Share

PILIHAN YANG SULIT

Penulis: Sun flower
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-11 23:01:06

Bohong saat suatu malam Tuan Xavier bilang tidak ada yang mencintainya karena Raihana melihat bagaimana para wanita wanita itu menatap Tuan Xavier, beberapa dari mereka mencintai Tuan Xavier sampai rela mati.

Mereka cemburu dan marah pada Raihana yang membuat kehadiran mereka menjadi tidak berguna lagi, jasa mereka seperti tidak dibutuhkan oleh Tuan Xavier yang terus berkurung diri memadu kasih dengan si tawanan yang sebenarnya adalah pelayan dari calon istri Tuan Wilson.

Angin segar datang bagi para wanita penghibur saat Tuan Xavier tiba dan jelas sebagai tawanan Tuan Xavier tidak mungkin membawa Raihana keluar dari rumah, masih takut Raihana akan mencari jalan melarikan diri. Tuan Xavier tidak pernah benar-benar percaya pada Raihana.

Padahal setelah tiga puluh hari pertama tidak lagi terlintas di benak Raihana untuk melarikan diri atau menyakiti dirinya. Raihana terima kenyataan kalau dia harus melayani Tuan Muda Xavier agar pria itu tidak lagi mencari tahu keberadaan Tuan Wilson yang mau tidak mau pasti akan menyeret Nona Adeline dalam masalah mereka.

Akhirnya diputuskan Tuan Xavier akan membawa beberapa wanita penghibur untuk menemaninya. Para wanita penghibur itu lega dan gembira, tetapi Raihana justru merasa menderita.

Awalnya karena gengsi dia diam saja saat Tuan Xavier bicara tentang pekerjaannya di luar kota selama tiga hari. Kalau saat itu dia meminta ikut, apa Tuan Xavier akan membawanya?

Akan ada banyak pekerjaan lainnya selama beberapa bulan kedepan, apakah boleh Raihana meminta ikut sekali saja?

"Entahlah. Aku tidak tahu. menjawab pertanyaan Rona. Akhirnya Raihana menjawab pertanyaan Rona.

"Dia Pemimpin dan aku tawanannya, sebenarnya statusku lebih rendah daripada para wanita wanita penghibur itu. Aku ini hanya budak."

Rona terdiam memikirkan ucapan Raihana.

"Anda benar," bibirnya manyun.

"Kenapa Tuan cavier tidak menjelaskan di mana posisi Anda?" Matanya berbinar.

"Tapi Anda tinggal di dalam Rumah pribadi Tuan Muda Xavier. Tidur di ranjang Tuan Muda, dan Anda punya pelayan dan penjaga yang siap melayani anda kapan saja. Bagi saya, Anda lebih tinggi dari seorang istri sekali pun kalau ada."

Raihana tersenyum sedih.

"Tidak. Tidak. Kamu tidak mengerti dasar hubunganku dan Tuan Muda."

tahu, kok." Rona berkeras.

"Kalau Tuan Muda tidak menyukai Anda, kenapa dia menghabisi hari bersama Anda? Tidak mungkin hanya demi mendapatkan info yang dia inginkan. Kejam sekali membuat Anda jatuh cinta lalu mengkhianati Tuan Wilson. Apa Anda pikir setelah Tuan Muda mendapatkan info dan bosan dia akan membuang Anda?"

Dada Raihana seperti ditembus panah beracun, lebih sakit daripada saat terkena panah di bahunya yang sampai sekarang parutnya tidak hilang. Tuan Xavier adalah yang pertama baginya dan akan menjadi satu-satunya karena setelah Tuan Xavier, Raihana tidak akan mengizinkan laki-laki lain menyentuhnya. Meski kenangan yang pertama, menjadi rasa asam dalam manisnya hubungannya dan Tuan Xavier sekarang, tetapi kalau tidak ada yang pertama tidak akan ada Raihana yang sekarang.

Secara naluri Raihana menganggap dirinya adalah milik Tuan Xavier. Tuan Xavier berhasil menaklukkan tubuhnya. Bahkan Raihana akan merasa kecewa ketika dia datang bulan dan secara peraturan karena dia tidak punya status, dia harus pindah sementara dari rumah Tuan Xavier yang suci dan selama itu pula dia tidak bertemu Tuan Xavier karena dikurung dalam kamar paling belakang dan terpencil, hanya ditemani Rona.

Saat kembali Raihana tidak bertanya siapa yang menggantikannya menemani Tuan Muda. Dia tidak menunjukkan sikap apa pun karena dia tahu dia tidak punya hak. Dia bukan siapa-siapa bahkan dia bukan dirinya sendiri. "Kalau begitu kenapa membuang waktu, katakan saja pada Tuan Muda Xavier di mana Tuan Wilson? Saya pribadi tidak akan mau terombang-ambing seperti ini. Lebih baik jujur saja menyatakan apa yang sebenarnya Anda tahu."

Raihana mengangkat alisnya. "Sepertinya aku harus hati-hati padamu. Gampang sekali kamu berkhianat."

