“Ada satu hal penting yang harus kamu ketahui. Sebenarnya, Ayah sampai mengusir kamu dan juga ibumu 10 tahun yang lalu. Bukanlah karena aku membenci kamu atau membenci ibumu. Bukan juga karena aku lebih memilih Sandra dibandingkan ibumu. Dan bukan juga karena alasan, bahwa aku tidak mau bertanggung jawab atas dirimu dan juga ibumu.” Fajar kini mulai menjelaskan segalanya di hadapan sang anak.Aditya mengernyitkan kening dan merasa bingung dengan ucapan yang disebutkan ayahnya tersebut. Dia masih bertanya-tanya dan tidak paham apa yang dimaksud oleh sang ayah sebenarnya.“Aku dan ibu tirimu, Sandra. Memutuskan untuk mengusir kalian dan membuat kalian hidup jauh dari kami berdua. Justru karena kami ingin supaya kalian bisa selamat dan hidup dengan baik. Karena saat itu kami tahu, bahwa kondisi di dalam perusahaan, sangat tidak kondusif. Banyak sekali persaingan yang terjadi dan itu sangat tidak sehat. Serta semua itu, bisa membahayakan keselamatan kamu. juga ibumu. Akhirnya, karena kond
Betapa terpukulnya Aditya, seketika dia mengetahui kenyataan tersebut. Dia yang awalnya sangat membenci sang ayah dan begitu marah dengan segala situasi yang menimpa dirinya juga ibu kandungnya. Saat itu juga semuanya luruh dan berubah menjadi sebuah penyesalan besar di dalam dirinya sendiri. Aditya kemudian menangis pilu, sambil memeluk sang ayah yang sudah tergeletak tak bernyawa di pangkuannya. Sementara Sandra, dia juga ikut menangis histeris dan memanggil-manggil nama suaminya berulang kali.“Suamiku… ayo cepat bangun suamiku… tolong, bangunlah. Lihat anakmu sudah tahu semuanya sekarang, tidak ada lagi yang membenci kita. Tidak ada lagi yang mendendam pada kita berdua. Tapi dia sudah memaafkan kamu, bangun suamiku ayo bangun…” mohon Sandra pada Fajar yang sudah tak bernyawa sekarang.“Ya Tuhan Ayah… maafkan aku Ayah. Aku benar-benar minta maaf. Aku sangat-sangat menyesal karena sudah bersikap seperti ini padamu Ayah… aku mohon, bangun. Beri aku kesempatan untuk membahagiakanmu le
Sesampainya di rumah sakit, Aditya seperti seseorang yang benar-benar kebingungan. Rasanya dia ingin membelah dirinya menjadi 3 orang sekaligus saat ini, satu bagian dirinya harus menemani Fajar yang dilarikan oleh petugas Rumah Sakit menuju ke kamar jenazah untuk segera diurus proses otopsi dan juga segala hal yang menyangkut tentang pemakamannya. Dan juga penyelidikan terhadap kematian Fajar sendiri yang nantinya berhubungan langsung dengan penyelidikan oleh pihak Kepolisian. Sementara satu bagian lainnya, dia ingin ikut dengan ibunya, Aletta yang masih tidak sadarkan diri sampai detik ini dan dalam kondisi kritis saat dibawa ke ruang unit gawat darurat di rumah sakit tersebut karena ibunya terlalu banyak menghirup asap sehingga saluran pernafasan hingga paru-parunya rusak. Sementara satu orang dari dirinya yang lain, ingin sekali Aditya menemani ibu tirinya, yaitu Sandra untuk mendapat pendampingan dari Aditya secara langsung. Karena bagaimanapun juga Sandra terlihat begitu terkeju
Dia tak tahu lagi seperti apa dunia saat ini. Semua isi dunia seperti sedang menertawakannya sekarang. Aditya tidak pernah menduga bahwa dia akan mengalami fase semacam ini sepanjang kehidupannya. Barangkali dia bahkan tidak pernah berpikir untuk mewarisi sebuah perusahaan besar milik ayahnya. Dia juga tidak pernah menduga bahwa memang serumit inilah kehidupan orang kaya yang dikelilingi oleh banyak musuh yang selalu ingin menjatuhkan mereka. Sekarang dia sendiri harus merasakannya. Dia harus melalui sebuah kehidupan yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan.Dia menatap kosong ke arah cermin dalam ruangan itu. Sekarang tak ada lagi sesuatu yang bisa dilakukan selain menunggu dan berharap semuanya kembali normal. Segala kejadian mengerikan yang baru saja ia saksikan dengan mata kepala sendiri, mungkin itu sudah cukup untuk membuatnya merasa trauma. Meski sebenarnya dia kau bahwa mungkin ini bukanlah seberapa apabila harus membayangkan apa saja yang akan terjadi kedepannya. Aditya menat
