Home / Pendekar / PEDANG NAGA LANGIT / Bab 22 - Perangkap di Kuil Kuno

Share

Bab 22 - Perangkap di Kuil Kuno

Author: Andi Iwa
last update Last Updated: 2025-03-12 09:15:15

Embun tipis menyelimuti Gunung Esmeralda saat Li Feng dan timnya menapaki jalan berbatu menuju kuil kuno yang tersembunyi di puncak. Udara semakin dingin, hembusan angin membawa bisikan yang terdengar seperti suara-suara samar dari masa lalu.

Li Feng menggenggam gagang pedangnya erat, nalurinya menegang. "Hati-hati. Tempat ini bukan sekadar kuil biasa."

Xiao Lan yang berjalan di sampingnya menggigil, bukan hanya karena suhu yang menusuk tulang, tetapi juga karena suasana mencekam yang menggantung di udara. "Aku merasa... ada sesuatu yang mengawasi kita."

Panglima Wei, yang telah mengawal mereka sejak perjalanan dari ibu kota, mengangguk setuju. "Legenda mengatakan, kuil ini dibangun sebagai tempat perlindungan bagi Pedang Naga Langit, tetapi juga sebagai jebakan bagi mereka yang serakah."

Setelah perjalanan panjang dan pertempuran yang melelahkan, akhirnya mereka sampai di depan pintu batu besar yang tertutup rapat. Di perm
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 23 - Pengkhianatan di Tengah Malam

    Angin dingin dari puncak Gunung Esmeralda berembus tajam, menerpa wajah Li Feng dan timnya yang tengah beristirahat di dalam kuil kuno. Cahaya remang dari lentera minyak berkelap-kelip, menciptakan bayangan panjang yang menari di dinding batu. Setelah melalui berbagai rintangan yang hampir merenggut nyawa mereka, kini mereka berdiri di ambang takdir. Pedang Naga Langit, senjata legendaris yang dikatakan memiliki kekuatan luar biasa, hanya berjarak beberapa langkah dari mereka. Namun, di tengah keheningan malam, bahaya lain mengintai—bahaya yang tidak berasal dari luar, melainkan dari dalam kelompok mereka sendiri. Li Feng duduk bersila di pojok ruangan, matanya setengah terpejam, berusaha memulihkan tenaga setelah menghadapi jebakan di kuil ini. Tapi entah kenapa, hatinya terasa gelisah. Ada sesuatu yang tidak beres. Tiba-tiba, terdengar suara langkah pelan yang nyaris tidak terdengar. Instingnya segera terbangun. Ia membuka matanya perla

    Last Updated : 2025-03-13
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 24 - Pertempuran di Puncak Gunung

    Angin malam berhembus tajam di puncak Gunung Esmeralda. Di bawah sinar bulan yang pucat, bayangan para pendekar terpantul di atas es yang membeku. Li Feng berdiri tegak dengan napas memburu, matanya tajam menatap sosok di depannya—pengkhianat di antara mereka. "Sialan!" gumam Li Feng, tangannya menggenggam gagang pedangnya erat. Di hadapannya, Guo Ren, seorang pendekar yang selama ini ia percaya, berdiri dengan senyum licik. Di tangannya, Pedang Naga Langit bergetar, seolah menolak disentuh oleh orang yang tidak layak. Cahaya biru samar memancar dari bilahnya, memberikan hawa dingin yang menusuk. "Aku tidak ingin melakukan ini, Li Feng," kata Guo Ren dengan suara datar. "Tapi aku tidak punya pilihan. Pedang ini bukan untukmu—aku lebih pantas memilikinya!" Li Feng menggeram, merasakan kemarahan membakar dadanya. "Kau mengkhianati kami semua demi ambisimu sendiri?" Guo Ren menyeringai. "Ambisi? Ini bukan hanya

    Last Updated : 2025-03-13
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 25 - Pedang Naga Langit Terbangun

    Angin malam berhembus dingin di puncak Gunung Esmeralda. Aroma tanah basah bercampur dengan sisa asap dupa yang perlahan menghilang di antara batu-batu kuno kuil. Dalam cahaya remang obor yang menari-nari, Li Feng berdiri diam, napasnya tertahan. Tangannya masih menggenggam erat Pedang Naga Langit, pedang legendaris yang baru saja ia cabut dari singgasananya di altar batu. Saat pedang itu keluar sepenuhnya dari sarungnya yang berlumut, kilatan biru kehijauan berpendar dari bilahnya, menyapu seluruh ruangan dengan cahaya mistis. Energi aneh menjalar dari pedang ke tubuh Li Feng, masuk melalui tangannya, merayap ke lengannya, lalu menyebar ke seluruh tubuhnya seperti ular berbisa yang merayap di dalam darahnya. "Ahh...!" Li Feng menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang. Sesuatu merasuk ke dalam dirinya. Suara bisikan-bisikan samar mulai memenuhi pikirannya—suara yang asing, namun seakan berasal