Rona langsung berlutut, wajahnya merah padam.

"Tidak. Bukan seperti itu. Saya hanya memikirkan kebahagiaan Anda. Saya pelayan Anda, saya berutang nyawa dengan Anda. Sampai mati saya akan setia tidak berkhianat. Saya mau Anda terus menemani Tuan Muda selamanya."

Raihana menarik Rona berdiri. Rasa malu menampar Raihama karena sekarang dia hidup enak layaknya seorang putri, padahal aslinya dia tidak lebih tinggi dari Rona yang cantik ini. Apa karena ini juga yang membuat Raihana tidak pernah berpikir untuk mati atau melarikan diri lagi? Diam-diam hidup sebagai orang lain.

"Aku sedang bercanda. Jangan terlalu serius. Aku tahu gadis muda sepertimu hanya berpikir tentang kesenangan nanti setelah umurmu bertambah kamu akan tahu ada banyak hal yang lebih penting dari yang namanya kesenangan. Untuk sekarang nikmati saja hidupmu. Aku harap kamu selalu bahagia."

Raihana hanya pandai menasihati, padahal dia sendiri terus memikirkan dan menikmati kesenangan yang harusnya bukan miliknya.

Rona menunduk. "Terima kasih, Nona Muda."

Kehadiran Rona sangat membantu bagi Raihana

yang tak punya teman atau kenalan. Dia sering menceritakan tentang Keluarga Thanus, tentang rumah dan pakaian para wanita kaya yang cantik.

Raihan tersenyum mengingat bagaimana orang-orang di istana terlihat bebas dan ceria. Dia menceritakan pada Rona betapa baiknya Tuan Thanus yang selalu terbuka pada tamu-tamunya hingga akhirnya Tuan Wilson datang minta perlindungan dan tempat tinggal.

Terkadang Raihana menyalahkan kehadiran Tuan Wilson yang membuat perusahaan Thanus jatuh dari bumi ini. Harusnya secara logika Tuan Wilson tahu apa yang akan terjadi jika dia tetap tinggal dan terus melanjutkan rencana pernikahannya dengan Nona Adeline.

Setelah mendengar semua cerita dan alasan Tuan Muda Xavier marah dan terus memburu sang adik, kini Raihana tidak terlalu menyalahkan Tuan Xavier. Entah karena dia bodoh dan mudah luluh, entah karena hatinya kini dikuasai oleh Tuan Muda Xavier.

Ada banyak hukum sebab akibat di dunia ini. Terlalu rumit untuk dijabarkan oleh hati, tetapi yang pasti kebenaran akan selalu menang mau sekuat apa pun kejahatan.

Sekarang antara Tuan Wilson dan Tuan Muda Xavier belum bisa dipastikan siapa yang salah dan siapa yang benar. Dibandingkan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, alangkah bagusnya jika saling merangkul kembali menjalin hubungan saudara dan saling memaafkan. Raihana menyingsing lengannya, mengaduk air dalam bak mandi memastikan hangatnya pas sesuai yang Tuan Muda sukai. Dia mengangguk pada Asisten yang langsung mengatur suhu air dalam bak mandi itu.

"Cukup," kata Raihana yang menganggap para penjaga dan semua pelayan sebagai temannya.

"Terima kasih," sambung Raihana.

Pelayan Muda itu mengangguk dan segera keluar dari ruang mandi Tuan Xavier yang dalam perjalanan kembali ke kamar pribadinya.

Raihana menata gelas anggur dan buah buahan agar lengan Tuan Muda bisa mengambilnya. Ini bukan pekerjaan berat baginya, tetapi para pelayan dan penjaga pada awalnya memohon agar Raihana istirahat dan membiarkan mereka melakukan semua pekerjaan. Jika Raihana disuruh duduk saja dan melihat orang bekerja itu tidak akan mungkin.

Akhirnya setelah perdebatan panjang setiap kalinya, mereka mengalah apalagi Tuan Xavier bilang semua terserah Adeline selama itu tidak akan membuatnya lelah dan tidak bisa melayani kebutuhan utama Tuan Xavier. Raihana senang, dia tahu mana kerja yang akan melelahkan dan mana yang tidak. Jadi sampai sekarang dia bebas melakukan apa yang dia suka, tidak terlalu membosankan harus menghabiskan hari dengan melamun saja jika Tuan Xavier sedang sibuk.

Raihana berbalik saat mendengar langkah kaki. Jantungnya berdentam kencang saat melihat Tuan Xavier yang tinggi dan tampan masuk berjalan menuju padanya.

Adakah manusia yang lebih tampan dari Tuan Xavier?

Dulu pertama kali melihat Tuan Wilson, Raihana kaget melihat betapa tampan pria itu, sekarang dia merasa wajah dan tubuh Tuan Wilson biasa saja jika dibandingkan dengan ketampanan Tuan Muda Xavier.

