannya. Dengan sisa kekuatan yang ada, Marco menggerakkan tubuhnya, berusaha bangkit dan melarikan diri dari tempat itu. Di balik bayang-bayang, beberapa anggota sisa mafia Marco dengan cepat menyadari situasi kritis yan

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Pertempuran Sengit

    George mengedarkan pesan mendesak pasukannya. Dia mengorganisir pertemuan di basis militernya. Hari itu, George berdiri di pangkalan militer. Jamie, komandan dengan sikap tegas, melangkah maju dengan wajah serius. "Jendral George, kami semua terkejut mendengar kabar ini. Tak seharusnya anda berhadapan dengan Marco yang berbahaya itu sendirian. Dan dapatkah anda benar-benar menjamin keberhasilan operasi ini?" Tanya Jamie, mengawasi reaksi George. "Saya tidak punya pilihan lain. Marco telah mendapatkan kekuatan dan ia kini bergabung dengan organisasi mafia lainnya. Mereka tidak hanya mengincar saya, tetapi juga siap menyerang siapa pun yang berdiri di jalur mereka. Ini bukan hanya tentang saya. Ini tentang melindungi keamanan negeri ini,” jawab George, suaranya tegas namun tegang. Jamie mengangguk. "Kami semua siap mendukungmu, George. Tapi kita harus berhati-hati. Jika Marco membentuk aliansi dengan mafia lain, ini bisa menjadi peperangan yang lebih besar." Perencanaan dan pelatih

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Industri Terbengkalai Menjadi Saksi

    Keheningan dalam kompleks industri yang terabaikan terasa semakin mencekam. George dan Hana berpegang erat, perasaan takut dan ketidakpastian menyelimuti Hana saat suara langkah kaki yang semakin mendekat, menandakan Marco dan anak buahnya sudah mulai mendekati mereka. George berbisik, “Hana, kita harus bersiap. Kalau mereka menemukan kita, kita tidak akan punya pilihan selain melawan.” Hana menatapnya dengan mata penuh ketakutan namun seberkas keberanian melintas di wajahnya. “Apa yang harus kita lakukan, George?” George mengambil napas dalam-dalam, merasakan detak jantungnya berdegup kencang. Dia mengeluarkan pistol kecil yang selalu disimpannya untuk situasi darurat. “Saya akan mengalihkan perhatian mereka. Kamu tetap di sini dan cari tempat yang aman untuk berlindung. Jika ada kesempatan, keluar sejauh mungkin.” Tanpa menjawab, Hana hanya mengangguk, hatinya berusaha menguatkan diri. George memeriksa peluru dalam pistolnya, lalu mengintip melalui celah jendela truk, melihat

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Malam Mencekam

    Malam semakin larut ketika George dan Hana keluar dari restoran, bersiap untuk pulang. Suara mesin mobil meraung di tengah hiruk pikuk jalanan malam. George memasuki mobil, dan Hana duduk di sampingnya, merasakan ketegangan yang tak terucapkan. Dia berpaling menatap langit malam yang berbintang, namun George merasakan sesuatu yang lain: sebuah bahaya yang kian mendekat.Di saat George mulai mengendarai mobilnya. Sebuah mobil hitam terlihat membuntuti."Saya rasa kita seharusnya mengambil rute yang lain, Hana," ucap George dengan nada serius, sementara dia memutar kemudi untuk menghindari jalan yang sepi.Hana, yang tidak merasakan ancaman apa pun, mengerutkan dahi. "Tapi jalan ini lebih cepat, kan? Kita hanya ingin pulang," ujarnya dengan suara lembut.George mengalihkan pandangannya ke arah samping, matanya menyapu sekitar. Dalam sekejap, dia melihat sesosok pria bertato dengan tampang garang tengah duduk memperhatikannya dari dalam mobil hitam itu. Hati George semakin berdegup kenc

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Pembalasan George

    Benny tampak terkejut, namun semangat ejekannya tak surut. Ia berdiri dan memandang Hana dengan senyum sinis, seolah ingin menunjukkan bahwa ia tidak gentar. "Oh, jadi sekarang kau ikut-ikutan membela gembel ini? Apakah sudah ada unsur cinta di antara kalian berdua? Hahaha!" teriak Benny, dengan suara lantang penuh penghiburan bagi mereka yang duduk di meja sekitarnya. George, meski hatinya dipenuhi syak wasangka dan kemarahan yang berkecamuk, tetap berusaha menjaga ketenangan. Ia tahu bahwa membalas cemoohan Benny hanya akan memperkeruh suasana. "Hana, duduklah. Jangan buang waktu untuk mengurusi orang-orang seperti dia," ujarnya, mencoba meredam ketegangan yang ada. Namun Hana, dengan semangat yang berkobar, terus berdiri dan mengabaikan peringatan George. "Benny! Apa kau tidak mengerti betapa rendahnya kamu yang mengolok-olok seseorang yang tidak benar-benar kamu kenal? Orang yang kau sebut gembel justru lebih berharga daripada dirimu!" teriaknya, suaranya bergetar dengan kemara

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Ucapan Benny (Kakak Kandung Veronica) Akan Mempermalukan Diri Sendiri

    Semua mata tertuju pada selembar surat yang dibawa oleh sang Menteri.Lalu Menteri pertahanan berkata, "Jendral George. Ini adalah surat penyerahan kekuasaan atas semua perusahaan milik anda. silahkan ditandatangani,"Sang Menteri menyodorkan surat itu ke hadapan George.Lantas ia menerima surat tersebut dan membacanya secara seksama.Mata George pun berbinar. Merasa tak percaya. Seakan semua adalah mimpi yang terwujud jadi nyata dalam sekejap mata.Setelah penandatangan selesai, seluruh pejabat di ruangan itu bertepuk tangan. Menandakan kini George telah kembali menjadi pemilik perusahaan yang sah."Selamat Jenderal, kini kepemilikan Harvest Group telah kembali ke tangan anda. Semoga kejayaan perusahaan anda senantiasa bersinar kembali," ucap Menteri pertahanan, seraya berjabat tangan dengan George.George tampak tersenyum sumringah menerima jabat tangan dari sang Menteri seraya berkata, "Terima kasih banyak sudah memberitahukan saya. Saya sangat mengapresiasi atas kejujuran Bapak da

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Kembalinya Perusahaan Milik George

    Sementara itu di saat George baru sampai di Markas besarnya. Seorang Pengawal seketika membukakan pintu mobil dan menyambut kedatangan Sang Jenderal. Di depan kantor, telah berjejer rapih para prajurit penjaga. "Kepada Panglima besar, hormat gerak!" seru seorang prajurit di ujung barisan. Mereka serentak melakukan penghormatan militer. George membalas memberikan penghormatan. Lalu melangkahkan kaki menuju ke pusat halaman markas. Secara tak sengaja, Veronica mengendarai mobil di depan markas. Ia tak sengaja melihat suaminya yang tengah disambut oleh puluhan prajurit. "Loh, itu kan George? benarkah dia?!"Lalu Ia mengucek matanya untuk memastikan. "Tidak mungkin. Dia tidak mungkin memiliki pangkat setinggi itu! dia kan cuma pengangguran ..." Ucap Veronica dengan memandang penuh keheranan.Di halaman kantor, Seorang Letnan Kolonel menyodorkan tangan kepada George. "Selamat Siang Jendral, kami sangat senang anda telah kembali lagi ke dalam kesatuan," ucap Letkol Herry. "Terima k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status