หน้าหลัก / Lainnya / PEMBALASAN SANG JENDRAL / Gila Kehormatan Maka Akan Terinjak

แชร์

Gila Kehormatan Maka Akan Terinjak

ผู้เขียน: F Azzam
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-01-16 02:22:45

Para petinggi dan anggota kesatuan memberikan hormat militer kepada George, Sang Jendral yang telah lama dinantikan. Walaupun kini George tak terlihat wibawanya seperti dulu. Namun kehormatannya adalah yang tertinggi di kalangan militer.

Pemandangan itu membuat semua orang Terheran-heran. Bagaimana bisa seorang yang dipandang rendah ternyata dihormati oleh para pejabat militer

Jhony memandang heran ke arah para petinggi tersebut lalu bertanya, "Kenapa kalian memberikan hormat kepada seorang gembel? Kehormatan kalian sudah dijatuhkan oleh seorang gelandangan seperti dia."

"Harusnya aku lah yang dihormati. Apa kalian tidak mengenal saya?"

Perkataan itu membuat Letjen Greigh bangkit dan langsung menggenggam kerah baju Jhony, Lalu menariknya hingga tepat di depan wajah Greigh.

"Kau tidak tau siapa dia?! bahkan nyawamu tidak akan bisa menebus kehormatan Jendral George!"

"Jendral George? cuihh! kebohongan apa yang kalian mainkan?" ucap Jhony, meludah ke tanah.

Greigh seketika naik pitam. Namun tiba-tiba George menyelanya.

"Cukup! Biarkan dia, jangan buang-buang waktu untuk meladeni manusia seperti dia," ucap George.

Greigh beralih memandang George. Lantas ia melepaskan genggaman tangannya.

"Mohon izin Jendral. Kenapa anda mengampuni orang ini? dia sudah keterlaluan memperlakukan Bapak," ucap Letjen Greigh.

"Saya tidak ingin ada keributan. Biarkan saya sendiri yang menghadapi dia. Lagi pula saya bukan siapa-siapa. Kenapa kalian membela saya hingga seperti itu?" tanya George, heran.

"Mohon maaf Jendral, kami tau siapa anda. Saya harap Bapak akan segera sadar. Sekarang biarkan saya memberi pelajaran kepada si arogan satu ini," ucap Greigh, geram.

Greigh mencengkram leher Jhony. Hingga ia kesulitan bernafas.

George memegang tangan Greigh untuk mencegah sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Akhirnya Greigh melepaskannya kembali. Namun hukuman itu belum lah selesai, Greigh belum puas.

Greigh menjenggut rambut Jhony lalu memaksanya untuk berlutut di hadapan George.

"Turunkan lututmu di hadapan Jendral George! kau harus meminta maaf!" seru Greigh, murka.

"Ap-apa ini. Kenapa kalian menyuruhku berlutut di hadapan seorang gembel! saya tidak terima!" seru Jhony.

Ia berusaha melepaskan tangan Greigh yang mencengkram kuat.

Namun sekuat tenaga Jhony mencoba melawan. Tetap saja ia tak dapat melepaskan tangan Greigh yang begitu kekar.

"Saya tidak akan melepaskannya sampai kamu berlutut di hadapan Jendral George!" Seru Greigh.

Dua pengawal Jhony hendak membujuk Greigh. Tapi mereka pun tak dapat berbuat apa-apa.

Mereka sadar siapa yang dihadapi oleh bos besar mereka. Hingga mereka pun dibuat terdiam oleh Greigh dan para pengawalnya.

"Akhh! bodoh kalian semua! Bagaimana aku melepaskan cengkraman tangan ini!"

Jhony masih berusaha melawan. Namun hal itu pun sia-sia hingga akhirnya ia menyerah.

"Baik-baik. Aku meminta maaf!"

Tidak ada pilihan lain, pria berpakaian kemeja hitam dengan beberapa perhiasan emas di tubuhnya itu pun berlutut di hadapan George.

Semua orang terdiam memandangi kejadian itu. Nyonya Jenny hingga menggeleng-gelengkan kepalanya.

Lalu seketika wajahnya memerah seperti gunung berapi yang akan memuntahkan lava.

"Ini tidak masuk akal. Pasti kalian berpura-pura. Aku akan laporkan kalian semua!" Teriak Nyonya Jenny.

