"Yang Mulia, siapa sebenarnya Ibu Suri itu?" tanya Lu Sicheng saat dirinya dan Ratu Yang berada di atas atap istana.Ratu Yang memaksa Lu Sicheng untuk menemaninya melihat bintang sembari duduk di atap istana. Meski awalnya Lu Sicheng menolak dan mengatakan jika Ratu Yang sangat kekanak-kanakan. Namun akhirnya ia setuju setelah Ratu Yang mengatakan, jika Lu Sicheng bukanlah pria yang romantis dan sangat membosankan.Demi menyenangkan hati kekasihnya yang sedang merajuk itu, Lu Sicheng akhirnya mau bersikap kekanak-kanakan untuk melihat bintang bersama Ratu Yang di atas atap istana.Tak ada seorang pun yang mengetahuinya. Bahkan Hong Ri dan Yihua sudah kelelahan mencari mereka. Sedangkan Pangeran Lin Jiang mulai merasa curiga, karena Lu Sicheng juga tak ada di mana-mana. Mungkinkah Ratu Yang pergi bersama pria itu? Tiba-tiba terbesit dalam benaknya.Sepertinya dirinya harus segera menikahi Ratu Yang sebelum sang ratu benar-benar jatuh cinta pada Lu Sicheng. Pangeran Lin Jiang tampak mo
Lu Sicheng tampak sangat dilema sejak kembali dari istana langit dua hari yang lalu. Mimpi buruk itu sungguh membuatnya sangat ketakutan. Namun sikapnya yang sangat dingin, membuat Ratu Yang menjadi frustasi.Sedangkan ritual tarian akan diadakan esok pagi, tapi lihat Lu Sicheng, pemuda itu sama sekali tidak bersemangat.Ratu Yang sangat kesal melihat Lu Sicheng tampak acuh tak jelas padanya. Seperti saat keduanya bertemu di taman tadi. Lu Sicheng yang baru saja kembali dari tempat pelatihan bersama Jenderal Chou, tampak biasa saja saat berpapasan dengannya.Pria itu hanya membungkuk sambil memberi salam dengan formal. Tak ada senyuman tipis yang biasa ia sematkan kala bertemu dengan sang ratu. Tentu saja hal itu membuat Ratu Yang sangat kesal dan menaruh kecurigaan pada kekasihnya itu."Aku yakin, Yihua. Pasti Lu Sicheng sedang bermain di belakangku. Dia bahkan tidak menatapku selama satu hari ini. Astaga, aku bisa mati karenanya." Ratu Yang tampak sangat frustasi sembari mondar-mand
Malam begitu dingin karena sudah memasuki musim salju. Tanggal pernikahan Ratu Yang dan Pangeran Lin Jiang pun sudah ditetapkan. Bahkan beritanya sudah menyebar ke seluruh pelosok negeri.Ratu Yang masih merasa heran akan sikap Lu Sicheng akhir-akhir ini. Sejak mereka melihat bintang di atas atap sepekan yang lalu, sampai kini Lu Sicheng tak lagi menemuinya di kamar atau bicara di luar seperti biasanya.Entah apa yang sedang Lu Sicheng rasakan. Apakah pemuda itu sudah mundur dari niatnya untuk menikahi dirinya? Ratu Yang tampak sangat gelisah sembari terlentang di tengah ranjang. Dia tak bisa tenang jika Lu Shiceng terus mendiamkannya seperti ini.'Lu Sicheng, apa yang terjadi padamu? Kenapa kau jadi dingin seperti ini padaku? Aku tak bisa seperti ini terus-menerus. Aku ingin bicara padamu'," Ratu Yang bicara dalam hati sembari duduk bersila di tengah ranjang. Matanya terpejam. Dia mulai bermeditasi.Sedangkan Lu Sicheng baru saja keluar dari kamar. Tengah malam begini dirinya tiba-ti
Salju mulai turun menutupi atap kerajaan Dong Taiyang. Perlahan serbuk putih nan dingin itu semakin tebal menutupi atap istana. Juga pepohonan yang berdiri simetris di sekitar pelataran isatana. Semuanya mulai kebagian terkena timpahan benda dingin itu.Lu Sicheng dan Ibu Suri masih duduk bersisian. Ucapan Lu Sicheng tadi sungguh membuat Ibu Suri tersentuh. Putranya itu telah jatuh cinta pada anak dari pembunuh ayahnya.Ini memang keliru. Namun Ratu Yang tidak mengetahui hal itu. Baginya Yang Jingmi tetaplah ayah yang terbaik."Lu Sicheng, aku tidak keberatan jika kau dan Yang Zhu saling mencintai. Lagi pula Yang Jingmi sudah tiada. Lupakan saja dendammu itu dan hiduplah bahagia bersama Yang Zhu. Kerajaan Dong Taiyang ini sangat membutuhkan seorang Raja sepertimu," ucap Ibu Suri setelah hening barang sejenak.Lu Sicheng senang mendengar ucapan ibunya itu. Namun, bagaimana caranya ia mengatakan pada Ratu Yang, jika dirinya adalah pangeran Lu, satu-satunya pewaris tahta kerajaan Dong Ta
