Share

PILIHAN YANG SULIT

Bohong saat suatu malam Tuan Xavier bilang tidak ada yang mencintainya karena Raihana melihat bagaimana para wanita wanita itu menatap Tuan Xavier, beberapa dari mereka mencintai Tuan Xavier sampai rela mati.

Mereka cemburu dan marah pada Raihana yang membuat kehadiran mereka menjadi tidak berguna lagi, jasa mereka seperti tidak dibutuhkan oleh Tuan Xavier yang terus berkurung diri memadu kasih dengan si tawanan yang sebenarnya adalah pelayan dari calon istri Tuan Wilson.

Angin segar datang bagi para wanita penghibur saat Tuan Xavier tiba dan jelas sebagai tawanan Tuan Xavier tidak mungkin membawa Raihana keluar dari rumah, masih takut Raihana akan mencari jalan melarikan diri. Tuan Xavier tidak pernah benar-benar percaya pada Raihana.

Padahal setelah tiga puluh hari pertama tidak lagi terlintas di benak Raihana untuk melarikan diri atau menyakiti dirinya. Raihana terima kenyataan kalau dia harus melayani Tuan Muda Xavier agar pria itu tidak lagi mencari tahu keberadaan Tuan Wilson yang mau tidak mau pasti akan menyeret Nona Adeline dalam masalah mereka.

Akhirnya diputuskan Tuan Xavier akan membawa beberapa wanita penghibur untuk menemaninya. Para wanita penghibur itu lega dan gembira, tetapi Raihana justru merasa menderita.

Awalnya karena gengsi dia diam saja saat Tuan Xavier bicara tentang pekerjaannya di luar kota selama tiga hari. Kalau saat itu dia meminta ikut, apa Tuan Xavier akan membawanya?

Akan ada banyak pekerjaan lainnya selama beberapa bulan kedepan, apakah boleh Raihana meminta ikut sekali saja?

"Entahlah. Aku tidak tahu. menjawab pertanyaan Rona. Akhirnya Raihana menjawab pertanyaan Rona.

"Dia Pemimpin dan aku tawanannya, sebenarnya statusku lebih rendah daripada para wanita wanita penghibur itu. Aku ini hanya budak."

Rona terdiam memikirkan ucapan Raihana.

"Anda benar," bibirnya manyun.

"Kenapa Tuan cavier tidak menjelaskan di mana posisi Anda?" Matanya berbinar.

"Tapi Anda tinggal di dalam Rumah pribadi Tuan Muda Xavier. Tidur di ranjang Tuan Muda, dan Anda punya pelayan dan penjaga yang siap melayani anda kapan saja. Bagi saya, Anda lebih tinggi dari seorang istri sekali pun kalau ada."

Raihana tersenyum sedih.

"Tidak. Tidak. Kamu tidak mengerti dasar hubunganku dan Tuan Muda."

tahu, kok." Rona berkeras.

"Kalau Tuan Muda tidak menyukai Anda, kenapa dia menghabisi hari bersama Anda? Tidak mungkin hanya demi mendapatkan info yang dia inginkan. Kejam sekali membuat Anda jatuh cinta lalu mengkhianati Tuan Wilson. Apa Anda pikir setelah Tuan Muda mendapatkan info dan bosan dia akan membuang Anda?"

Dada Raihana seperti ditembus panah beracun, lebih sakit daripada saat terkena panah di bahunya yang sampai sekarang parutnya tidak hilang. Tuan Xavier adalah yang pertama baginya dan akan menjadi satu-satunya karena setelah Tuan Xavier, Raihana tidak akan mengizinkan laki-laki lain menyentuhnya. Meski kenangan yang pertama, menjadi rasa asam dalam manisnya hubungannya dan Tuan Xavier sekarang, tetapi kalau tidak ada yang pertama tidak akan ada Raihana yang sekarang.

Secara naluri Raihana menganggap dirinya adalah milik Tuan Xavier. Tuan Xavier berhasil menaklukkan tubuhnya. Bahkan Raihana akan merasa kecewa ketika dia datang bulan dan secara peraturan karena dia tidak punya status, dia harus pindah sementara dari rumah Tuan Xavier yang suci dan selama itu pula dia tidak bertemu Tuan Xavier karena dikurung dalam kamar paling belakang dan terpencil, hanya ditemani Rona.

Saat kembali Raihana tidak bertanya siapa yang menggantikannya menemani Tuan Muda. Dia tidak menunjukkan sikap apa pun karena dia tahu dia tidak punya hak. Dia bukan siapa-siapa bahkan dia bukan dirinya sendiri. "Kalau begitu kenapa membuang waktu, katakan saja pada Tuan Muda Xavier di mana Tuan Wilson? Saya pribadi tidak akan mau terombang-ambing seperti ini. Lebih baik jujur saja menyatakan apa yang sebenarnya Anda tahu."