Wanita paruh baya itu tak tahan dengan tindakan para petinggi militer dan anggota yang disangkanya teman-teman George yang berpura-pura.

Ia lantas memerintahkan seorang Security rumahnya.

"Tolong ambilkan ponselku sekarang!"

"Baik Nyonya!" jawab sang security.

Lantas seorang Security itu berjalan tergopoh-gopoh ke dalam rumah.

Greigh kini melepaskan Jhony. Ia dapat berdiri kembali, walau harga dirinya telah jatuh di depan semua orang.

Beberapa saat kemudian, Security memberikan ponsel itu kepada sang Nyonya.

"Ini ponselnya Nyonya," ucap sang Security.

"Kerja bagus! akan ku panggil Inspektur Jendral Polisi Sibastian! kalian para tentara gadungan akan menerima akibatnya!"

Lalu Jenny beralih memandang tajam ke arah George.

"Kamu pasti dalang semua ini. Akan ku jebloskan kamu ke penjara! Saya memiliki rekan seorang Jenderal Polisi! Irjen Pol Sebastian! siapa yang tidak mengenal dia!" seru Jenny, dengan mata yang terbuka lebar.

Jhony pun tersenyum puas mendengar Nyonya Jenny akan memanggil temannya yang seorang Jenderal Polisi ternama. Ia menyangka dendamnya akan segera terbalaskan.

Namun George tampak tenang dengan ancaman itu. Ia tak sama sekali merasa terancam. Begitu juga para petinggi militer tampak tersenyum menanggapi ancaman dari Jenny.

Para tamu undangan yang merupakan keluarga Nyonya Jenny pun turut menjatuhkan martabat George dengan caci maki.

"Rasakan itu Sampah! kau akan merasakan dinginnya jeruji besi! Irjen Sebastian adalah polisi yang tegas dan tidak akan main-main dengan hukum!"

"Hahah! Dasar penipu. Tidak mungkin gembel seperti kamu memiliki rekan para petinggi militer. Semua itu palsu! Irjen Sebastian pasti akan menyeretmu dalam hukuman berat karena membawa nama militer!"

Wanita itu lantas menghubungi Inspektur Jendral Sebastian.

"Selamat Sore Jenderal," ucap Jenny.

"Selamat Sore. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Sebastian.

"Bisakah Bapak membantu saya untuk menangkap para tentara gadungan di sini. Acara di rumah saya menjadi kacau karena kehadiran mereka," ucap Jenny.

"Tentu saya bersedia. Baik, saya akan kesana secepatnya," jawab Sebastian.

"Terima kasih Pak, Saya tunggu ya," ucap Jenny.

Dan sambungan telepon pun usai. Jenny tampak bernafas lega dan tersenyum puas.

Namun semua itu akan menjadi bom waktu baginya.

Tak berselang lama, suara sirene pun terdengar. Jenny tersenyum dan matanya tampak berbinar.

"Hmm... sedikit lagi tidak akan ada lagi si sampah yang selalu mengganggu hidup saya. Ahaha..." ucap Jenny dalam benaknya.

Suara sirine itu pun semakin terdengar jelas dan mendekat.

Dan sampailah Irjen Pol Sebastian yang ditunggu. Ia keluar dari mobil dengan beberapa pengawalnya.

Irjen Sebastian langsung melangkah dengan gagah menghadap ke Nyonya Jenny.

"Akhirnya anda datang juga Pak. Saya sudah menunggu bapak dengan harap-harap cemas," ucap Jenny, menyambutnya.

"Kebetulan hari ini saya sedang santai. Makanya bisa menemui Nyonya Jenny. Oh iya, dimana mereka para tentara gadungan itu? biar kami proses secepatnya," ucap Irjen Sebastian.

Dengan bersemangat Nyonya Jenny langsung menunjuk ke arah George dan para petinggi militer serta pengawalnya.

Sontak Irjen Sebastian membatu memandangi mereka.

Jenny tampak terheran-heran dengan sikap Irjen Sebastian.

"Loh, Kok Bapak diam saja? itu mereka para tentara gadungan Pak!" seru Jenny seraya terus menunjuk ke arah George dan lainnya.

Irjen Pol Sebastian langsung berjalan cepat ke arah George. Dan tiba-tiba ia menegakkan badannya dan melakukan penghormatan militer.