Tuan Xavier menangkap pinggang dengan tangan kirinya melingkar seperti belitan ular kuat sekali. Tiga hari tanpa mendengar dan melihat wanita ini sangat menyiksa. Dia tidak bisa tidur nyenyak di malam hari, terus bermimpi Raihana melarikan diri berhasil menghilang darinya. Bahkan siang hari bayangan Raihana membuatnya gagal berkonsentrasi saat rapat dengan para investor.

Orang-orang terheran-heran melihat kemampuan Tuan Xavier yang tiba-tiba saja menurun drastis meski mereka tidak akan membahas di hadapannya kecuali Pelayan pribadi William yang terus menertawakannya, mengaitkan kebodohannya dengan Raihana.

Bahkan para wanita penghibur yang dibawanya tidak ada gunanya. Dia tidak tertarik pada mereka bahkan untuk ditemani minum. Demi menjaga nama baiknya dan bisik-bisik orang-orang itu yang menganggapnya takluk pada Nona Muda. Jadi, dia terpaksa membawa para wanita oenghibur yang ujung-ujungnya hanya menjadi pajangan.

"Apa kamu merindukanku?" Tuan Xavier mengelus leher Raihana.

"Sangat," lirih Raihana berkaca-kaca. Dia tidak bisa berbohong tentang perasaannya pada Tuan Muda Xavier.

"Apa Anda bersenang-senang?" Raihana terlihat sedih.

Tuan Xavier melumat bibir yang begitu dirindukannya, lebih memabukkan dari anggur terbaik. Bibir itu bengkak dan berkilau saat akhirnya Tuan Xavier melepaskannya.

Raihana terengah, jemarinya meremas lengan Tuan Xavier.

"Kalau aku membawamu pasti akan lebih menyenangkan. Aku terus memikirkanmu, bagaimana caranya bisa mengakhiri pekerjaan itu dan bisa segera bertemu denganmu." Tuan Xavier tidak pernah menyembunyikan perasaannya pada Raihana. Dia ingin Raihana merasakan ketulusannya, berpaling padanya melupakan Tuan Wilson.

"Lain kali aku tidak akan meninggalkanmu. Kamu akan ikut ke mana pun aku pergi." Tuan Xavier langsung memutuskan apa yang dia inginkan.

Raihana tersenyum, mulai menanggalkan pakaian Tuan Muda "Saya berpikir untuk meminta Anda membawa saya. Sesekali-kali saya ingin keluar dari Rumah ini melihat luasnya dan keindahan tempat ini."

"Aku akan membawamu. Akan kutunjukkan betapa indah dan cantiknya wilayahku ini."

Raihana tersenyum dan Tuan Xavier merasa dadanya mengembang.

"Apa kamu bisa mengendari mobil?"

Sebagai seorang pelayan, seumur-umur Raihana tidak pernah mengemudi mobil.

"Tidak. Saya tidak bisa," jawabnya yang sudah selesai menelanjangi Tuan Muda Xavier dan kini mulai membuka kancing kecil yang Tuan Xavier pakai dan mengelus rambut pria itu. "Aku akan mengajarimu." Tuan Xavier berjanji saat dia mulai melangkah masuk ke dalam bak air yang membuat otot-ototnya langsung terasa kendur.

Raihana menuangkan anggur ke gelas, memberikannya pada sang Tuan Muda.

"Minumlah, Tuan."

Raihana tentu tidak tahu layanan yang diberikan yang dianggap sebagai naluri makin membuat Tuan Xavier terpesona. Semua perempuan di rumah ini yang punya pelayan pribadi dan punya kedudukan tidak mungkin punya inisiatif dan ringan tangan seperti Raihana. Termasuk saat melayani Tuan Muda Xavier, sikap dan cara mereka terlalu kaku dan dibuat-buat, Sungguh memuakkan.

Sedangkan Raihana tidak mau terlalu bergantung pada pelayannya Rona, sepertinya Raihana berprinsip jika dia bisa melakukannya, maka dia tidak akan merepotkan orang lain.

Raihana kembali mengisi ulang gelas Tuan Xavier beberapa kali sebelum akhirnya berpindah tempat, berdiri di belakang punggung Tuan Xavier. Dia mulai memberi pijatan di bahu, lengan, dan leher Tuan Xavier yang mengerang memejamkan mata menikmati pijatan Raihana yang sangat enak.

"Dari mana kau belajar memijat sebaik ini. Apakah seorang Nona Muda diajarkan memijat di keluargamu?"

Raihana terdiam, cepat-cepat melanjutkan sebelum Tuan Xavier menyadari dan mencurigainya.

"Saya tidak pernah belajar secara khusus, tapi karena kakak saya sakit, saya jadi sering memijatnya dan jadi terlatih."

Itu adalah yang sebenarnya terjadi. Raihana tidak pernah mengarang cerita di hadapan Tuan Xavier. Dia takut jika terlalu banyak berbohong akan sulit baginya untuk mengingat apa saja yang sudah dikatakannya.

"Benar-benar Nona Muda yang hebat. Dari pertama melihatmu aku tahu kamu sangat luar biasa. Karena itulah aku tidak ingin membunuhmu."

Tuan Xavier memberi pujian, tetapi tidak ingin membuat Raihana menjadi besar kepala.