Raihana mengangkat alisnya. "Sepertinya aku harus hati-hati padamu. Gampang sekali kamu berkhianat."

Rona langsung berlutut, wajahnya merah padam.

"Tidak. Bukan seperti itu. Saya hanya memikirkan kebahagiaan Anda. Saya pelayan Anda, saya berutang nyawa dengan Anda. Sampai mati saya akan setia tidak berkhianat. Saya mau Anda terus menemani Tuan Muda selamanya."

Raihana menarik Rona berdiri. Rasa malu menampar Raihama karena sekarang dia hidup enak layaknya seorang putri, padahal aslinya dia tidak lebih tinggi dari Rona yang cantik ini. Apa karena ini juga yang membuat Raihana tidak pernah berpikir untuk mati atau melarikan diri lagi? Diam-diam hidup sebagai orang lain.

"Aku sedang bercanda. Jangan terlalu serius. Aku tahu gadis muda sepertimu hanya berpikir tentang kesenangan nanti setelah umurmu bertambah kamu akan tahu ada banyak hal yang lebih penting dari yang namanya kesenangan. Untuk sekarang nikmati saja hidupmu. Aku harap kamu selalu bahagia."

Raihana hanya pandai menasihati, padahal dia sendiri terus memikirkan dan menikmati kesenangan yang harusnya bukan miliknya.

Rona menunduk. "Terima kasih, Nona Muda."

Kehadiran Rona sangat membantu bagi Raihana

yang tak punya teman atau kenalan. Dia sering menceritakan tentang Keluarga Thanus, tentang rumah dan pakaian para wanita kaya yang cantik.

Raihan tersenyum mengingat bagaimana orang-orang di istana terlihat bebas dan ceria. Dia menceritakan pada Rona betapa baiknya Tuan Thanus yang selalu terbuka pada tamu-tamunya hingga akhirnya Tuan Wilson datang minta perlindungan dan tempat tinggal.

Terkadang Raihana menyalahkan kehadiran Tuan Wilson yang membuat perusahaan Thanus jatuh dari bumi ini. Harusnya secara logika Tuan Wilson tahu apa yang akan terjadi jika dia tetap tinggal dan terus melanjutkan rencana pernikahannya dengan Nona Adeline.

Setelah mendengar semua cerita dan alasan Tuan Muda Xavier marah dan terus memburu sang adik, kini Raihana tidak terlalu menyalahkan Tuan Xavier. Entah karena dia bodoh dan mudah luluh, entah karena hatinya kini dikuasai oleh Tuan Muda Xavier.

Ada banyak hukum sebab akibat di dunia ini. Terlalu rumit untuk dijabarkan oleh hati, tetapi yang pasti kebenaran akan selalu menang mau sekuat apa pun kejahatan.

Sekarang antara Tuan Wilson dan Tuan Muda Xavier belum bisa dipastikan siapa yang salah dan siapa yang benar. Dibandingkan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, alangkah bagusnya jika saling merangkul kembali menjalin hubungan saudara dan saling memaafkan. Raihana menyingsing lengannya, mengaduk air dalam bak mandi memastikan hangatnya pas sesuai yang Tuan Muda sukai. Dia mengangguk pada Asisten yang langsung mengatur suhu air dalam bak mandi itu.

"Cukup," kata Raihana yang menganggap para penjaga dan semua pelayan sebagai temannya.

"Terima kasih," sambung Raihana.

Pelayan Muda itu mengangguk dan segera keluar dari ruang mandi Tuan Xavier yang dalam perjalanan kembali ke kamar pribadinya.

Raihana menata gelas anggur dan buah buahan agar lengan Tuan Muda bisa mengambilnya. Ini bukan pekerjaan berat baginya, tetapi para pelayan dan penjaga pada awalnya memohon agar Raihana istirahat dan membiarkan mereka melakukan semua pekerjaan. Jika Raihana disuruh duduk saja dan melihat orang bekerja itu tidak akan mungkin.

Akhirnya setelah perdebatan panjang setiap kalinya, mereka mengalah apalagi Tuan Xavier bilang semua terserah Adeline selama itu tidak akan membuatnya lelah dan tidak bisa melayani kebutuhan utama Tuan Xavier. Raihana senang, dia tahu mana kerja yang akan melelahkan dan mana yang tidak. Jadi sampai sekarang dia bebas melakukan apa yang dia suka, tidak terlalu membosankan harus menghabiskan hari dengan melamun saja jika Tuan Xavier sedang sibuk.