Namun George justru heran dengan semua kejadian itu.

Jenny dan para tamu terkejut bukan main. Ditambah lagi melihat Irjen yang tersohor di negeri Rein malah melakukan penghormatan militer di hadapan George.

Lantas Irjen Sebastian kembali berbalik badan dan menghampiri Nyonya Jenny.

"Anda sangat keterlaluan Nyonya. Anda tidak pantas menyebut mereka tentara gadungan. Mulai saat ini saya tidak akan membantu anda," ucap Irjen Sebastian.

"Pak! tunggu dulu Pak! apa maksud dari perkataan bapak!" seru nyonya Jenny.

Namun wanita paruh baya itu sudah dianggap angin lalu oleh Sebastian.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Penyambutan Jenderal George

    Sebastian melangkah kembali ke mobil dinasnya. Lantas Jenny langsung mengejarnya. Namun para pengawal Irjen Sebastian seketika menghadangnya. "Jangan mendekat! Anda sudah membuang-buang waktu Irjen Sebastian. Dia harus menemui Menteri Pertahanan Sore ini!" seru seorang pengawalnya. "Ta-tapi. Saya benar-benar meminta untuk menangkap mereka. Kenapa kalian tidak bergerak?" tanya Jenny. Sebastian mendengar percakapan itu, ia seketika mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil lalu berteriak. "Apa otakmu sudah gila?! Menangkapnya sama saja saya melepaskan jabatan! Kau harus meminta maaf kepada mereka. Terutama kepada Bapak George!"Jenny terdiam membatu mendengar ucapan Sebastian hingga tak dapat berkata-kata. Dan mobil dinas yang dikawal oleh para polisi bersenjata lengkap itu pun pergi begitu saja. Di saat ia tengah terdiam. Jhony datang membisikinya. "Ma, bagaimana proses pengenalan keluarga ini? mari kita lanjutkan."Nyonya Jenny langsung memandang Jhony dengan wajah memerah. "Ka

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-01-16
  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Mengungkap Jati Diri George

    George tampak diam memperhatikannya. Lalu seorang ajudan mendekati George dan berbicara pelan."Tuan itu adalah seorang utusan dari Bapak Jean Corner. Dia ingin berbicara dengan anda, Jenderal."George mengerutkan keningnya mendengar nama tersebut, Lalu bertanya." Jean Corner? siapa dia? Bahkan aku tidak mengingat sama sekali sebelum ku bertemu dengan istriku," ucap George."Biar Tuan itu yang akan menjelaskan kepada Bapak," ucap Sang Ajudan.George kembali menatap seseorang tersebut. Lalu melangkah mendekatinya.Seorang Pria paruh baya, berambut putih namun rapih itu tersenyum dan menyodorkan tangannya kepada George."Selamat datang Pak George.""Akhirnya saya bisa berjumpa dengan anda. Saya Harry, seorang kepercayaan Tuan Jean Corner."Lantas George menerima jabat tangannya dengan wajah yang mengerut namun memaksakan untuk tersenyum."Apa yang ingin kamu sampaikan kepada saya?" tanya George."Baik, mari kita duduk dulu pak," ucap Harry, sang utusan.Para ajudan segera mempersiapkan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-01-31
  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Penolakan Akan Berujung Penyesalan

    Seketika George menganga mulutnya mendengar apa yang dikatakan Harry.Tak terbayangkan sedikitpun tentang kemewahan selama ini. Untuk menafkahi istrinya saja ia harus pontang panting hingga rela menjadi tukang kebun dan cuci mobil.Namun kini seakan semua kesulitan itu terbayarkan dengan sekejap.Ia lantas menjawab dengan penuh semangat."Baik, aku akan kembali ke sana. Tapi tolong antarkan aku dulu ke rumah Tuan William. Aku akan mengajak istriku!"Harry pun tersenyum mendengarnya. "Oke pak, kami dengan senang hati akan mengantarkan Bapak," ucap Harry, antusias.George pun langsung berdiri dari kursi. Seorang petinggi militer lantas berbicara kepada George."Maaf Jendral, biar pasukan kami yang akan mengawal anda. Kami sudah menyiapkan 10 ajudan untuk menjamin keselamatan anda," ucap Seorang petinggi militer yang berada dalam satu ruangan itu.George menganggukkan kepala. Lalu berkata."Baik, tapi tolong jika sudah sampai di sana. Tinggalkan saya sendiri untuk menemui istri saya."

