Beranda / Pendekar / PEDANG NAGA LANGIT / Bab 20 - Gunung Esmeralda dan Ujian Pertama

Share

Bab 20 - Gunung Esmeralda dan Ujian Pertama

Penulis: Andi Iwa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-11 09:15:31

Angin dingin berhembus kencang, menggoyangkan pepohonan raksasa yang menjulang di sekitar kaki Gunung Esmeralda. Kabut pekat menyelimuti tanah berbatu, menciptakan suasana mistis yang membuat bulu kuduk berdiri. Li Feng menatap ke puncak gunung yang menjulang tinggi, napasnya tertahan oleh rasa kagum sekaligus kewaspadaan.

“Ini dia... tempat Pedang Naga Langit berada.”

Tangannya meremas gagang pedang di pinggangnya. Perjalanan ke sini telah memakan banyak waktu dan tenaga, tapi ujian sesungguhnya baru akan dimulai.

"Li Feng, apakah kau yakin pedang itu benar-benar ada di sini?" tanya Wei Long, salah satu anggota timnya.

Li Feng mengangguk mantap. "Ya. Aku sudah melihat catatan kuno yang menyebutkan bahwa pedang itu disegel dalam kuil di puncak Gunung Esmeralda. Tapi tentu saja... kita tidak akan mendapatkannya dengan mudah."

Xiao Lan yang berdiri di sampingnya menggigil kedinginan, menarik jubahnya lebih erat
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin misterius
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 21 - Bayangan Masa Lalu

    Angin malam berembus dingin di lereng Gunung Esmeralda. Langit dipenuhi kabut tipis yang mengambang seperti roh-roh gentayangan, seolah mengawasi setiap langkah Li Feng dan kelompoknya. Mereka telah melewati berbagai rintangan berat sejak memasuki wilayah ini—jebakan batu yang hampir meremukkan mereka, sungai beku yang nyaris menelan nyawa, serta kawanan serigala yang bermata merah seperti bara api. Namun, semua itu belum sebanding dengan ketegangan yang kini menyelimuti mereka. “Saudara Li, aku merasa ada sesuatu yang mengawasi kita...” bisik Zhou Ping, seorang pendekar muda yang ikut dalam ekspedisi ini. Ia menggenggam pedangnya erat-erat, matanya waspada. Li Feng menghentikan langkahnya. “Aku juga merasakannya...” Xiao Rui, seorang pendekar perempuan yang dikenal dengan kepekaannya terhadap energi, mengangguk pelan. “Ini bukan hanya perasaan. Ada sesuatu di sini. Sesuatu yang bukan dari dunia kita...” BRAK

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 22 - Perangkap di Kuil Kuno

    Embun tipis menyelimuti Gunung Esmeralda saat Li Feng dan timnya menapaki jalan berbatu menuju kuil kuno yang tersembunyi di puncak. Udara semakin dingin, hembusan angin membawa bisikan yang terdengar seperti suara-suara samar dari masa lalu. Li Feng menggenggam gagang pedangnya erat, nalurinya menegang. "Hati-hati. Tempat ini bukan sekadar kuil biasa." Xiao Lan yang berjalan di sampingnya menggigil, bukan hanya karena suhu yang menusuk tulang, tetapi juga karena suasana mencekam yang menggantung di udara. "Aku merasa... ada sesuatu yang mengawasi kita." Panglima Wei, yang telah mengawal mereka sejak perjalanan dari ibu kota, mengangguk setuju. "Legenda mengatakan, kuil ini dibangun sebagai tempat perlindungan bagi Pedang Naga Langit, tetapi juga sebagai jebakan bagi mereka yang serakah." Setelah perjalanan panjang dan pertempuran yang melelahkan, akhirnya mereka sampai di depan pintu batu besar yang tertutup rapat. Di perm

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 23 - Pengkhianatan di Tengah Malam