Raihana tidak bicara, menunduk tidak mau membalas tatapan Tuan Xavier saat dia menuang anggur ke gelas, beberapa kali hingga botol pertama kosong disusul botol kedua.

"Apa kamu masih takut padaku?" Tuan Xavier meneguk habis isi gelasnya.

"Aku tahu kamu tidak takut lagi padaku, tetapi aku tahu kamu masih waspada saat di dekatku. Ada bagian dirimu yang kamu sembunyikan dariku, seakan kamu takut aku tahu dan kamu mati-matian menyembunyikan dariku." Raihana yang sedang mengisi gelas Tuan Xavier langsung terdiam, perlahan dia mengangkat wajah, tatapan bertemu dengan tatapan Tuan Xavier yang tajam menyelidik.

Tuan Xavier menghabiskan isi gelasnya, meletakkan gelas kecil itu, merampas botol yang Raihana pegang, langsung minum dari sana. Tuan Xavier meraih tali di dada Raihana, menariknya lepas, menyibak lapisan pakaian yang Raihana pakai, lalu menurunkan penutup dada Raihana. Jarinya menelusuri lekuk dada Raihana yang kini terpampang indah di hadapannya.

"Aku tahu kamu menyukai semuanya. Aku tahu kamu menikmati persetubuhan kita. Aku juga tahu kamu menginginkanku, cemburu saat kamu pikir aku bersama wanita lain." Tuan Xavier menjentik puncak dada Raihana yang mengeras keriput.

"Aku tahu kamu tidak berpikir untuk mengakhiri hidup."

Mata Tuan Xavier mengunci tatapan Raihana saat jarinya meremas dada Raihana.

"Tapi aku juga tahu kamu selalu berpikir tentang dunia luar, saat kamu keluar meninggalkan rumah ini. Aku tahu kamu tidak pernah berpikir untuk tetap berada dan tinggal di rumah ini." Raihana meringis menahan napas ketika remasan sang Tuan Muda semakin kuat. Raihana tahu Tuan Xavier sudah mabuk. Dan saat mabuklah naluri Tuan Xavier semakin tajam, karena saat Tuan Xavier mabuk pikirannya fokus hanya pada Raihana hingga dia bisa membaca semua yang Raihana coba sembunyikan.

Raihana tahu Tuan Xavier bukan orang yang akan bisa dibodohinya untuk selamanya. Raihana berpikir tentang kehidupan di luar rumah sebab dia tahu saat Tuan Xavier tahu yang sebenarnya laki-laki itu pasti akan marah besar.

Kalau tidak membunuhnya, Tuan Xavier pasti akan membuangnya keluar dari rumah ini. Hubungan mereka berdiri di atas kebohongan yang Raihana buat. Jika kebohongan itu terungkap mereka tidak punya dasar apa pun untuk berhubungan lagi.

Tuan Xavier meneguk habis isi botol kedua, meletakkan lalu meraih botol ketiga yang biasanya tidak pernah tersentuh. Rasa cemas yang menghinggapinya selama perbuatan dilepaskannya di depan perempuan yang memberinya rasa itu.

"Jika aku memberimu pilihan untuk tetap tinggal di sisiku atau menjalani hidup bebas di luar sana, yang mana yang akan kamu pilih?"

Tuan Xavier meletakkan dagunya di atas satu lengannya yang terbentang di pinggiran bak, dia mulai menampung air di telapak tangannya lalu menyirami dada Raihana yang menjadi pemandangan favoritnya untuk melepaskan penat.

"Katakan padaku yang mana yang akan kamu pilih. Tetap bersamaku atau pergi meninggalkanku jika kamu punya kesempatan untuk melakukannya?"

Bab terkait

  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   KEHAMILAN RAIHANA

    "Tuan Muda, cukup jangan minum lagi." Raihana memperhatikan Tuan Xavier yang terus menuang anggur dari botol ke mulutnya, meluber keluar dari sudut bibir pria itu, mengalir dari dagu hingga ke dada tercampur dengan air mandi. Tuan Xavier berhenti saat isi botol ketiga habis dia memberikan botol kosong itu pada Raihana, segera menarik Raihana begitu Raihana selesai meletakkan botol. "Kenapa kamu hanya meletakkan tiga botol? Apa kamu tidak tahu selama perjalananku di luar kota aku tidak pernah minum sekali pun, aku ingin minum sepuas-puasnya ditemani olehmu." Tuan Xavier mengelus wajah Raihana dengan jari jarinya. "Aku takut jika aku mabuk aku akan melepaskan hasratku pada wanita lain yang aku anggap sebagai dirimu. Ini semua karena dirimu. Lalu sekarang kamu melarangku untuk minum lagi. Apa kamu tidak tahu aku menderita karenamu?" Raihana meraih jemari Tuan Xavier, menekan ke pipinya. Tuan Xavier menarik lepas, memilih meremas dada yang bulat milik Raihana. "Kamu belum menjaw