    Last Updated : 2025-03-13
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 26 - Kutukan yang Mengguncang Jiwa

    Dinginnya angin malam membelai wajah Li Feng saat ia menatap pedang di tangannya. Pedang Naga Langit berkilauan di bawah sinar bulan, pantulan cahayanya seperti mata naga yang sedang mengawasi mangsanya. Tapi ada sesuatu yang aneh. Pedang ini… terasa hidup. "Kenapa pedang ini terasa begitu berat?" gumamnya sambil mengerutkan dahi. Li Feng menghela napas panjang, berusaha mengabaikan perasaan aneh yang menyelimuti hatinya. Namun, seiring waktu berlalu, sesuatu mulai mengusik pikirannya. Setiap kali ia menutup mata, ia melihat bayangan merah, seperti darah yang mengalir deras, membanjiri tanah di sekelilingnya. Ia mendengar bisikan—suara yang samar namun menusuk relung pikirannya. “Kau haus darah, bukan?” Seketika Li Feng terbangun dari tidurnya, napasnya memburu, keringat dingin membasahi dahinya. Pandangannya mengarah ke pedang yang tergeletak di sampingnya. Jari-jarinya gemetar saat menyentuh gagangnya. "Apa

    Last Updated : 2025-03-13
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 27 - Kembali ke Ibu Kota dengan Luka

    Langit mendung menyambut perjalanan Li Feng kembali ke ibu kota. Sore yang kelabu, dengan awan gelap menggantung di atas, seakan mencerminkan suasana hatinya. Dari kejauhan, dia bisa melihat kemegahan ibu kota kekaisaran yang berdiri tegak, sebuah kota yang penuh dengan ambisi, intrik, dan rahasia. Namun, bagi Li Feng, ibu kota kini terasa seperti sebuah dunia asing—sebuah dunia yang sudah tidak lagi mengenalnya, seperti sebuah medan pertempuran yang akan menguji kesetiaannya, keberaniannya, dan kepercayaan dirinya. Saat kuda yang ditungganginya melaju cepat menuju gerbang kota, Li Feng merasakan pandangan yang penuh penghormatan dari beberapa orang yang melihatnya. Para prajurit, penduduk biasa, bahkan pedagang yang biasa mengabaikannya kini menatapnya dengan mata penuh rasa kagum. Namun, di balik tatapan itu, Li Feng tahu ada bahaya yang lebih besar menantinya. Ia bisa merasakannya di setiap langkah yang ia ambil. "Li Feng! Li Feng!" suara keras meman

    Last Updated : 2025-03-14
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 28 - Jebakan di Istana Kekaisaran

    Cahaya lilin berkelip di dalam kamar mewah yang dipenuhi aroma obat-obatan. Putri Ling’er terbaring di atas ranjang berselimut sutra, wajahnya masih pucat meski napasnya sudah lebih teratur. Di sudut ruangan, seorang tabib istana menutup kotak obatnya dengan ekspresi lega. "Putri sudah stabil, luka-lukanya tidak membahayakan nyawa," ujar sang tabib kepada seorang pelayan yang berdiri di dekat pintu. Di luar kamar, Li Feng bersandar di dinding, tangannya terkepal. Malam yang mencekam itu masih membekas dalam pikirannya—serangan yang hampir merenggut nyawa Putri Ling’er dan jebakan yang nyaris menjeratnya dalam permainan politik yang busuk. Kilau emas dan merah darah menghiasi balairung istana. Para pejabat berdiri berjajar dengan pakaian formal mereka, wajah mereka beragam—ada yang tersenyum tulus, ada yang menatap penuh kecemburuan, dan ada pula yang mengintai dengan niat tersembunyi. Li Feng melangkah dengan langkah tegap, pakaiannya mas

    Last Updated : 2025-03-14
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 29 - Penyelamatan oleh Putri Ling’er