    Angin dingin dari puncak Gunung Esmeralda berembus tajam, menerpa wajah Li Feng dan timnya yang tengah beristirahat di dalam kuil kuno. Cahaya remang dari lentera minyak berkelap-kelip, menciptakan bayangan panjang yang menari di dinding batu. Setelah melalui berbagai rintangan yang hampir merenggut nyawa mereka, kini mereka berdiri di ambang takdir. Pedang Naga Langit, senjata legendaris yang dikatakan memiliki kekuatan luar biasa, hanya berjarak beberapa langkah dari mereka. Namun, di tengah keheningan malam, bahaya lain mengintai—bahaya yang tidak berasal dari luar, melainkan dari dalam kelompok mereka sendiri. Li Feng duduk bersila di pojok ruangan, matanya setengah terpejam, berusaha memulihkan tenaga setelah menghadapi jebakan di kuil ini. Tapi entah kenapa, hatinya terasa gelisah. Ada sesuatu yang tidak beres. Tiba-tiba, terdengar suara langkah pelan yang nyaris tidak terdengar. Instingnya segera terbangun. Ia membuka matanya perla

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 24 - Pertempuran di Puncak Gunung

    Angin malam berhembus tajam di puncak Gunung Esmeralda. Di bawah sinar bulan yang pucat, bayangan para pendekar terpantul di atas es yang membeku. Li Feng berdiri tegak dengan napas memburu, matanya tajam menatap sosok di depannya—pengkhianat di antara mereka. "Sialan!" gumam Li Feng, tangannya menggenggam gagang pedangnya erat. Di hadapannya, Guo Ren, seorang pendekar yang selama ini ia percaya, berdiri dengan senyum licik. Di tangannya, Pedang Naga Langit bergetar, seolah menolak disentuh oleh orang yang tidak layak. Cahaya biru samar memancar dari bilahnya, memberikan hawa dingin yang menusuk. "Aku tidak ingin melakukan ini, Li Feng," kata Guo Ren dengan suara datar. "Tapi aku tidak punya pilihan. Pedang ini bukan untukmu—aku lebih pantas memilikinya!" Li Feng menggeram, merasakan kemarahan membakar dadanya. "Kau mengkhianati kami semua demi ambisimu sendiri?" Guo Ren menyeringai. "Ambisi? Ini bukan hanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 25 - Pedang Naga Langit Terbangun

    Angin malam berhembus dingin di puncak Gunung Esmeralda. Aroma tanah basah bercampur dengan sisa asap dupa yang perlahan menghilang di antara batu-batu kuno kuil. Dalam cahaya remang obor yang menari-nari, Li Feng berdiri diam, napasnya tertahan. Tangannya masih menggenggam erat Pedang Naga Langit, pedang legendaris yang baru saja ia cabut dari singgasananya di altar batu. Saat pedang itu keluar sepenuhnya dari sarungnya yang berlumut, kilatan biru kehijauan berpendar dari bilahnya, menyapu seluruh ruangan dengan cahaya mistis. Energi aneh menjalar dari pedang ke tubuh Li Feng, masuk melalui tangannya, merayap ke lengannya, lalu menyebar ke seluruh tubuhnya seperti ular berbisa yang merayap di dalam darahnya. "Ahh...!" Li Feng menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang. Sesuatu merasuk ke dalam dirinya. Suara bisikan-bisikan samar mulai memenuhi pikirannya—suara yang asing, namun seakan berasal

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 26 - Kutukan yang Mengguncang Jiwa

    Dinginnya angin malam membelai wajah Li Feng saat ia menatap pedang di tangannya. Pedang Naga Langit berkilauan di bawah sinar bulan, pantulan cahayanya seperti mata naga yang sedang mengawasi mangsanya. Tapi ada sesuatu yang aneh. Pedang ini… terasa hidup. "Kenapa pedang ini terasa begitu berat?" gumamnya sambil mengerutkan dahi. Li Feng menghela napas panjang, berusaha mengabaikan perasaan aneh yang menyelimuti hatinya. Namun, seiring waktu berlalu, sesuatu mulai mengusik pikirannya. Setiap kali ia menutup mata, ia melihat bayangan merah, seperti darah yang mengalir deras, membanjiri tanah di sekelilingnya. Ia mendengar bisikan—suara yang samar namun menusuk relung pikirannya. “Kau haus darah, bukan?” Seketika Li Feng terbangun dari tidurnya, napasnya memburu, keringat dingin membasahi dahinya. Pandangannya mengarah ke pedang yang tergeletak di sampingnya. Jari-jarinya gemetar saat menyentuh gagangnya. "Apa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 27 - Kembali ke Ibu Kota dengan Luka