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-02-02
  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Hana, Sang asisten cantik

    Iringan mobil yang mengawal George pun berjalan meninggalkan rumah kediaman Tuan William. Fenomena itu membuat Veronica semakin bertanya-tanya. Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di pikirannya. Mungkinkah sampah yang dibuangnya ternyata adalah sebuah permata? Rasa penyesalan itu tidak akan bisa mengembalikan keadaan. Nasi telah jadi bubur. Kekecewaan itu tidak akan bisa dipulihkan dengan mudah. George pun pergi dengan amarah yang membara. ***Sesampainya di rumah mewah miliknya. George turun dari mobil dan berjalan perlahan memandangi megahnya rumah bak istana. Semua yang dilihatnya bagaikan sebuah mimpi. Ratusan orang telah menunggunya di depan gerbang dengan senyum. Lalu seorang pria berperawakan rapih menghampirinya dan menyodorkan tangan. "Selamat datang Bapak George. Masih ingatkah dengan saya?" tanyanya dalam senyum. "Jujur saya sudah tidak ingat sama sekali dengan kalian. Terima kasih atas semua penyambutan ini," ucap George, seraya menerima jabat tangannya. Harry

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-02-03
  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Suara Desahan

    Setelah George menghabiskan makanannya, Perut yang kenyang membuatnya merasa mengantuk. "Huamm..." Harry memperhatikan George yang menguap lalu berkata."Jika anda mengantuk sebaiknya beristirahat saja Pak. Kamar anda berada di lantai atas. Saya dan Hana akan mengantarkan Bapak untuk kesana.""Kamar pribadi saya?" tanya George, sembari memperhatikan seisi rumah, seakan tak percaya."Benar Pak, para pelayan sudah merapihkan sebelum anda pulang," jawab Harry.Lantas George bangkit dari kursi dan berkata."Baiklah, kebetulan aku sudah lelah sekali. Di mana kamar itu harry?""Ikut saya Pak," jawab Harry.Kemudian ia mengikuti langkah Harry untuk menuju ke kamar pribadinya. Sesampainya di kamar itu, George terkejut saat Harry membuka pintu kamarnya.Begitu megah dan mewahnya kamar itu. George terpaku memandangi sekeliling kamarnya yang dipenuhi dengan barang antik dan di salah satu sisi kamar terdapat lemari kaca yang berisi segala jenis senjata api.George menghampiri lemari itu lalu be

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-02-14
  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Halu

    Seketika terbesit ingatan, saat istrinya tak mengenakan apa-apa. Dengan kulitnya yang putih dan halus. George tak kuasa untuk tidak menelan ludahnya. Telinganya memerah, dengan suara yang tergagap ia menjawab,"Ba-baik, tunggu dulu ya..."Hana menganggukkan kepala dan tersenyum. Hati George dipenuhi rasa tak percaya. Kemudian ia segera menuju ke lemari baju dan membukanya. Di saat ia membuka lemari itu, sehelai celana dalam tiba-tiba jatuh ke lantai. Dengan rasa panik ia memungutnya. Namun sesuatu yang tercium begitu wangi sampai ke hidungnya. Dia tak kuasa untuk tidak menghirup udara dalam-dalam. Dia melirik ke arah kamar mandi dengan sedikit rasa bersalah. Seolah-olah takut aksinya ini dipergoki oleh Hana. Celana dalam itu bertipe transparan. Hanya disatukan oleh tali hitam yang tipis. Ternyata... Hana yang terlihat Konservatif, celana dalamnya malah dengan model yang begitu seksi. Tampaknya jauh di dalam lubuk hati, Hana adalah tipe wanita yang terbuka. George tak mampu mena

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-02-25
  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Mantan Asisten Tuan Jean