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   MIMPI BURUK

    Tuan Xavier mengusap tulang punggung Raihana yang masih bergetar, basah oleh keringat. Meskipun masih menginginkan Adeline, Tuan Xavier mulai belajar mengendalikan hasrat, sadar bahwa fisik Raihana kini berbeda dari sebelumnya. Padahal beberapa hari ini dia dihantui kegelisahan, mimpi yang membuatnya takut untuk tidur. Jika saja dia bisa bercinta sampai kehabisan tenaga lalu tertidur tanpa takut didatangi mimpi mengerikan itu. Namun, Dokter Jimmy sudah memberi peringatan di awal kehamilan Raihana. Dia bahkan sempat melarang Tuan Xavier menyentuh Raihana, mengusulkan agar Tuan Xavier memindahkan Raihana keluar dari kamar pribadinya agar waktu istirahatnya lebih maksimal. Disarankan juga agar Tuan Xavier memilih para wanita simpanannya untuk menyalurkan gairahnya saat dia membutuhkan perempuan. Bagaimana dia bisa menyentuh wanita lain kalau yang membuatnya bergairah dan tempat yang diinginkan untuk menyalurkan hasrat adalah Raihana itu sendiri. Akhirnya setelah ujung pistol Tuan Xav

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   ANCAMAN PERNIKAHAN

    Upacara memperingati kematian wanita yang telah melahirkan sang Tuan Muda diadakan secara besar-besaran. Ratusan karangan bunga berdatangan. Doa dan dan ucapan duka di berikan diberikan. Para pelayan dan semua orang yang bekerja dengannya bisa makan dan minum sepuasnya , mendapatkan bingkisan dan hadiah yang tentu saja dibalas dengan doa dari mereka untuk ketenangan arwah mendiang Ibunda Tuan Muda. Di atas tembok kediamannya yang diberi kain putih sebagai tanda berkabung, untuk pertama kalinya Tuan Xavier membawa Raihana, ditunjukkan pada pegawainya yang bersorak gembira menyambutnya, bagi mereka adalah calon istri masa depan karena mengandung anak sulung dari Tuan Muda Xavier. Raihana dikelilingi para pelayannya, duduk di tempat terbaik, di sebelah Tuan Xavier. Menonton berbagai atraksi, mulai dari seni tarian dan nyanyian sedih. Para wanita wanita lainnya berada di belakangnya, berbisik satu sama lain menggunjingkan sikap Raihana yang menurut mereka terlalu berlebihan, saat Raiha

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   KEMUNCULAN NONA ADELINE

    "Karena saya takut mengecewakan Anda." Raihana langsung menjawab, tidak ingin membuang waktu, dia tidak bisa membiarkan Tuan Xavier tetap pada rencananya. "Penolakanmu membuatku lebih kecewa." Tuan Xavier mendengus. Raihana bangkit, membiarkan kompres di tangannya jatuh ke lantai. Dia berjinjit melingkar lengan ke leher Tuan Xavier, bergantung di sana. Mencium Tuan Xavier dengan lapar. Raihana jarang bersikap agresif, dia selalu hati-hati dan terkendali. Ini pertama kalinya dia duluan mencium Tuan Xavier. Tentu saja Tuan Xavier langsung menyambutnya mengambil alih ciuman, menaklukan Raihana seketika. "Saya mencintai Anda, Tuan Muda. Sangat mencintai Anda." Raihana terengah menyatakan cintanya pada sang Tuan Muda begitu bibirnya dilepaskan. "Tunggu dulu dengarkan saya dulu, Tuan Muda." Raihana menahan tangan Tuan Xavier yang akan menarik selimut yang masih melilit badannya, dia tahu apa yang Tuan Xavier inginkan. "Lagi-lagi kamu menolakku. Kamu semakin berani, apa karena k

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   PELAYAN SETIA

    Raihana didorong seperti dilempar ke tengah-tengah ruang kerja Tuan Xavier. Dia mencari pegangan supaya perutnya tidak membentur lantai atau pinggir meja. Raihana berbalik, segera berlutut melihat Tuan Xavier masuk berderap mendekatinya. Pistol Tuan Xavier terarah ke dada Raihana, wajah tampan itu terlihat mengerikan, tatapannya bisa menghanguskan apa pun. "Siapa kamu sebenarnya?" Suara Tuan Xavier parau bergetar menahan marah. Raihana bersimpuh saat Nona Adeline masuk, diiringi Pengawal William dan beberapa orang petinggi perusahaam. Tuan Xavier ikut melihat Adeline yang asli, amarahnya semakin memuncak. Dia menendang bahu Raihana, membuat wanita itu tergolek miring. "Jika kamu pikir aku tidak akan membunuhmu karena kamu tengah mengandung anakku, maka kamu salah besar." Tuan Xavier mengeram, menusuk ujung pedangnya ke lantai di depan wajah Raihana. Raihana lebih takut pada Tuan Xavier saat ini dibanding saat Tuan Xavier yang menghabisi orang keluarga Thanus . Dia segera duduk,