    Langit mendung menyambut perjalanan Li Feng kembali ke ibu kota. Sore yang kelabu, dengan awan gelap menggantung di atas, seakan mencerminkan suasana hatinya. Dari kejauhan, dia bisa melihat kemegahan ibu kota kekaisaran yang berdiri tegak, sebuah kota yang penuh dengan ambisi, intrik, dan rahasia. Namun, bagi Li Feng, ibu kota kini terasa seperti sebuah dunia asing—sebuah dunia yang sudah tidak lagi mengenalnya, seperti sebuah medan pertempuran yang akan menguji kesetiaannya, keberaniannya, dan kepercayaan dirinya. Saat kuda yang ditungganginya melaju cepat menuju gerbang kota, Li Feng merasakan pandangan yang penuh penghormatan dari beberapa orang yang melihatnya. Para prajurit, penduduk biasa, bahkan pedagang yang biasa mengabaikannya kini menatapnya dengan mata penuh rasa kagum. Namun, di balik tatapan itu, Li Feng tahu ada bahaya yang lebih besar menantinya. Ia bisa merasakannya di setiap langkah yang ia ambil. "Li Feng! Li Feng!" suara keras meman

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 28 - Jebakan di Istana Kekaisaran

    Cahaya lilin berkelip di dalam kamar mewah yang dipenuhi aroma obat-obatan. Putri Ling’er terbaring di atas ranjang berselimut sutra, wajahnya masih pucat meski napasnya sudah lebih teratur. Di sudut ruangan, seorang tabib istana menutup kotak obatnya dengan ekspresi lega. "Putri sudah stabil, luka-lukanya tidak membahayakan nyawa," ujar sang tabib kepada seorang pelayan yang berdiri di dekat pintu. Di luar kamar, Li Feng bersandar di dinding, tangannya terkepal. Malam yang mencekam itu masih membekas dalam pikirannya—serangan yang hampir merenggut nyawa Putri Ling’er dan jebakan yang nyaris menjeratnya dalam permainan politik yang busuk. Kilau emas dan merah darah menghiasi balairung istana. Para pejabat berdiri berjajar dengan pakaian formal mereka, wajah mereka beragam—ada yang tersenyum tulus, ada yang menatap penuh kecemburuan, dan ada pula yang mengintai dengan niat tersembunyi. Li Feng melangkah dengan langkah tegap, pakaiannya mas

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14

Bab terbaru

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 94 - Peta Harta Karun Kekaisaran

    Angin malam meniupkan udara dingin ke sela-sela jubah Li Feng. Ia berdiri di balkon belakang istana, memandangi langit malam yang diselimuti awan tipis. Di tangannya, selembar perkamen kuno tergenggam erat—peta yang baru saja diserahkan oleh Kaisar sendiri. Peta Harta Karun Kekaisaran. “Ini… sungguh tak masuk akal,” gumam Li Feng sambil menatap lekuk-lekuk gambar yang sudah nyaris pudar. Di dalam ruang rahasia istana, Kaisar telah memanggilnya secara pribadi. Tak ada saksi. Tak ada pengawal. Hanya suara pelan Kaisar dan tatapan matanya yang seakan penuh beban bertahun-tahun. “Li Feng… ini bukan sekadar misi. Ini adalah takdir yang diwariskan dari generasi ke generasi. Di ujung utara kekaisaran, tersembunyi senjata yang bahkan Pedang Naga Langit tak mampu menandingi. Tapi untuk menemukannya… kau harus membaca peta ini dengan hati, bukan hanya mata.” Dan kini, ia memegang warisan itu. Tapi—hah—apa benar ia siap menanggung beb

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 93: Misi Rahasia Kaisar

    Angin malam menyapu lembut daun-daun plum di halaman belakang Kedai Tianxiang. Aroma wangi dari sup rebusan khas musim gugur perlahan menguar dari dapur, bercampur dengan bayang-bayang nostalgia yang belum usai. Li Feng berdiri diam di bawah pohon tua itu—tempat ia dulu sering duduk diam sambil mencuci piring dan mendengarkan nyanyian kecil Xiao Lan. “Ah…” napasnya mengembus lirih. “Sudah sejauh ini aku melangkah.” Langkah kaki ringan terdengar mendekat. Xiao Lan datang membawa secangkir teh panas, matanya lembut seperti biasanya. Tapi ada sesuatu yang berbeda malam ini. Matanya, meski tersenyum, menyembunyikan kekhawatiran yang dalam. “Kau kembali untuk tinggal?” tanyanya pelan. Li Feng menatap teh itu sejenak, lalu menggeleng. “Tidak. Hanya... ingin mengingat.” Ia menatap meja kayu tempat pertama kali ia duduk sebagai pelayan. “Tempat ini… seperti akar. Aku tak bisa mencabutnya dari hatiku.” Sebelum Xiao La