    Li Feng berdiri di tengah aula istana yang sunyi, dikelilingi tatapan tajam para pejabat tinggi. Tuduhan yang menimpanya begitu berat—pengkhianatan, konspirasi melawan Kaisar, dan ambisi pribadi yang mengancam kestabilan kekaisaran. Darahnya masih berceceran di lengan jubahnya akibat pertempuran sebelumnya, tetapi rasa sakit itu tak sebanding dengan tekanan yang kini ia hadapi. Mata Kaisar menatapnya dengan dingin, penuh keraguan. Jenderal Zhao tersenyum tipis, puas melihat Li Feng dalam posisi terjepit. "Yang Mulia," katanya dengan nada penuh kepalsuan, "Li Feng telah menunjukkan keberanian di medan perang, tetapi juga kesombongan. Bagaimana mungkin seorang prajurit rendahan tiba-tiba menjadi pahlawan yang disanjung? Tidakkah Yang Mulia merasa ada yang tidak beres di sini?" Bisikan-bisikan terdengar di antara pejabat istana. Beberapa dari mereka sudah lama iri pada Li Feng, seorang rakyat biasa yang tiba-tiba naik pangkat begitu cepat.

    Last Updated : 2025-03-15
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 30 - Perintah Kaisar: Perang di Perbatasan

    Langit senja di ibu kota membentang seperti kanvas merah darah, seolah memberi pertanda akan datangnya badai besar. Di dalam istana kekaisaran, suasana tegang menguasai ruangan pertemuan. Para pejabat berdiri di sisi kiri dan kanan, sementara di atas singgasananya, Kaisar menatap tajam ke arah Li Feng. Li Feng berdiri tegap di hadapan Kaisar, wajahnya tetap tenang meski dadanya bergemuruh. Pedang Naga Langit tersarung di pinggangnya, terasa berat bukan hanya karena bobotnya, tetapi juga karena kutukan yang masih samar-samar berbisik di benaknya. “Li Feng,” suara Kaisar menggema di dalam ruangan. “Kau telah membawa pulang Pedang Naga Langit, tetapi tugasmu belum selesai.” Li Feng menunduk hormat. “Hamba siap menjalankan perintah Baginda.” Kaisar menghela napas pelan, lalu menatap para pejabatnya. “Pemberontakan Serigala Hitam semakin menjadi-jadi di perbatasan barat. Panglima Wu dan pasukannya telah kalah telak. Kota benteng

    Last Updated : 2025-03-15

Latest chapter

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 122 – Pemburu Bayaran Terbaik

    Malam menggantung pekat di atas langit Kekaisaran, seakan menyembunyikan aib dan darah yang tumpah dari intrik para penguasa. Tak ada bintang malam itu. Hanya awan kelabu yang mengambang, menebar hawa dingin yang menusuk ke tulang. Di ruang bawah tanah Istana Utara, aroma lilin dan tinta bercampur menjadi satu, menggantung di udara bersama bisikan pembunuhan. "Bawa surat ini ke dia. Tak seorang pun boleh tahu kecuali kalian yang ada di ruangan ini," ucap Kaisar, nadanya lebih dingin dari biasanya. Mata-mata Dewan Perang menunduk hormat. Di balik tirai merah gelap, sesosok bayangan melangkah keluar—rambut panjang tergerai seperti air malam, mata tajam berkilat bagai pisau yang terhunus. Ia tak berbicara. Tak perlu. Semua sudah tahu siapa dia. Mei Yue. Pemburu bayaran terbaik di daratan timur. "Targetmu bernama Li Feng," kata Jenderal Liang, sambil meletakkan gulungan berisi informasi. "Namun berhati-hatilah… i

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 121 – Rapat Rahasia di Istana Utara

    Udara pagi itu menggigit seperti ujung tombak yang tajam. Kabut tebal menyelimuti jalan-jalan menuju Istana Utara, tempat yang biasanya sepi dan jarang disentuh langkah manusia kecuali saat-saat genting. Dan pagi itu... adalah salah satu saat yang sangat genting. Li Feng berdiri mematung di bawah gerbang berukir naga perak yang mulai aus dimakan waktu. Ia tak memakai jubah kebesarannya. Hanya pakaian kelabu tua tanpa lencana pangkat. Diam-diam, ia berharap kehadirannya tak terlalu menarik perhatian. Tapi bagaimana mungkin? Di mata dunia, ia kini bukan hanya pendekar, bukan hanya pembawa Pedang Naga Langit—ia adalah simbol. "Yang Mulia memanggilnya secara pribadi," ujar Pengawal Istana dengan suara menunduk. "Tak ada yang lain tahu, kecuali tujuh orang." Li Feng hanya mengangguk pelan. Di dalam pikirannya, suara Putri Ling’er masih menggema dari malam sebelumnya: “Jangan percayai siapa pun. Bahkan para menteri yang selama ini tampak setia.