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   TUAN XAVIER MENEMUINYA

    Raihana menepuk-nepuk pipinya yang pucat agar sedikit berwarna, tetapi warna kulitnya yang putih pucat tidak mau berubah. Padahal dia sudah berusaha keras, tidak pernah gagal menghabiskan makanan yang diantarkan padanya meskipun hanya berupa sayur dan nasi putih. Sesekali dalam tiga hari ini Salsa berhasil membawakan seiris daging untuknya. Raihana sulit menelan makanan, tetapi sebentar- sebentar perutnya terasa lapar, tidak ada yang bisa dilakukannya selain menahannya sambil merintih atau menangis, membujuk anaknya agar menjadi anak baik yang mengerti situasinya. Sekarang saja dia mondar mandir di dalam ruang kecil ini tidak sabar menunggu kedatangan Salsa membawakan sarapan untuknya yang dari subuh sudah menahan lapar. Karena berada di ruang doa, jadi jika dia mulai merasa gelisah, Raihana naik ke atas ranjang bambu duduk bersila dan merapalkan doa yang membuat hatinya lebih tenang, cara ini juga manjur untuk mengendalikan kerinduannya pada Tuan Muda, Raihana lebih banyak berdoa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   PELAMPIASAN

    Tuan Xavier menutup pintu, memasang palang kayu kecil supaya tidak ada yang mengganggunya, terhuyung dia kembali pada Raihana. Kini dengan kasar ditariknya lengan Raihana agar wanita itu berdiri. Kaki Raihana membeku mati rasa. Dia terhuyung mencengkeram baju Xavier, wajahnya terhempas ke dada sang Tuan Muda. Tuan Xavier menekan pinggangnya, perut bulat dan keras Raihana menekan miliknya yang keras. Tuan Xavier terlalu mabuk tidak waspada, dengan gampang Raihana melepaskan diri. "Pergilah, Tuan Muda," bisiknya makin gemetar, terhuyung mundur karena kakinya yang mati rasa. "Aku Tuan Muda Xavier, ke mana pun aku pergi tidak ada yang bisa melarang. Apa pun yang aku mau harus aku dapatkan." Raihana mengerti, dia paham apa yang Tuan Xavier mau. "Ada banyak wanita di rumah ini. Ada Nona Adeline yang asli yang tadi bersama Anda." Tuan Xavier maju selangkah, Raihana mundur dua langkah. Wajah Raihana tampak sayu, mati-matian menahan air matanya. Semakin lemah dirinya terlihat, semakin

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   MEREKA MENCINTAI RAIHANA

    "Hei Raihana, buka pintunya apa kamu tidak mau makan?" Tuan Xavier yang sedang mengikat sabuk celananya menoleh ke pintu, mendengar gedoran dan panggilan dari luar sana. Kening Tuan Xavier berkerut, dia tahu suara itu milik Rona yang kini melayani Adeline. Tuan Xavier melihat Raihana yang membungkus tubuh telanjangnya dengan selimut tipis, seperti anjing yang habis disiksa, gemetar, dan merintih pelan. Tuan Xavier harus melawan keinginan hatinya untuk meraih Raihana dan memeluknya di atas pangkuannya, menenangkan berjanji tidak akan ada yang menyakiti Raihana lagi setelah ini, tetapi kalau seperti itu namanya bukan hukuman dan Raihana tidak akan pernah jera. Suara Rona semakin keras, gedoran di pintu semakin kuat. Apa penjaga di luar sana tidak memberitahu Rona siapa yang ada di dalam sini? Tuan Xavier ingat ada pergantian jam jaga, mungkin yang tugas jaga malam tidak memberitahu penjaga pagi. Tuan Xavier berjalan, membuka palang pintu, menarik pintu terbuka. "Apa-apaan k

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19

Bab terbaru

  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   AKHIR YANG INDAH

    Sambil membuka (Gambar Plum Merah Salju Musim Dingin), Tuan Xavier menatap lukisan itu tanpa ekspresi. Sedetik kemudian, dia tersenyum dingin: "David menjadi malas dan emosional sekarang karena dia tidak menghadiri pengadilan." Dia pernah mendengar bahwa Tuan Max sangat pandai menggambar pemandangan. Namun lukisannya yang menampilkan orang-orang ini, juga sangat menyentuh. Asisten Hasim melihat ekspresi Tuan Xavier yang tidak baik. la teringat bahwa David telah mengirimkan lukisan ini, dan menduga bahwa Tuan Xavier masih memiliki perasaan buruk terhadap David sehingga ia tidak berani berbicara. la dengan patuh berdiri di satu sisi dan menunggu perintah Tuan Xavier."Kembalikan lukisan itu." Tuan Xavier mengerutkan bibirnya, sedikit rasa jijik terlihat. "Meskipun Nona Muda tidak suka melihat lukisan dan telah melupakan semua benda ini, para pelayan tetap harus menyimpannya dengan baik."Asisten Hasim menuju ke ruang belakang. Ketika dia melangkah masuk ke ruang tengah, dia bertemu deng

