Aldo dengan tergesa menuju ke ruang operasi. Pasien yang baru saja ia operasi mengalami koma. Dengan cepat ia memeriksa kondisi pasien dan langsung bicara dengan keluarga pasien yang sedang menunggunya."Apakah anak saya bisa kembali sadar, Dok?" tanya ibu si pasien dengan wajah memelas. Aldo tersenyum dan menepuk bahu wanita setengah baya di hadapannya itu. "Kami akan berusaha semaksimal mungkin, Bu. Tetapi semua kembali lagi Tuhanlah yang menentukan." "Apa anak saya akan lumpuh?""Kita harus menunggu dia sadar kembali." "Bailklah Dokter, kami akan menunggu anak kami sadar kembali." "Dibantu doa saja, Bu," kata Aldo. Setelah selesai dengan pasien dan keluarganya, Aldo pun kembali melangkah menuju ke kamar perawatan Mentari. Tetapi, tiba-tiba seseorang mencekal lengannya. Dokter muda itu pun sontak menoleh dan saat melihat siapa yang mencekalnya ia langsung mengerutkan keningnya."Mama?" ujarnya dengan suara tertahan saat melihat Ayunda. "Pasien yang kamu tangani it
Mendengar pertanyaan Mentari, Ayunda tampak sedikit gugup. Namun, dengan cepat ia pun segera menguasai keadaan."Iya, anak sahabat mama sakit. Jadi, tadi mama menengoknya." Mentari hanya tersenyum tipis tetapi matanya menatap tajam kepada Ayunda."Mas, jika kondisiku dan anak kita baik aku mau pulang. Lagi pula proses kelahirannya kan normal," kata Mentari. "Jangan dipaksakan, Sayang." Mentari hanya tersenyum manis sambil menggelengkan kepalanya. "Aku merasa baik-baik saja dan ingin segera pulang. Lagi pula, Rembulan akan segera menikah, bukan?" Ayunda yang mendengar ucapan Mentari hanya bisa tersenyum simpul. Namun, Mentari menemukan sesuatu yang berbeda dari senyuman ibu tiri sekaligus tantenya itu.** _27 Tahun lalu_ Ayunda membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa sangat sakit sekali. Bukan hanya kepala, tapi sekujur tubuhnya terasa lemas dan sakit. Matanya yang sudah terbuka sempurna itu terkejut saat mendapati ia tidak berada di kamarnya. A
Dua bulan semenjak kejadian itu, Ayunda baru menyadari jika ia hamil. Tetapi, ia tidak berani mengatakan kepada siapa pun. Hingga akhirnya ia mengambil keputusan yang sangat berani. Ia meminta untuk bisa kuliah di Singapura. Dengan bantuan teman dekatnya, Ayunda bisa kuliah dan mengatakan jika statusnya sudah menikah sehingga pihak universitas tidak mempermasalahkan kehamilannya. Dan saat bayi itu lahir, Ayunda memberikannya kepada sepasang suami istri yang sudah lama tidak memiliki anak. Ia tetap memantau di mana anaknya itu berada. Hingga pada akhirnya ia mendapatkan kabar jika Erlangga anaknya mengalami kecelakaan.**"Kamu ...." "Masih ingat kepada saya, Nyonya Rima?" tanya Ayunda dengan tenang sambil melangkah memasuki ruang rawat. "Bagaimana bisa Erlangga mengalami kecelakaan seperti ini? Begitu terpurukkah ekonomi keluarga Anda hingga membuat anak saya lelah? Padahal, sejak dulu saya tidak pernah absen memberikan nafkah untuk Erlangga," kata Ayunda.Ya, meski ia memberikan
"Sayang, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Aldo kepada Mentari. Mereka baru saja pulang ke apartemen Aldo. Kedua orang tua Aldo juga baru saja pulang. Sementara anak mereka sudah tertidur dengan lelap di kamarnya. Mentari menatap Aldo dan tersenyum dengan manis. "Mau tanya apa sih, Mas? Tanya aja." "Kenapa kamu dan ibumu selalu bertengkar? Hmm ... dulu, saat aku dan Bulan hendak menikah dia bercerita jika sejak kecil kalian memang sering bertengkar dan kamu selalu mengambil apa yang menjadi miliknya." Mentari tertawa kecil, hubungannya dan Bulan sejak kecil memang terkadang ribut dan sering juga bertengkar memperebutkan barang atau apa saja yang bisa diperebutkan."Iya, benar. Sejak kecil kami tidak seperti anak kembar lain yang selalu rukun. Sebaliknya kami selalu bertengkar dan sebagai kakak aku tidak mau mengalah. Jadi, aku selalu membuat Bulan menangis dan mengalah. Tapi, papa selalu membelaku sejak kecil," kata Mentari. Gadis itu menghela napas, ia merasa bersalah kepada