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 92 – Kembali ke Kedai Tianxiang

    “Li Feng! Tunggu—!” Suara teriakan itu tertinggal jauh di belakang, tersapu angin malam yang menggigit. Langkah-langkah kuda memacu deras di jalanan berbatu, membelah kabut tipis yang menyelimuti perbukitan selatan kekaisaran. Di bawah cahaya bulan separuh, wajah Li Feng terlihat letih, mata penuh bayang-bayang kenangan. Tangannya menggenggam erat tali kekang, seolah jika ia melepaskannya, maka seluruh ingatan tentang siapa dirinya akan ikut tercerai-berai. “Haah… haah…” napasnya berat, bukan karena kelelahan fisik, tetapi karena beban yang tak kasatmata. Perang telah meledak ke segala penjuru, dan meski kemenangannya di beberapa medan telah menjadi buah bibir para jenderal, hatinya justru makin terasa hampa. "Aku… harus kembali," gumamnya lirih, seperti mengingatkan diri sendiri. "Kembali ke tempat semuanya dimulai…" Tiga hari perjalanan, dan akhirnya ia tiba di gerbang kota tua itu. Tianxiang.

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 91 – Perang yang Semakin Meluas

    Hening. Itulah yang pertama kali dirasakan Li Feng saat menatap hamparan tanah luas di perbatasan selatan Kekaisaran. Tapi di balik keheningan itu… ah, jantungnya berdetak lebih cepat. Bukan karena angin musim semi yang mengalir dari pegunungan, tapi karena ia tahu—ini hanya ketenangan sebelum badai. “Li Feng,” suara berat itu datang dari sosok bertopeng yang berdiri di sampingnya, pendekar misterius dari negeri seberang yang kemarin malam menyatakan diri sebagai sekutu. “Ya?” Li Feng tak menoleh, tatapannya masih terpaku ke garis cakrawala. Kabut tipis mulai turun, menyelimuti tanah yang akan segera dipenuhi darah. “Pasukan utama dari Kerajaan Timur Laut telah bergerak. Mereka tidak hanya datang untuk mengambil perbatasan. Mereka ingin menaklukkan seluruh kekaisaranmu.” Hah! Li Feng menghela napas. “Kuharap kau bergurau.” “Sayangnya tidak.” Diam. Tak ada suara lagi selain deru a

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 90: Sekutu Tak Terduga

    "Apa ini… neraka?" gumam Li Feng, suara seraknya tenggelam di antara asap hitam dan nyala api yang masih berkobar.Udara masih berbau daging terbakar. Tanah di bawahnya retak-retak, basah oleh darah dan air hujan yang baru saja reda. Sisa-sisa benteng kayu yang terbakar menjadi puing-puing hitam yang berserakan. Pasukan dari negeri seberang telah dipukul mundur. Tapi harga yang dibayar… ah, terlalu mahal.Li Feng berdiri tertatih di atas reruntuhan menara pengawas, tubuhnya penuh luka. Bajunya robek di banyak tempat, dan di baliknya, kulitnya memar, berdarah, dan kotor. Pedang Naga Langit di tangannya… nyaris tidak bercahaya. Tenaganya hampir habis. Tapi lebih dari itu—jiwanya terkuras."Jenderal Li! Anda tak apa-apa?" seruan seorang prajurit membuatnya menoleh. Suaranya lemah, tapi cukup untuk membuatnya sadar bahwa ia belum sendirian. Masih ada yang selamat. Masih ada yang menggantungkan harapan padanya."Ang… angkat yang terluka! Jangan biarkan

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 89 – Pertarungan di Lautan Api