Raihana berbalik saat mendengar langkah kaki. Jantungnya berdentam kencang saat melihat Tuan Xavier yang tinggi dan tampan masuk berjalan menuju padanya.

Adakah manusia yang lebih tampan dari Tuan Xavier?

Dulu pertama kali melihat Tuan Wilson, Raihana kaget melihat betapa tampan pria itu, sekarang dia merasa wajah dan tubuh Tuan Wilson biasa saja jika dibandingkan dengan ketampanan Tuan Muda Xavier.

Tuan Xavier menangkap pinggang dengan tangan kirinya melingkar seperti belitan ular kuat sekali. Tiga hari tanpa mendengar dan melihat wanita ini sangat menyiksa. Dia tidak bisa tidur nyenyak di malam hari, terus bermimpi Raihana melarikan diri berhasil menghilang darinya. Bahkan siang hari bayangan Raihana membuatnya gagal berkonsentrasi saat rapat dengan para investor.

Orang-orang terheran-heran melihat kemampuan Tuan Xavier yang tiba-tiba saja menurun drastis meski mereka tidak akan membahas di hadapannya kecuali Pelayan pribadi William yang terus menertawakannya, mengaitkan kebodohannya dengan Raihana.

Bahkan para wanita penghibur yang dibawanya tidak ada gunanya. Dia tidak tertarik pada mereka bahkan untuk ditemani minum. Demi menjaga nama baiknya dan bisik-bisik orang-orang itu yang menganggapnya takluk pada Nona Muda. Jadi, dia terpaksa membawa para wanita oenghibur yang ujung-ujungnya hanya menjadi pajangan.

"Apa kamu merindukanku?" Tuan Xavier mengelus leher Raihana.

"Sangat," lirih Raihana berkaca-kaca. Dia tidak bisa berbohong tentang perasaannya pada Tuan Muda Xavier.

"Apa Anda bersenang-senang?" Raihana terlihat sedih.

Tuan Xavier melumat bibir yang begitu dirindukannya, lebih memabukkan dari anggur terbaik. Bibir itu bengkak dan berkilau saat akhirnya Tuan Xavier melepaskannya.

Raihana terengah, jemarinya meremas lengan Tuan Xavier.

"Kalau aku membawamu pasti akan lebih menyenangkan. Aku terus memikirkanmu, bagaimana caranya bisa mengakhiri pekerjaan itu dan bisa segera bertemu denganmu." Tuan Xavier tidak pernah menyembunyikan perasaannya pada Raihana. Dia ingin Raihana merasakan ketulusannya, berpaling padanya melupakan Tuan Wilson.

"Lain kali aku tidak akan meninggalkanmu. Kamu akan ikut ke mana pun aku pergi." Tuan Xavier langsung memutuskan apa yang dia inginkan.

Raihana tersenyum, mulai menanggalkan pakaian Tuan Muda "Saya berpikir untuk meminta Anda membawa saya. Sesekali-kali saya ingin keluar dari Rumah ini melihat luasnya dan keindahan tempat ini."

"Aku akan membawamu. Akan kutunjukkan betapa indah dan cantiknya wilayahku ini."

Raihana tersenyum dan Tuan Xavier merasa dadanya mengembang.

"Apa kamu bisa mengendari mobil?"

Sebagai seorang pelayan, seumur-umur Raihana tidak pernah mengemudi mobil.

"Tidak. Saya tidak bisa," jawabnya yang sudah selesai menelanjangi Tuan Muda Xavier dan kini mulai membuka kancing kecil yang Tuan Xavier pakai dan mengelus rambut pria itu. "Aku akan mengajarimu." Tuan Xavier berjanji saat dia mulai melangkah masuk ke dalam bak air yang membuat otot-ototnya langsung terasa kendur.

Raihana menuangkan anggur ke gelas, memberikannya pada sang Tuan Muda.

"Minumlah, Tuan."

Raihana tentu tidak tahu layanan yang diberikan yang dianggap sebagai naluri makin membuat Tuan Xavier terpesona. Semua perempuan di rumah ini yang punya pelayan pribadi dan punya kedudukan tidak mungkin punya inisiatif dan ringan tangan seperti Raihana. Termasuk saat melayani Tuan Muda Xavier, sikap dan cara mereka terlalu kaku dan dibuat-buat, Sungguh memuakkan.

Sedangkan Raihana tidak mau terlalu bergantung pada pelayannya Rona, sepertinya Raihana berprinsip jika dia bisa melakukannya, maka dia tidak akan merepotkan orang lain.

Raihana kembali mengisi ulang gelas Tuan Xavier beberapa kali sebelum akhirnya berpindah tempat, berdiri di belakang punggung Tuan Xavier. Dia mulai memberi pijatan di bahu, lengan, dan leher Tuan Xavier yang mengerang memejamkan mata menikmati pijatan Raihana yang sangat enak.