  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   CINTA YANG ABADI

    Tujuh tahun telah berlalu Xevo, Putra pertama Tuan Xavier, sudah tahu apa yang dimaksud dengan calon istri meskipun dia baru berusia tujuh tahun. Dia melihat adik perempuannya di belakangnya, dan ekspresi yang mendalam muncul di wajahnya: "Xava, bukankah kamu baru saja belajar membaca? Mengapa kita tidak bertanya pada pelayan? pelayan pernah mengajariku di masa lalu ketika aku belajar menulis." Raihana, yang berdiri di belakang mereka, mendengar perkataan putra sulungnya, dan tak kuasa menahan tawa. Dulu, bukankah baru dua tahun yang lalu? la melihat ekspresi serius di wajah putra sulungnya dan memanggil kedua anaknya kepadanya: "Xevo, Xava, kemarilah!" Xevo tidak menyangka bahwa ibunya mendengar perkataannya. Dia menuntun Xava dengan patuh ke depan Raihana dan berkata dengan suara kecil:" Ibu, mengapa kamu datang ke sini?" "Ibu hanya jalan-jalan saja," Raihana berjongkok untuk memeluk kedua anaknya dan tersenyum, "Aku akan pergi ke ruang kerja ayahmu untuk mengurus beberapa urus

  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   PENYEBAR RUMOR

    Linda sekarang merasa sangat menyesal. Setelah meneguk teh dingin untuk menekan rasa takut di hatinya, saat cangkir teh meninggalkan bibirnya, Linda melihat pembantunya mendorong pintu hingga terbuka dan masuk dengan wajah penuh kepanikan untuk melapor: "Nona, Tuan Xavier memanggil Anda dan Tuan Median." Cangkir teh di tangannya jatuh ke lantai. Linda berdiri ketakutan. Melalui pintu, dia bisa melihat seorang penjaga berdiri di luar. Dia terhuyung dan memaksakan senyum: "Tunggu aku berganti pakaian..." "Nona, jangan buang-buang waktu. Tuan Muda dan Nona Muda sama-sama sangat sibuk. Nona harus segera menemui mereka." Asisten Hasim melangkah masuk, wajahnya tanpa ekspresi saat dia mengibaskan kain lap di tangannya, "Nona, kumohon." Linda mengenalinya sebagai pelayan pribadi Tuan Xavier dan tidak berani menyinggung perasaannya. Dia memaksakan senyum dan mengikuti Asisten Hasim keluar ruangan. Ketika dia keluar, dia melihat kakaknya juga mengenakan pakaiannya yang biasa, ekspresin

  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   CINTA YANG DI TOLAK

    Perkataan Linda mengejutkan banyak orang. Terutama Tami. la merasa kakinya lemas. Jika ia tahu bahwa gadis ini begitu berani, hari ini, ia tidak akan melakukan ini. Jika Nona Raihana mengira bahwa ia sengaja mempermainkan orang di depannya, apakah ia akan memiliki hari-hari baik lagi untuk hidup?Raihana sedikit terkejut dengan tindakan Linda yang merekomendasikan dirinya sendiri ke ranjang suaminya, tetapi dia segera tenang. Dia pernah mendengar sebelumnya tentang sifat liberal gadis gadis masa kini. Meskipun dia tidak mengira bahwa Linda ini akan berbicara begitu datar tentang masalah ini, tetapi dia tidak akan kehilangan ketenangannya karena itu. Dengan elegan meletakkan cangkir teh di tangannya, dia menggunakan sapu tangan yang disulam dengan desain yang indah untuk menyeka bibirnya: "Dari mana kata-kata anda berasal? Jika kamu jatuh cinta dengan Tuan Muda, mengapa tidak mengatakannya kepadanya, daripada mengatakan kepada saya?""Saya mendengar bahwa Nona memiliki kekuasaan untuk

  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   RUMOR YANG BEREDAR

    Peristiwa Linda yang menari di pesta ulang tahun dengan cepat menyebar ke seluruh mitra bisnis. Banyak orang yang suka bergosip mulai berspekulasi tentang bagaimana tarian wanita itu, betapa cantiknya dia. Bahkan ada orang yang mulai mengatakan bahwa Tuan Xavier akan membawa gadis itu ke kediamannya.Orang-orang telah melihat banyak hal dan tentu saja menduga bahwa gadis itu tidak hanya menawarkan tarian, melainkan, dia ingin memamerkan dirinya di hadapan Tuan Xavier. Seorang wanita berusaha keras untuk memamerkan atributnya di hadapan pria lain, jika dia tidak memiliki motif lain, itu agak mencurigakan.Pada suatu ketika, rumor tentang Linda semakin merebak. Ada yang mengatakan bahwa mereka melihat Linda membeli perhiasan di toko tertentu, lalu membeli pakaian di toko lain. Semua rumor itu memiliki satu kesamaan, Linda sangat cantik dan dapat mencuri hati orang hanya dengan sekali pandang.Rumor-rumor itu semakin kuat dan kuat. Secara bertahap diketahui betapa cantiknya Linda dari pe