    “Haahh… haahh…!” Napas Li Feng memburu. Bajunya robek, kulitnya hangus di beberapa tempat, dan darah menetes dari sudut bibirnya. Langit di atasnya hitam pekat, bukan karena malam, tapi karena asap yang membumbung tinggi dari benteng kayu yang terbakar hebat. Benteng Pingyuan. Api berkobar ke segala arah. "Gila... ini neraka," desisnya. “Li Feng! Ke kiri!” teriak Putri Ling’er dari balik reruntuhan. Brak! Sebuah balok terbakar jatuh hanya beberapa jengkal dari tempat Li Feng berdiri. Panasnya menyengat kulit, membuat keringatnya mendidih di atas luka-luka terbuka. Dan di tengah kobaran api itu… berdiri sosok tinggi besar, tubuhnya dilapisi baju perang kehitaman, dan tatapannya tajam bagaikan pisau. Jenderal Raksasa dari Negeri Timur: Wei Long. Musuh baru yang bahkan lebih mengerikan dari Jenderal Zhao. "Aku sudah dengar tentangmu, Li F

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 88 – Musuh yang Lebih Kuat

    “Langit memerah. Bukan karena senja, tapi darah yang tumpah.” “Hyaaaahh!” Li Feng menerjang ke depan, Pedang Naga Langit menari di tangannya. Debu beterbangan, jeritan prajurit terdengar bersahutan. Di sisi timur dataran terbuka dekat perbatasan, pasukan Kekaisaran bentrok hebat dengan pasukan negeri seberang—Negeri Xirong. “Li Feng! Mereka memukul dari arah kiri!” teriak Letnan Hu dengan napas tersengal. “Bertahan! Jangan biarkan mereka menembus garis pertama!” balas Li Feng sambil menangkis satu tombak yang nyaris menusuk lehernya. Duar! Ledakan dari panah api menghantam kereta suplai. Api menjilat tinggi, membakar tubuh-tubuh tak bernyawa yang belum sempat diangkat. Bau daging terbakar menyusup ke hidung, membuat perut para prajurit mual. “Arghh!” Seorang serdadu muda tumbang tepat di depan Li Feng. “Jenderal... aku... aku ingin pulang...” Li Feng menggertakkan gigin

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 87 – Perjalanan ke Medan Perang Baru

    “Apa... mereka sudah menyeberangi Sungai Jing?” Suara Panglima Wei terdengar berat, menggantung di udara seperti awan gelap sebelum hujan badai. Angin pagi di halaman istana terasa dingin menusuk, seolah menyesap ketegangan dari seluruh penjuru kekaisaran. Li Feng berdiri di sampingnya, mengenakan zirah perang yang baru saja diserahkan oleh istana. “Benar, Panglima. Utusan dari Benteng Liang membawa kabar bahwa pasukan Negeri Barat sudah membakar dua desa perbatasan.” “Celaka! Mereka datang lebih cepat dari yang kita perkirakan!” Deg. Hati Li Feng mencelos. Ia baru saja menyelesaikan pertarungan hidup-mati dengan Jenderal Zhao, luka di dada belum benar-benar sembuh, dan kini... perang lain menanti. Kaisar memandang ke kejauhan dari balkon utama istana. “Li Feng,” ucapnya pelan, tapi penuh tekanan. “Sebagai Jenderal Muda Kekaisaran, aku tugaskan engkau memimpin lima ribu pasukan utama menuju perbatasan barat. Negeri ini tak

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 86 – Ancaman dari Negeri Seberang

    “Apa itu…?” Langit pagi yang biasanya tenang kini ternoda oleh awan kelabu yang menggulung tebal di ufuk timur. Di atas menara pengintai gerbang timur istana, seorang prajurit muda tercekat melihat asap mengepul di kejauhan. Wajahnya pucat. Tangan gemetar saat mengangkat bendera merah tanda bahaya. Tak lama kemudian, suara lonceng darurat menggema di seluruh ibu kota. GONG—! GONG—! GONG—! Jeritan warga, derap kuda, dan teriakan komandan menggema di sepanjang jalan utama. Kekaisaran kembali diguncang. Di dalam ruang pertemuan militer, suasana tegang menyelimuti. Semua pejabat tinggi, jenderal, dan panglima berdiri mematung. Mata mereka tertuju pada satu sosok yang kini duduk di kursi kehormatan, mengenakan jubah perang perak yang baru saja dianugerahkan Kaisar. Li Feng. Namun, di balik matanya yang tajam, tersimpan badai yang belum reda. Luka di dadanya akibat pertarungan dengan Jenderal Zhao masih b

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status