Tepat jam delapan mereka sampai di depan halaman pengadilan. Tak lupa Devi membawa persiapan untuk aku banding nantinya yaitu sebuah foto pernikahan Hasan dan Rasty dan juga dokumen penting miliknya termasuk buku nikah. Devi menghela napas ragu-ragu, untuk pertama kalinya dia berada di sana. Takut hatinya tak siap. Apalagi mendengar seseorang yang pernah merasakan saat ketok palu. Hatinya akan hancur, sakit, dan bahkan dunianya serasa luruh seketika.Benar saja, belum sampai ketok palu pun, Devi sudah merasakan ketidaksiapan padahal baru sampai di depan pengadilan. Belum apa-apa bukan? Lantas bagaimana nanti. Bagaimana nanti akan menjelaskan siapa ayah biologisnya Reyhan, apa yang akan dia jawab. Belum sempat pertanyaan terjawab, seseorang mengagetkan dengan menepuk bahunya."Yakin, kamu bisa sendiri?" tanya Rendi yang melihat keraguan di wajah Devi yang berubah pucat.Devi mengangguk ragu. "Pergilah! Aku akan baik-baik saja."Mendengar itu, Rendi berbalik dan meninggalkan Devi sendi
Akhirnya perjuangan Devi membuahkan hasil, berat badannya turun sesuai yang diharapkan. Menatap wajah dan penampilannya di cermin.Wajahnya juga sudah glowing karena ketelatenannya memakai Pelling dan masker."Sekarang tinggal rambut dan beli beberapa potong baju, aku harus mengganti penampilanku. Apalagi nanti saat sudah bekerja."Devi langsung bersiap diri untuk ke salon, butik dan supermarket."Tante, nitip Rehyan dulu ya, Devi pengen membeli persiapan untuk bekerja.""Emang sudah diterima?""Ya ampun, sampai lupa bilang ke Rendi.""Sudah sana, kamu lekas pergi kalau mau belanja apa-apa. Lagian ada susu formula di rumah.""Makasih ya, Tante.""Itu kunci mobilnya ada di atas meja!""Oke, Tante."Devi berlalu menggunakan mobil jazz nya Tante Rendi yang berwarna merah. Dia langsung menuju salon untuk melakukan perawatan dan juga untuk merubah penampilan rambutnya.Saat menunggu proses perawatan rambut selesai, Devi mengambil ponselnya dan melakukan panggilan untuk Rendi."Halo, Dev,
Bab 31Hasan melihat Rasty yang tergeletak pingsan tidak membuat hatinya tergerak, dia langsung mandi dan keluar menemui Ibunya. "Bu, Rasty pingsan di dalam, bantuin dia dong! Hasan lapar," suruhnya sembari mengambil piring."Pingsan? Kok bisa sih?" jawabnya langsung menuju ke kamar Hasan.Bu Endang menatap nanar ke arah Rasty, terkapar lemas dengan badan telentang, dan ketika mendekat Bu Endang melihat ada darah yang sudah mengering dekat bibirnya. Saat ingin menutupi dengan selimut, dia teringat pertengkaran yang sempat terdengar tadi. Rasa simpati yang ada pada Bu Endang meluruh seketika, anaknya sendiri dipermainkan dengan perempuan yang tidak jelas. Bahkan dia juga terjebak hutang gara-gara dia.Bu Endang berdiri mengambil baskom di dapur dan mengisi dengan air penuh, dengan lantang langsung memutahkan isinya tepat di atas badan Rasty.Rasty terlonjak bangun dan tersedak batuk ketika air memaksa masuk Lewat lubang hidung dan mulut.Badannya yang masih sakit pun langsung mengigi
Jam menunjukkan pukul 08:10 Wib, pagi yang begitu cerah dengan matahari yang sudah terbit memantulkan cahayanya melalui jendela yang terbuka, membuat Devi mengerjapkan kelopak matanya berkali-kali, silau.Saat nyawanya kembali pulih, Devi meraih ponselnya untuk melihat jam, tidak sepi biasanya dia bangun kesiangan seperti ini, Kemarin malam Devi menemani Reyhan bermain hingga dini hari.Devi kembali tersentak dan saat ingat hari ini adalah hari pertama ia bekerja. Dia langsung menyantap handuk dan mandi dengan tergesa-gesa.Berdandan ala kadarnya dan berlari keluar meninggalkan Reyhan yang masih terlelap, juga tanpa berpamitan dengan Tante Rendi.Devi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hatinya bergemuruh kita ponselnya beberapa kali mengeluarkan nada panggilan. Siapa lagi kalau bukan Rendi yang menghawatirkan karena terlambat masuk ke kantor.Keringat dingin mulai bermunculan, di benaknya sedang merancang untuk membuat alasan yang tepat saat di kantor nanti. Setibanya di