Mentari yang awalnya merasa bahwa tidak akan ada seorang pun mengetahui rahasianya, merasa terkejut saat Aldo mengetahui kebenaran yang sudah lama ia sembunyikan.Mentari tidak menduga, jika Aldo bisa mengetahui rahasianya.Pasalnya, hanya segelintir orang yang mengetahui rahasianya, yang ia percaya untuk menjaga rahasianya.“Mentari, kau tidak perlu berbohong padaku lagi. Aku minta ... untuk kau menjelaskannya padaku sekarang juga.”“Aku tidak mengerti, apa yang kamu katakan padaku.”Mentari bergumam dalam hati kecilnya, ‘Apakah Aldo sudah mengetahui semua rahasiaku? Bagaimana ia bisa mengetahuinya secepat ini, bahkan ... aku sudah menutupnya serapat mungkin.’“Jangan mengelak lagi! Aku hanya meminta ... memintamu untuk jujur padaku, tidak lebih dari itu!”“Mentari, kenapa kau menyembunyikan hal ini padaku?” Aldo menggelengkan kepalanya, seolah tidak percaya dengan kelakuan wanita di hadapannya.“Bukankah kau bilang, jika kita harus saling mempercayai?”“Lalu kenapa ... kau menyembun
“Sejak saya menyerahkan anak saya, pada anda. Saya tidak pernah melupakan hal, untuk menafkahi Erlangga.”“Sedikitpun, saya tidak pernah melupakan untuk mentransfer uang kepada anda.”“Tapi apa ini! Anda membuat anak saya, tidak berdaya seperti ini!”“Bukan saya atau suami saya yang menyebabkan Erlangga dalam keadaan seperti ini.”“Erlangga mengalami kecelakaan kerja.”“Kami tidak pernah berniat, untuk menggunakan uang anda untuk kepentingan pribadi.”“Jika anda ingin uang anda kembali. Saya akan mengembalikan secepatnya. Sepeserpun, kami tidak pernah menggunakan uang yang anda berikan.”“Kami memberikan perhatian dan kasih sayang, layaknya orang tua kandung Erlangga.”“Lagipula, sudah waktunya Erlangga untuk belajar mandiri dan bekerja keras. Agar tidak selalu bergantung, dengan orang lain. Kami menanamkan sifat pekerja keras, pada anak anda. Sebagai seorang pria yang bertanggung jawab.”“Dia juga sangat menyayangi kami. Meskipun dia belum mengetahui, bahwa kami orang tua angkatnya.”
Tidak ada yang menyangka, jika saat itu Mentari juga mendengar pembicaraan antara Rima dengan Ayunda.Mentari yang baru saja mengetahui rahasia yang masih Ayunda simpan tanpa sepengetahuannya, merasa terkejut saat mendengarnya.Tepat saat Mentari baru saja sampai disebuah kamar yang dekat dengan kamar Erlangga, Mentari mendengarnya dengan jelas.“Aku seperti mengenal suara ini.” Mentari mendekatkan telinganya ke dinding, yang berhadapan dengan ruangan Erlangga.“Bukankah itu, seperti suara dari ibu tiriku? Kenapa dia ada di rumah sakit? ““Siapa yang dia jenguk? “Mentari yang saat pergi ke rumah sakit, karena ingin memeriksakan dirinya yang sering merasakan sakit di kepala, tanpa sengaja masuk di ruangan yang berdekatan dengan ruangan Erlangga.“Aku akan segera kembali.” Rembulan berlari ke tempat di mana ia bisa mendengar ibunya berbicara, dengan Rima.Karena Rembulan masih berfikir, bahwa masih ada lagi yang ibunya sembunyikan darinya.“Kau mau kemana, Rembulan? “tanya Suseno. Aka
Suasana hati Ayunda yang dipenuhi oleh kemarahan dan juga emosi, membuatnya kelepasan menceritakan rahasia yang selama ini dia sembunyikan dari orang-orang.Kenyataan jika dirinya lah yang menjadi penyebab atas kematian Cantika, disaksikan langsung dan didengar oleh Rembulan dan juga Suseno, yang merupakan anak sekaligus suami dari mendiang Cantika.Rima menjadi saksi betapa jahatnya perempuan yang dulu memberikannya seorang bayi lelaki kepadanya, dan meminta Rima untuk membesarkan anak yang merupakan darah daging Ayunda dengan Suseno.Maka tanpa Ayunda ketahui, jika Rembulan dan Suseno ada di rumah sakit yang sama dengan dirinya sekarang berada, karena baik Rembulan dan juga Suseno sengaja mengikuti ke mana Ayunda pergi, dan baru mengetahui jika sebelumnya Ayunda memiliki anak dan menitipkannya kepada rima dan juga suaminya.“Ya, Akulah dalang di balik kematian Cantika, saudara kembarku sendiri. Dia pantas mendapatkan hukuman itu, karena dia sudah mengambil apa yang seharusnya menjad