  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   KEGAGALAN LINDA

    Pada hari ulang tahun Tuan Xavier, semua pelayan membuat diri mereka seratus dua puluh persen waspada. Tidak ada yang berani melakukan kesalahan. Jika mereka berhasil mengacau di depan atasan mereka, bahkan jika mereka tidak mati, mereka akan dicabik-cabik hingga setengah tubuh. Para pelayan dan penjaga menata segala sesuatunya dengan sempurna, mulai dari pakaian hingga makanan. Bahkan Aula yang akan di pakai sendiri dicuci berulang kali. Tangga batu giok putih di luar dibersihkan sedemikian rupa sehingga setitik kotoran pun tidak dapat ditemukan. "Cuaca hari ini sangat bagus," Seorang penjaga berpakaian biru mengangkat kepalanya untuk melihat matahari yang tergantung di langit, dan dengan suara pelan, berkata kepada rekannya di sampingnya, "Hei, apakah kau sudah mendengar betapa cantiknya nona dari perusahaan Maxim? Dia berencana untuk mempersembahkan tarian di pesta." "Tidak ada yang aneh," rekannya menggunakan kain di tangannya untuk membersihkan pilar-pilar koridor dengan hati-

  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   MENYAMBUT HARI ULANG TAHUN

    Lampu di aula barat tiba-tiba padam. Hanya mutiara bercahaya malam di panggung dan lentera bunga yang mengapung di atas air yang memberikan penerangan, seolah-olah di dunia ini, hanya ada wanita di atas panggung.Musik mulai berdenting pelan, dan orang di panggung bunga itu bergerak. Lengan baju merah itu seakan membelah malam yang gelap, terbang di udara seperti ríak-riak air. Panggung bunga itu sedikit bergetar dan wanita berpakaian merah itu ikut bergerak, tiba-tiba mulai berputar seolah-olah yang ada di bawah kakinya bukanlah panggung bunga yang goyah yang mengapung di atas air, melainkan tanah yang kokoh.Lonceng di pergelangan kakinya berdentang dalam kegelapan, menusuk jauh ke dalam jiwa, berulang kali menyampaikan rasa terima kasih Tuan Xavier,Raihana berpakaian serba merah. Warnanya merah tua murni. Tidak ada perhiasan, tidak ada batu giok, selain untaian lonceng di pergelangan kakinya, dia tidak mengenakan hiasan apa pun di tubuhnya. Angin malam bertiup masuk melalui jendela

  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   KEJUTAN DARI RAIHANA

    Hari-hari Raihana akhir-akhir ini sangat riang. Setiap hari, ia bermain dengan putra putrinya dan menyantap makanan lezat. Hari-harinya terasa mudah dan nyaman.Hari ini, ketika Tuan Xavier datang ke aula belakang, dia melihat putranya mengenakan pakaian dalam sambil berusaha keras menggerakkan anggota tubuhnya di tempat tidur, lehernya berusaha keras untuk sedikit terangkat sebelum akhirnya jatuh dengan keras. Hal itu membuat ibunya tertawa terbahak-bahak."Apa ini?" Tuan Xavier duduk di tepi tempat tidur, memperhatikan putranya menggerakkan anggota tubuhnya seperti kura-kura. Hasilnya, dia tidak bergerak sedikit pun. Namun, dia tidak mengamuk, hanya mendorong kakinya dengan tegas."Tidak apa-apa, biarkan saja dia melatih kaki dan lehernya," Raihana dengan cekatan membalikkan badan putranya, menepuk pantatnya. Melihat putranya tersenyum lebar padanya, dia membungkuk untuk mencium pipinya. Mengambil kotak bedak dari tangan Salsa, dia mulai menaburkan bedak itu untuk mencegah ruam."Pa

  • PELAYAN KESAYANGAN MAFIA PEWARIS   MEMENUHI UNDANGAN DINDA

    "Karena David ingin kau hadir, maka kau harus tampil dengan baik," Dinda mengutak-atik kukunya yang baru saja dicat kemarin. la melirik Evie yang berdiri di depannya, "Kudengar bakat musikmu luar biasa. Jika ada kesempatan nanti, kau akan tampil di depan semua orang."Tangan Evie yang tersembunyi di balik lengan bajunya mengencang. Dia tahu bahwa Dinda sedang menghinanya, tetapi dia tidak punya pilihan selain bertahan, jadi dia menundukkan kepalanya. Dia membungkuk:" Saya akan mengingatnya.""Bagus," Dinda mengangguk dan mengangkat dagunya, "Hari ini, banyak tamu terhormat akan datang. Perhatikan perilakumu dan jangan mempermalukanku. Dia tidak melihat ke arah Evie saat dia memegang tangan seorang pelayan dan meninggalkan ruangan."Nyonya," seorang pelayan melihat ekspresi Evie yang tidak tepat dan bergegas maju untuk mendukungnya. Dia menghiburnya, "Jangan marah, nona Dinda hanya iri dengan betapa baiknya dirimu."Evie tersenyum pahit saat dia duduk di kursi. Dia menoleh untuk meliha

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status