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 120 – Darah yang Sama, Jalan yang Berbeda

    Li Feng terdiam di puncak bukit, memandangi panorama kekaisaran yang terbentang di bawah kaki. Matahari terbenam di balik pegunungan yang jauh, melukiskan langit dengan semburat oranye yang redup. Semua yang telah ia lalui terasa seperti mimpi yang mengabur, tetapi rasa berat yang terpendam di dadanya, rasa tak terhindarkan, adalah kenyataan yang tidak bisa ia elakkan. Di balik kegelapan malam yang datang, Li Feng tahu bahwa takdirnya telah digariskan oleh kekuatan yang lebih besar dari dirinya—sebuah permainan politik yang ia tak pernah inginkan. "Aku... aku hanya seorang pemuda desa," gumamnya pelan, hampir seperti sebuah doa. "Mengapa aku harus terjerat dalam semua ini?" Suaranya penuh kebingungan, seolah menanyakan pada dunia yang tak memberi jawaban. Namun, jawaban itu sudah ia temui, meski pahit. Pedang Naga Langit, senjata yang membawa kutukan yang mengekangnya, bukan hanya sebuah pusaka yang diperebutkan oleh para penguasa. Ia kini tahu bahwa ta

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 119 – Satu Rahasia Terakhir

    Li Feng berdiri tegak di ruang bawah tanah yang remang, cahaya samar dari lentera yang tergantung di langit-langit memberi kilau redup pada dinding batu yang dingin. Udara terasa berat, seakan dipenuhi dengan beban masa lalu yang telah lama terkubur di tempat ini. Dalam sekejap, sebuah suara yang familiar—yang selama ini terpendam dalam benaknya—terdengar lagi. Suara itu datang dari arah belakang, jauh dari tempat ia berdiri, dan hati Li Feng berdebar kencang. Langkah kaki yang lambat namun pasti, diikuti dengan suara napas berat, membawa Li Feng pada ingatan-ingatan yang ia coba lupakan. Tidak salah lagi. Itu adalah suara yang sudah lama tidak ia dengar. "Guru Liang…" kata Li Feng perlahan, mengucapkan nama yang sudah lama ia anggap hilang bersama bayangan masa lalu. Suaranya serak, penuh kebingungannya sendiri. Guru Liang muncul dari balik bayang-bayang, sosok yang seakan keluar dari dimensi waktu itu sendiri. Pakaian peluhnya yang dulu

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 118 – Kembali ke Kedai Tianxiang

    Li Feng berjalan perlahan, kaki terasa berat seperti membawa beban dunia. Di depannya, langit senja perlahan berubah menjadi kelam, menyelimuti desa yang telah lama ia tinggalkan. Suasana kedai Tianxiang kini terasa sangat berbeda. Tanpa orang-orang yang biasa berkerumun, tanpa suara tawa atau canda, semuanya terasa sunyi dan hampa. Sudah lama sekali sejak Li Feng meninggalkan tempat ini. Setelah perjalanan panjang yang penuh dengan pertarungan dan penderitaan, ia akhirnya kembali ke tempat yang pernah menjadi titik awal hidupnya yang baru. Tempat yang, meskipun tidak besar, menyimpan kenangan akan masa-masa yang telah berlalu. Setiap langkah terasa seakan membawa kembali semua kenangan pahit dan manis yang pernah ia alami di sini. Bagaimana ia dulu bekerja sebagai tukang cuci piring, berjuang untuk sekadar bertahan hidup, dan bagaimana semua itu berubah setelah pertemuannya dengan Putri Ling’er, Pedang Naga Langit, dan semua musuh yang mengejarnya.