Pagi itu Ratu Yang dan Pangeran Lin Jiang sedang duduk berhadapan sembari menikmati secangkir teh di taman istana. Keduanya tampak berbincang dan bercanda.Sebenarnya Pangeran Lin Jiang lebih pandai membuat hati Ratu Yang senang. Namun Lu Sicheng jauh lebih tampan dan membuat sang ratu sangat bergetar.Tapi sayang, pendekar dari Barat itu sangat kaku dan tidak pandai merayu wanita. Hh, andaikan Lu Sicheng bisa bersikap romantis seperti yang sering Pangeran Lin Jiang tunjukkan padanya, Ratu Yang menggerutu dalam hati.Sementara itu, Lu Sicheng yang sedang berdiri di tepi balkon istana hanya mengulas senyum tipis mendengar apa yang sang ratu ucapkan dalam hatinya.Ya, sepertinya dia harus belajar dari Pangeran Lin Jiang. Dia memang sangat kaku pada kekasihnya itu, dan bisa saja Ratu Yang merasa bosan padanya."Adik Lu, aku ingin bicara padamu," ucap Jenderal Chou sembari berdiri di belakang Lu Sicheng.Pria itu segera memutar tubuhnya untuk menoleh pada Jenderal Chou. "Silakan, Jenderal
Lu Sicheng dan Jenderal Chou sedang berjalan bersisian menuju asrama prajurit. Sepasang mata Lu Sihceng melihat Ratu Yang dan Pangeran Lin Jiang yang sedang berlatih pedang berdua.Pangeran Lin Jiang tampak mencari kesempatan untuk kontak fisik dengan Ratu Yang. Seperti yang sedang Lu Sicheng lihat saat ini. Pangeran Lin Jiang dengan sengaja memegang pinggul Ratu Yang.Darah Lu Sicheng segera mendidih dengan emosinya yang bergolak. Beraninya pangeran busuk itu menyentuh kekasihnya. Dia sangat murka dibuatnya.Perlahan ia mulai memainkan jari telunjuknya ke arah Pangeran Lin Jiang. Tak menunggu lama, tiba-tiba saja Pangeran Lin Jiang terpingkal-pingkal kesakitan sembari memegangi pinggangnya."Lin Jiang, apa yang terjadi padamu?!" tanya Ratu Yang tampak cemas dan heran melihat sang pangeran merintih kesakitan. Dia segera membuang pedangnya."Entahlah, Yang Zhu. Pinggangku terasa seperti terbakar api!" Pangeran Lin Jiang meringis menahan sakit tanpa melepaskan tangannya dari pinggangnya
Di kamar Pangeran Lin Jiang tampak banyak sekali orang. Erangan Pangeran Lin Jiang mengeluhkan rasa sakitnya membuat seisi istana panik. Perdana Menteri Han dan Penasehat Bai Jue tampak berjalan cepat menuju kamar Pangeran Lin Jiang.Sedangkan Menteri Ho dan beberapa orang mengikuti dari belakangnya. Langkah mereka tampak tergesa-gesa dengan wajah cemas bukan main. Sedangkan di kamar Pangeran Lin Jiang tampak para dayang dan para tabib istana. "Bertahanlah, Pangeran Agung!""Cepat tolong Pangeran Agung"Suara-suara itu bercampur baur dengan suara erangan Pangeran Lin Jiang menahan rasa sakitnya. Wajahnya sudah pucat, dengan tubuhnya yang menggelinjang menandakkan rasa sakit yang luar biasa."Lin Jiang! Bertahanlah!" Ratu Yang tampak menangis sembari meremas jemari Pangeran Lin Jiang. Tentu saja dirinya sangat mencemaskan teman kecilnya itu."Yang Mulia, semua obat ini tak ada yang bisa meringankan rasa sakit Pangera Agung Lin Jiang," ucap seorang tabib utama istana.Dia menunduk sesa
Malam semakin larut. Suasana di danau Taiyang semakin dingin. Ratu Yang dan Lu Sicheng masih berada di dalam gubuk kecil yang berada di atas sebuah perahu kayu.Ratu Yang tesentuh mendengar ucapan Lu Sicheng. Ya, dirinya memang bersalah. Tak seharusnya ia begitu perhatian pada Pangeran Lin Jiang. Pasti pemuda itu semakin berharap padanya sekarang."Suamiku, maafkan aku. Aku tidak bisa membiarkan seseorang sedang kesakitan, apalagi Lin Jiang. Dia adalah temanku." Ratu Yang menatap Lu Sicheng dengan lembut. Berharap hati batu es itu bisa ia luluhkan."Ada perbedaan yang besar antara cinta dan persahabatan. Harusnya kau bisa membedakkan dua hal itu, Yang Mulia." Dengan nada dingin Lu Sicheng berkata.Ratu Yang menggelengkan kepala dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Tidak, bukan begitu.Lu Sicheng sudah salah paham padanya."Suamiku, aku hanya simpati pada Lin Jiang karena dia temanku. Sedangkan hatiku ini murni hanya milikmu. Aku mohon percayalah padaku," lirih Ratu Yang semakin terpoj