    Tetapi baru saja... Hana melakukan itu di kamar mandi ... Tentu saja Hana juga wanita biasa yang memiliki kebutuhan biologis. Tetapi kenapa dia berinisiatif meminta George untuk mengambilkan celana dalamnya? Apa jangan-jangan Hana juga mulai bergejolak? Apa dia belum puas dengan yang tadi? Kenapa dia tidak seperti biasanya? belum lagi dengan pakaian dalam itu. Apa jangan-jangan Hana... George tak kuasa menahan pikirannya yang carut marut. "Buka pintu? Kenapa tidak Bapak George saja yang ke dalam?" ucap Hana, lembut memanja. Bak disiram seember air panas. Kepala George tiba-tiba memanas seiring gejolaknya yang semakin panas. "Ba-baik. Aku ke dalam ya," ucap George, bergetar. George segera membuka pintu kamar mandi dan seketika terkejut. Ternyata Hana berada di dalam ruangan yang tertutup tirai. "Taruh saja celana dalamku di belakang pintu Pak, maaf ya aku menyuruh Pak George, " ucap Hana. George yang terbakar tiba-tiba seperti disiram air dingin. Fantasi liar George langsung

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-02-25
  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Aku ingin membunuhnya

    "Aku baru saja menerima kabar dari Harry. Bahwa aku adalah anak seorang konglomerat bernama Jean Corner. Dan apakah benar seluruh keluargaku telah tewas di tangan musuh-musuhku. Padahal selama ini aku tidak merasa mempunyai masalah dengan orang lain," ucap George, dengan cepat. "Kalau memang benar aku memiliki musuh, tolong sebutkan mereka siapa.""Yang saya tau. Musuh terbesar keluarga anda adalah lawan politik Tuan Jean Corner yang juga merupakan ketua mafia terkuat di negeri Rein. Mereka memiliki koneksi yang kuat antar mafia di seluruh negeri dan juga bekerja sama dengan para pejabat berhaluan kiri untuk berusaha merebut kekuasaan," ucap Sang mantan asisten pribadi Jean Corner. "Jadi Ayahku juga merupakan pemangku kekuasaan?""Lalu apa nama mafia yang kau sebutkan terkuat itu?" tanya George, penasaran. "Nama mafia itu adalah De Sisilia. Mereka adalah mafia penyelundupan narkoba terbesar di negeri ini Tuan, dan ketua mafia itu bernama Matteo. Kini dia menjabat sebagai Mentri perd

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-02-27

บทล่าสุด

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Langkah Berbahaya

    George berjalan keluar dari rumah, setiap langkah terasa semakin berat seiring dengan rasa cemas yang menghimpit di dadanya. Ketegangan terasa mencekam, dan fikiran tentang Hana yang tertinggal di rumah membuatnya semakin sulit untuk berkonsentrasi. Ia tahu bahwa setiap detik berharga dalam situasi yang semakin memburuk. Di markas besar, suasana tampak mencekam. Para tentara berlari ke sana-sini, berusaha mengendalikan kekacauan setelah serangan mendadak terhadap Menteri Pertahanan. George segera mendekati ruang operasi, tempat di mana Menteri sedang berkumpul dengan staf dan analis. “George! Terima kasih kau datang,” Menteri Hendrik menyambutnya dengan lega, namun wajahnya tetap menunjukkan tekanan yang menggelayuti. “Kami baru menerima informasi bahwa serangan ini mungkin hanya bagian dari rencana yang lebih besar. Marco mungkin sudah memiliki jalur untuk menginternalisasi kekuatannya kembali.” “Menteri, siapa yang menyerang? Dan apakah kita sudah menemukan dalang di balik in

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Antara Tanggung Jawab Dan Cinta

    George dan timnya kembali ke markas besar dengan langkah yang berat. Mereka baru saja melalui pertempuran yang sengit dengan Marco dan pasukan mafia yang terampil, meskipun berhasil mengusir mereka, perasaan kekalahan tetap menggelayut di benaknya. Banyak yang hilang dalam pertarungan itu—kehidupan, kepercayaan, dan mungkin sedikit rasa aman. Setiba di markas besar, suasana terasa hampa. Lampu-lampu menyala terang, menyinari ruangan yang seharusnya menjadi pusat komando bagi mereka. George disambut oleh Menteri Pertahanan, Bapak Hendrik, yang menunggu di ruang tunggu. “George! Kabar yang mengejutkan tentang pertempuran baru-baru ini. Silakan duduk,” kata Menteri sambil gestur untuk mempersilakan George duduk. Wajahnya penuh kekhawatiran namun tampak berusaha tenang. "Apa yang sebenarnya terjadi di lapangan? Bagaimana keadaanmu dan tim?" George menarik napas dalam-dalam, mengingat kembali semua yang terlibat. “Kami terlibat dalam pertempuran yang lebih besar dari yang kami perkiraka