"Dari mana kau belajar memijat sebaik ini. Apakah seorang Nona Muda diajarkan memijat di keluargamu?"

Raihana terdiam, cepat-cepat melanjutkan sebelum Tuan Xavier menyadari dan mencurigainya.

"Saya tidak pernah belajar secara khusus, tapi karena kakak saya sakit, saya jadi sering memijatnya dan jadi terlatih."

Itu adalah yang sebenarnya terjadi. Raihana tidak pernah mengarang cerita di hadapan Tuan Xavier. Dia takut jika terlalu banyak berbohong akan sulit baginya untuk mengingat apa saja yang sudah dikatakannya.

"Benar-benar Nona Muda yang hebat. Dari pertama melihatmu aku tahu kamu sangat luar biasa. Karena itulah aku tidak ingin membunuhmu."

Tuan Xavier memberi pujian, tetapi tidak ingin membuat Raihana menjadi besar kepala.

Raihana tidak bicara, menunduk tidak mau membalas tatapan Tuan Xavier saat dia menuang anggur ke gelas, beberapa kali hingga botol pertama kosong disusul botol kedua.

"Apa kamu masih takut padaku?" Tuan Xavier meneguk habis isi gelasnya.

"Aku tahu kamu tidak takut lagi padaku, tetapi aku tahu kamu masih waspada saat di dekatku. Ada bagian dirimu yang kamu sembunyikan dariku, seakan kamu takut aku tahu dan kamu mati-matian menyembunyikan dariku." Raihana yang sedang mengisi gelas Tuan Xavier langsung terdiam, perlahan dia mengangkat wajah, tatapan bertemu dengan tatapan Tuan Xavier yang tajam menyelidik.

Tuan Xavier menghabiskan isi gelasnya, meletakkan gelas kecil itu, merampas botol yang Raihana pegang, langsung minum dari sana. Tuan Xavier meraih tali di dada Raihana, menariknya lepas, menyibak lapisan pakaian yang Raihana pakai, lalu menurunkan penutup dada Raihana. Jarinya menelusuri lekuk dada Raihana yang kini terpampang indah di hadapannya.

"Aku tahu kamu menyukai semuanya. Aku tahu kamu menikmati persetubuhan kita. Aku juga tahu kamu menginginkanku, cemburu saat kamu pikir aku bersama wanita lain." Tuan Xavier menjentik puncak dada Raihana yang mengeras keriput.

"Aku tahu kamu tidak berpikir untuk mengakhiri hidup."

Mata Tuan Xavier mengunci tatapan Raihana saat jarinya meremas dada Raihana.

"Tapi aku juga tahu kamu selalu berpikir tentang dunia luar, saat kamu keluar meninggalkan rumah ini. Aku tahu kamu tidak pernah berpikir untuk tetap berada dan tinggal di rumah ini." Raihana meringis menahan napas ketika remasan sang Tuan Muda semakin kuat. Raihana tahu Tuan Xavier sudah mabuk. Dan saat mabuklah naluri Tuan Xavier semakin tajam, karena saat Tuan Xavier mabuk pikirannya fokus hanya pada Raihana hingga dia bisa membaca semua yang Raihana coba sembunyikan.

Raihana tahu Tuan Xavier bukan orang yang akan bisa dibodohinya untuk selamanya. Raihana berpikir tentang kehidupan di luar rumah sebab dia tahu saat Tuan Xavier tahu yang sebenarnya laki-laki itu pasti akan marah besar.

Kalau tidak membunuhnya, Tuan Xavier pasti akan membuangnya keluar dari rumah ini. Hubungan mereka berdiri di atas kebohongan yang Raihana buat. Jika kebohongan itu terungkap mereka tidak punya dasar apa pun untuk berhubungan lagi.

Tuan Xavier meneguk habis isi botol kedua, meletakkan lalu meraih botol ketiga yang biasanya tidak pernah tersentuh. Rasa cemas yang menghinggapinya selama perbuatan dilepaskannya di depan perempuan yang memberinya rasa itu.

"Jika aku memberimu pilihan untuk tetap tinggal di sisiku atau menjalani hidup bebas di luar sana, yang mana yang akan kamu pilih?"

Tuan Xavier meletakkan dagunya di atas satu lengannya yang terbentang di pinggiran bak, dia mulai menampung air di telapak tangannya lalu menyirami dada Raihana yang menjadi pemandangan favoritnya untuk melepaskan penat.

"Katakan padaku yang mana yang akan kamu pilih. Tetap bersamaku atau pergi meninggalkanku jika kamu punya kesempatan untuk melakukannya?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status