Bab 33"Assalamualaikum, Tante," sapa Devi sesampainya di rumah Tante Rendi."Walaikum salam, gimana, Dev. Tadi kerjanya? Lancar?""Sempat ada masalah, Devi kesiangan tadi, owh ya maaf ya tadi ninggalin Reyhan begitu saja," jawabnya setelah mencium takzim punggung tangannya Tante Rendi."Iya, gak papa, sudah sana makan, tadi Tante pesen go food!""Yuk, Tante. Makan bareng, nih Devi juga beli lauk udang asam manis tadi pas perjalanan pulang ke sini," ucapnya sembari mengangkat tangan kirinya yang menenteng kantong yang dibawanya."Yuklah, mumpung Rehyan lagi tidur."Mereka sama-sama berjalan ke arah meja makan, Devi pun tak peduli dengan bau keringat di badannya. "Tante, bolehkah bertanya sesuatu?" tanya Devi menyela."Boleh, kenapa, Dev?" jawab Tante Rendi menghentikan pergerakan tangannya yang sedang mengupas udang dan menatap Devi."Sebenarnya Rendi itu siapa? Kenapa para atasan bisa tunduk sama Rendi?""Maksudnya apa?""Tadi, untungnya Devi telat, dibalik itu semua, jadi bisa tahu
Bab 34.Slide pertama dengan foto pernikahan Devi dengan Hasan yang diberi tulisan.'Menikah dua tahun, lalu dicampakkan tanpa alasan.'Slide kedua dengan foto pernikahan Hasan dengan Rasty.'Suamiku menikah lagi tanpa sepengetahuanku dan akhirnya aku memilih bercerai meskipun sedang mengandung.'Slide ketiga dengan foto Rasty yang terlihat jelas sedang club' dengan lelaki selain Hasan berpakaian minim dan ada watermark tanggal dan waktu kapan foto diambil dengan tulisan.'Ternyata pilihanku tepat, setidaknya saya terhindar dari virus HIV yang sedang di alami mantan suami saya.'Di atas adalah video yang diedit Devi lalu dibuat story WA. Dia mengambil resiko yang cukup berat, apalagi itu adalah karangan semata.Devi sudah bertekad untuk memberikan rasa sakit yang berkali lipat daripada yang ia rasakan dulu.***Hasan pagi ini bersiap-siap dengan semangat, mencukur kumisnya. Memotong rambutnya yang sempat tidak terawat, tujuannya bukan untuk menarik perhatian Devi, setidaknya dia hanya
Bab 35Di saat itu pula, ada dua orang dengan badan yang kekar berotot dengan dipenuhi tato, dan juga berkepala pelontos dan satunya rambut gimbal yang diikat asal ke belakang. Sedang mencari alamat Bu Endang. Mereka mengetuk pintu berkali-kali setelah berada di depan rumah Bu Endang. Bu Endang yang tanpa curiga langsung membukakan pintu."Permisi, dengan Bu Endang?"Bu Endang mengangguk pelan. Perasaannya sudah mulai tak enak.XSaya ditugaskan sama pak Harto untuk bertandang kesini, tujuannya hanya satu. Untuk mengingatkan hutang Ibu yang sudah melewati jatuh tempo."Bu Endang gelagapan, tidak menyangka akan secepat itu. Dengan takut-takut Bu Endang menjawab."Owh ya, mau masuk dulu?""Tidak usah!""Begini, Pak, Om. Uang yang kemarin itu diminta sama menantu saya terus membawa kabur. Bolehkah minta tolong untuk mencarikan menantu saya yang bernama Devi itu?""Saya tidak menerima alasan apapun, yang saya butuhkan cuma uang pelunasan utang!""Iya, Pak. Apa bapak tidak Kasian, saya h
Bab 36Devi bersiap diri setelah selesai memasak dan mencuci perabotan dapur yang kotor, bersiap untuk berangkat kerja kembali, memakai kemeja bermotif bunga dengan lengan panjang, rok putih selutut, dan memakai sepatu pantofel.Nanti dia akan Ijin tidak mengikuti jam lembur. Ia berencana mengajak Tante Rendi untuk makan di luar.Ada banyak hal yang ingin dibicarakan dengan hati-hati.Sesampainya di parkiran pabrik, dia dicegat Hasan saat turun dari mobil dengan memakai pakaian lusuh dan rambut yang berantakan. Devi mencoba menghiraukan dan berlalu meninggalkan Hasan, akan tetapi Hasan langsung menarik lengan Devi dengan kuat yang hampir saja membuat badan Devi goyah.Devi meronta meminta Hasan untuk melepaskan pegangannya. Ternyata itu hanya membuang tenaganya sia-sia karena Hasan semakin mencengkram lengannya."Mau apa, Kamu!" teriak Devi."Tentu saja mau menyiksamu," jawab Hasan dengan menyeringai. Apalagi melihat parkiran masih sepi membuat terlintas ide gila."Silahkan kalau ber