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Janji Dalam Dendam

    Malam itu, setelah pertempuran yang sangat brutal, George berdiri berjaga di tengah reruntuhan medan perang. Dia bisa merasakan napasnya yang berat dan jantungnya yang berdegup kencang. Pertarungan itu sangat sengit, dan walaupun dia telah berhasil melumpuhkan Marco, dia tahu bahwa ancaman tidak sepenuhnya sirna. Dengan peluru berserakan dan api yang menerangi seluruh medan, suasana terasa lebih menegangkan daripada sebelumnya. Marco, masih terjatuh di tanah, memegang lengan yang terkena tembakan. Nyeri yang luar biasa menghantuinya, tetapi bukan hanya rasa sakit fisik yang menyiksa—itu adalah rasa kehampaan karena menghadapi kekalahan ini. Sadisnya, kekalahan ini juga mengingatkannya pada semua yang telah hilang; kehormatan, rasa percaya diri, dan kini bahkan pasukannya. Dengan sisa kekuatan yang ada, Marco menggerakkan tubuhnya, berusaha bangkit dan melarikan diri dari tempat itu. Di balik bayang-bayang, beberapa anggota sisa mafia Marco dengan cepat menyadari situasi kritis yan

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Pertempuran Sengit

    George mengedarkan pesan mendesak pasukannya. Dia mengorganisir pertemuan di basis militernya. Hari itu, George berdiri di pangkalan militer. Jamie, komandan dengan sikap tegas, melangkah maju dengan wajah serius. "Jendral George, kami semua terkejut mendengar kabar ini. Tak seharusnya anda berhadapan dengan Marco yang berbahaya itu sendirian. Dan dapatkah anda benar-benar menjamin keberhasilan operasi ini?" Tanya Jamie, mengawasi reaksi George. "Saya tidak punya pilihan lain. Marco telah mendapatkan kekuatan dan ia kini bergabung dengan organisasi mafia lainnya. Mereka tidak hanya mengincar saya, tetapi juga siap menyerang siapa pun yang berdiri di jalur mereka. Ini bukan hanya tentang saya. Ini tentang melindungi keamanan negeri ini,” jawab George, suaranya tegas namun tegang. Jamie mengangguk. "Kami semua siap mendukungmu, George. Tapi kita harus berhati-hati. Jika Marco membentuk aliansi dengan mafia lain, ini bisa menjadi peperangan yang lebih besar." Perencanaan dan pelatih

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Industri Terbengkalai Menjadi Saksi

    Keheningan dalam kompleks industri yang terabaikan terasa semakin mencekam. George dan Hana berpegang erat, perasaan takut dan ketidakpastian menyelimuti Hana saat suara langkah kaki yang semakin mendekat, menandakan Marco dan anak buahnya sudah mulai mendekati mereka. George berbisik, “Hana, kita harus bersiap. Kalau mereka menemukan kita, kita tidak akan punya pilihan selain melawan.” Hana menatapnya dengan mata penuh ketakutan namun seberkas keberanian melintas di wajahnya. “Apa yang harus kita lakukan, George?” George mengambil napas dalam-dalam, merasakan detak jantungnya berdegup kencang. Dia mengeluarkan pistol kecil yang selalu disimpannya untuk situasi darurat. “Saya akan mengalihkan perhatian mereka. Kamu tetap di sini dan cari tempat yang aman untuk berlindung. Jika ada kesempatan, keluar sejauh mungkin.” Tanpa menjawab, Hana hanya mengangguk, hatinya berusaha menguatkan diri. George memeriksa peluru dalam pistolnya, lalu mengintip melalui celah jendela truk, melihat

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Malam Mencekam

    Malam semakin larut ketika George dan Hana keluar dari restoran, bersiap untuk pulang. Suara mesin mobil meraung di tengah hiruk pikuk jalanan malam. George memasuki mobil, dan Hana duduk di sampingnya, merasakan ketegangan yang tak terucapkan. Dia berpaling menatap langit malam yang berbintang, namun George merasakan sesuatu yang lain: sebuah bahaya yang kian mendekat.Di saat George mulai mengendarai mobilnya. Sebuah mobil hitam terlihat membuntuti."Saya rasa kita seharusnya mengambil rute yang lain, Hana," ucap George dengan nada serius, sementara dia memutar kemudi untuk menghindari jalan yang sepi.Hana, yang tidak merasakan ancaman apa pun, mengerutkan dahi. "Tapi jalan ini lebih cepat, kan? Kita hanya ingin pulang," ujarnya dengan suara lembut.George mengalihkan pandangannya ke arah samping, matanya menyapu sekitar. Dalam sekejap, dia melihat sesosok pria bertato dengan tampang garang tengah duduk memperhatikannya dari dalam mobil hitam itu. Hati George semakin berdegup kenc