Tak ada satu pun orang yang merasa baik-baik saja saat ini setelah menerima semua kejadian mengerikan itu, termasuk di antaranya adalah Catrina yang merasa tidak berani lagi untuk keluar dari rumahnya. Seakan apabila dia keluar dari tempat itu selama satu hari saja, maka pada saat itu juga hidupnya akan berakhir. Dia juga seakan menganggap semua orang di luar sana sebagai sebuah ancaman bagi keselamatannya. Selama ini dia hanya melihat sebuah aksi pembunuhan hanya di film. Namun pada saat itu dia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Dialah saksi kunci dari semua kejadian mengerikan itu. Bisa dibilang apabila semua orang tahu, maka mereka akan memburu Catrina. Setiap hari, wanita itu merasa gemetar ketika sedang melakukan sesuatu. Sesuatu yang buruk selalu berkelebat dalam pikirannya. Terkadang dia berpikir bahwa bisa saja ada orang yang mendadak datang dan mendobrak tempat itu lantas menangkapnya. Dia takut kejadian yang paling ditakutkan akhirnya terjadi. Sekarang di
"Sekarang apa?" tanya Jhon. Aditya menatap sedih wanita yang masih tidak berdaya di ranjang rumah sakit. Dalam beberapa lama dia hanya bisa terduduk dan menunggu di sana. Menunggu hingga Aletta terbangun dari kritisnya. Aditya bahkan rela menginap di rumah sakit demi menunggui ibunya. Dia hanya ingin bahwa orang pertama yang dilihat oleh wanita itu ketika sadar adalah dirinya. Aditya menatap Jhon dengan putus asa. Dia belum siap meninggalkan rumah sakit untuk saat ini. Setidaknya hanya untuk saat ini. Mungkin memang lebih baik dia masih tinggal di rumah sakit untuk menunggu ibunya. Jika nanti ibunya sadarkan diri, barulah dia memikirkan apa yang harus dilakukan setelah ini. "Semua orang seperti menjauhiku. Mereka sibuk dengan urusannya sendiri. Atau mungkin lebih tepatnya sibuk dengan perasaan kacau yang saat ini melanda siapa saja yang melihat kejadian itu. Untuk sekarang lebih baik kita fokus pada apa yang harus dilakukan. Aku akan menunggu ibuku sampai dia sad
Jonathan mengerutkan kening dan menatap serius pada layar komputer itu. Dia memperhatikan dengan seksama siapa saja yang ada di sana. Lingkungan pelabuhan itu tampak sangat sepi apabila dilihat dari atas. Dia hanya melihat ada beberapa orang di sana yang tidak menyadari dronenya. Jonathan sedikit membulatkan matanya begitu menyadari ada penembak lain di sana. Orang yang tidak dia tahu siapakah orangnya. Bisa dibilang karena terlalu jauh dia tidak bisa mengenali wajah semua orang di sana.Bukan hanya penembak lain, dia juga melihat ada gerombolan pembuangan bensin di sekitar gudang Ibu Aletta saat dia disekap. Jonathan kembali memperhatikan rekaman itu. Dia memperhatikan dengan saksama dan terkadang mengulanginya lagi apabila merasa ada sesuatu yang dia lewatkan. Jonathan bahkan rela menghabiskan waktunya disana hanya untuk melihat rekaman itu berulang kali. Dia sedikit menyesal karena rekaman itu merekam kejadian tersebut dalam jarak yang cukup jauh sehingga dia merasa kesulitan untu
Dalam beberapa hari ini Jonathan tidak bertemu dengan Aditya. Dia sebenarnya belum mau mengganggu lelaki itu. Untuk saat ini dia membiarkan Aditya sibuk dengan urusannya sendiri, sedangkan dia masih berusaha mencari tahu hal terpenting dari kasus tersebut untuk bisa memecahkannya. Dia tahu betul bahwa saat ini Aditya masih berduka. Jadi memang paling etis dia tidak mengganggunya. Sedangkan saat itu Aditya merasa memang sudah tak bisa menahan emosinya. Lagipula selama ini dia memang tidak tahu bagaimana caranya mengendalikan emosi. Dia selalu berusaha untuk memendamnya sendiri. Merasa tak bisa pula apabila harus melampiaskannya dengan menangis. Bisa dibilang dia terlalu gengsi untuk menangis, entah ketika sedang sendiri apalagi sedang berada di depan orang lain. Pada akhirnya dia pun melampiaskan semua itu pada Sandra. Menyalahkan semua pada perempuan itu atas semua yang terjadi. Dia merasa berhak untuk melampiaskan semua rasa sakitnya pada Sandra. Menurutnya, tidak ada orang yang pa