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 117 – Pengendus Jiwa Menyerang

    Hutan berkabut itu terasa lebih pekat dari biasanya. Pohon-pohon besar menjulang tinggi dengan cabang-cabangnya yang rapat, menghalangi cahaya matahari yang hanya sedikit menembus. Udara dingin dan lembap menyelimuti sekujur tubuh Li Feng, membuatnya merasa seolah-olah hutan ini bukan tempat biasa. Sesuatu yang gelap, yang tak terlihat, mengintai setiap gerakannya. Jantungnya berdegup kencang, dan dalam keheningan yang mencekam itu, ia bisa merasakan adanya mata yang terus mengawasi. "Apa yang kau rasakan, Li Feng?" suara itu muncul dalam benaknya, suara yang sama yang tidak pernah ia lupakan—suara Pedang Naga Langit. Suara yang seolah-olah berasal dari dalam jiwanya sendiri, namun selalu berhasil membuatnya terperangah. Kali ini, suara itu terdengar seperti bisikan yang penuh desakan. "Aku merasakan bahaya. Sesuatu yang mengintai... yang akan datang." Li Feng menatap pedang di tangannya dengan penuh keraguan. Selama ini pedang itu selalu

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 116 – Perburuan Para Penjaga

    Li Feng merasakan hawa dingin yang menusuk tulang menembus tubuhnya. Malam itu, langit di atas Gunung Esmeralda begitu gelap, hanya diterangi oleh pendar cahaya redup dari pedangnya yang kini tergeletak di tanah. Dalam keheningan yang hampir mencekam, pikirannya terperangkap oleh bayang-bayang yang terus menghantuinya. Bayang-bayang yang berasal dari kutukan Pedang Naga Langit, dan lebih lagi, bayang-bayang yang berasal dari dirinya sendiri.Tapi saat ini, ada sesuatu yang lebih besar yang mengancamnya. Sesuatu yang lebih mengerikan dari apapun yang pernah ia hadapi sebelumnya.Di kejauhan, terdengar suara langkah kaki. Lambat, namun pasti. Semakin mendekat, semakin jelas. Langkah itu datang dari arah yang tak terduga. Dari kegelapan yang penuh misteri. Hanya suara itu yang terdengar, meski segala sesuatu di sekelilingnya tetap sunyi. Li Feng mendongak dan melihat sosok yang berdiri di atas batu besar, memandang ke arahnya. Sosok itu mengenakan jubah hitam yang mel

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 115 – Jalan yang Terbelah

    Malam itu, angin dingin berhembus kencang di Gunung Ranjing, membawa aroma hutan basah dan keheningan yang dalam. Li Feng berdiri di tepi jurang, memandangi langit yang gelap, di mana bintang-bintang tampak pudar di balik kabut yang mulai turun. Pedang Naga Langit terasa lebih berat dari sebelumnya, seolah mengingatkan akan beban yang harus ia tanggung. Tangannya gemetar, namun ia tetap menggenggam erat, tak mau melepaskannya.Putri Ling’er berdiri di belakangnya, dengan mata yang penuh keraguan. Ia tahu betul bahwa perjalanan ini sudah berada di ujungnya. Namun, yang membuat hatinya semakin berat adalah kenyataan bahwa Li Feng kini berada di persimpangan jalan yang tak bisa lagi dihindari. Kutukan pedang itu semakin mencekik mereka berdua.“Li Feng…” suara Ling’er terdengar pelan, namun mengandung beban yang begitu besar. Ia berjalan mendekat, berhenti beberapa langkah di belakangnya, dan menatap punggung pemuda itu. “Kita harus berhenti. Kau tak bisa terus sepert

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 114: Rahasia Darah Leluhur

    Hujan gerimis masih mengguyur hutan lebat di perbatasan utara Kekaisaran. Udara dipenuhi aroma tanah basah dan dedaunan yang berguguran. Di antara kabut yang menggantung rendah, tiga sosok berdiri dalam lingkaran batu kuno yang terukir dengan simbol-simbol tua. Li Feng menggenggam Pedang Naga Langit erat-erat. Di depannya, dua orang tua berjubah hitam berdiri diam bagaikan arca. Mata mereka—tajam dan penuh kenangan—menatapnya tanpa berkedip. Mereka adalah pemilik dua pedang kembar: Pedang Angin dan Pedang Petir. Merekalah dua penjaga rahasia terdalam dunia persilatan. Dan kini, rahasia itu terkuak. "Jadi... kalian bilang darahku berasal dari garis keturunan yang mengikat tiga pedang ini?" Li Feng bertanya, suaranya lirih namun bergetar. Orang tua berjanggut putih, pemilik Pedang Angin, mengangguk pelan. "Bukan sekadar berasal. Kau adalah warisan terakhir dari klan Leluhur Langit. Tiga pedang ini—Naga, Angin, dan Petir—diciptakan untuk sat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status