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Pembalasan George

    Benny tampak terkejut, namun semangat ejekannya tak surut. Ia berdiri dan memandang Hana dengan senyum sinis, seolah ingin menunjukkan bahwa ia tidak gentar. "Oh, jadi sekarang kau ikut-ikutan membela gembel ini? Apakah sudah ada unsur cinta di antara kalian berdua? Hahaha!" teriak Benny, dengan suara lantang penuh penghiburan bagi mereka yang duduk di meja sekitarnya. George, meski hatinya dipenuhi syak wasangka dan kemarahan yang berkecamuk, tetap berusaha menjaga ketenangan. Ia tahu bahwa membalas cemoohan Benny hanya akan memperkeruh suasana. "Hana, duduklah. Jangan buang waktu untuk mengurusi orang-orang seperti dia," ujarnya, mencoba meredam ketegangan yang ada. Namun Hana, dengan semangat yang berkobar, terus berdiri dan mengabaikan peringatan George. "Benny! Apa kau tidak mengerti betapa rendahnya kamu yang mengolok-olok seseorang yang tidak benar-benar kamu kenal? Orang yang kau sebut gembel justru lebih berharga daripada dirimu!" teriaknya, suaranya bergetar dengan kemara

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Ucapan Benny (Kakak Kandung Veronica) Akan Mempermalukan Diri Sendiri

    Semua mata tertuju pada selembar surat yang dibawa oleh sang Menteri.Lalu Menteri pertahanan berkata, "Jendral George. Ini adalah surat penyerahan kekuasaan atas semua perusahaan milik anda. silahkan ditandatangani,"Sang Menteri menyodorkan surat itu ke hadapan George.Lantas ia menerima surat tersebut dan membacanya secara seksama.Mata George pun berbinar. Merasa tak percaya. Seakan semua adalah mimpi yang terwujud jadi nyata dalam sekejap mata.Setelah penandatangan selesai, seluruh pejabat di ruangan itu bertepuk tangan. Menandakan kini George telah kembali menjadi pemilik perusahaan yang sah."Selamat Jenderal, kini kepemilikan Harvest Group telah kembali ke tangan anda. Semoga kejayaan perusahaan anda senantiasa bersinar kembali," ucap Menteri pertahanan, seraya berjabat tangan dengan George.George tampak tersenyum sumringah menerima jabat tangan dari sang Menteri seraya berkata, "Terima kasih banyak sudah memberitahukan saya. Saya sangat mengapresiasi atas kejujuran Bapak da

  • PEMBALASAN SANG JENDRAL   Kembalinya Perusahaan Milik George

    Sementara itu di saat George baru sampai di Markas besarnya. Seorang Pengawal seketika membukakan pintu mobil dan menyambut kedatangan Sang Jenderal. Di depan kantor, telah berjejer rapih para prajurit penjaga. "Kepada Panglima besar, hormat gerak!" seru seorang prajurit di ujung barisan. Mereka serentak melakukan penghormatan militer. George membalas memberikan penghormatan. Lalu melangkahkan kaki menuju ke pusat halaman markas. Secara tak sengaja, Veronica mengendarai mobil di depan markas. Ia tak sengaja melihat suaminya yang tengah disambut oleh puluhan prajurit. "Loh, itu kan George? benarkah dia?!"Lalu Ia mengucek matanya untuk memastikan. "Tidak mungkin. Dia tidak mungkin memiliki pangkat setinggi itu! dia kan cuma pengangguran ..." Ucap Veronica dengan memandang penuh keheranan.Di halaman kantor, Seorang Letnan Kolonel menyodorkan tangan kepada George. "Selamat Siang Jendral, kami sangat senang anda telah kembali lagi ke dalam kesatuan," ucap Letkol Herry. "Terima k

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status