Share

Naufal

Penulis: Fau
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 01:07:57

Hari ini bagiku cukup melelahkan. Dan entah kenapa mood-ku hari ini sangat buruk. Aku bergegas pulang dan menolak ajakan Alin untuk ke toko buku dengan alasan sakit kepala. Sebenarnya memang sakit sih meskipun tidak terlalu. Aku sampai dirumah disambut bunda yang sedang asyik menjahit. Ya, itu pekerjaan bunda. Aku hanya bergantung pada bunda dan pekerjaannya. 

"Assalamualaikum Bunda," ucapku.

Bunda yang melihatku tersenyum lega. "Waalaikumsalam Kay, makan sana!" ujarnya.

Aku bergegas masuk kamar dan tak sabar untuk merebahkan badanku. Aku memutuskan mendengarkan musik saja. Aku membuka handphone saat tiba-tiba sebuah notifikasi pesan w******p muncul.

Alin : [Kay, gimana keadaanmu?]

Kayra : [Aku udah rebahan Lin, semoga nanti enakan.]

Alin : [send a photo]

Alin : [Aku pengen beli jam tangan. Pilih satu diantara dua yang ku kirim!]

Aku mengunduh foto yang dikirim Alin. Dua jam tangan warna putih dan biru. Aku dominan menyukai warna putih.

Kayra : [Yang ini.]

Alin : [Good choice! Tq mabestiiii. Gws yah:"*]

Aku menutup w******p dan membuka aplikasi musik. Saat tiba-tiba bunda mengetuk pintu kamarku.

"Kay, ada pesen makanan diluar?" ujarnya. Aku menaikkan alisku. Mana ada aku pesan makanan.

"Enggak Bun," jawabku.

Lama tak terdengar sahutan bunda, hingga tiba-tiba bunda masuk kamarku lagi membawa bungkusan plastik hitam.

"Abang grabfood-nya kasihan. Jadi bunda ambil. Katanya sih emang buat Kayra," ujar bunda. 

Aku heran. Aku sama sekali nggak pesan makanan diluar. Namun aku tetap menerima bungkusan itu dan membukanya dengan was-was. Pizza dan..... cilok? Ini dari siapa sih? Tapi bodo amatlah. Aku mulai memakan pizza dengan bunda. Tiba-tiba, notif w******p-ku berbunyi.

Naufal : [Aku denger dari Alin, katanya kau sakit. Aku beliin pizza biar sehat lagi ya! get well soon budiesss]

Aku hampir tersedak membacanya. Bunda yang melihatku terkejut membaca pesan jadi ikut kaget.

"Kenapa Kay? Ini punya orang ya?" tanyanya dengan wajah bersalah. Aku malah ingin tertawa melihat bunda seperti itu.

"Enggak bun, pizza ini temen Kayra yang beliin. Namanya Naufal. Sebenernya temen Alin sih, Kayra baru kenal sama dia," jelasku. Bunda yang mendengarnya tersenyum sumringah. Nggak tau sih itu senyum senang atau ngejek. 

"Kapan-kapan bawa Naufal main kemari ya," ucap bunda sambil meringis dan melambai pergi dari kamarku. Aku hanya bisa cemberut dan membuka handphone-ku lagi. Kubuka kembali chat Naufal tadi.

Kayra : [Kay sempet kaget tadi kirain abang grabfood-nya salah alamat. Makasih Fal.]

Aku mengirim pesan lalu memperhatikan potongan pizza yang tak utuh lagi. Juga cilok yang masih hangat. Baru awal perkenalan dan Naufal sudah menunjukkan kebaikannya. Tapi tenang saja, aku harap aku tidak semudah itu jatuh hati dengan Naufal. Kami baru berkenalan dan tidak mungkin aku langsung jatuh hati bukan? Sesungguhnya dia memang tampan, tapi aku sudah bertekad tak ingin jatuh hati karena paras saja.

Aku membereskan sisa pizza dan memasukkan cilok kedalam lemari makanan di dapur. Setelah cuci tangan dan kaki, aku langsung tidur karena kepalaku makin sakit saja. 

Lagi-lagi aku terbangun saat matahari sudah tak terlihat lagi. Saat bangun tidur kepalaku makin sakit saja rasanya. Aku menggigil dan rasanya badanku pegal-pegal tak karuan. Aku mencoba bangkit dan mencari bunda. Baru saja akan bangkit, bunda sudah membuka pintu kamarku. 

"Kayra, kau demam nak," ucapnya. "Bunda nggak tega mau bangunin kamu tadi. Gimana rasanya sekarang?" ucapnya lagi.

Aku meraba dahiku. "Kay laper bunda," jawabku.

Malam ini aku makan bubur ayam. Aku nggak terlalu suka sih, tapi apa boleh buat. Bunda sedikit rewel kalau aku sakit dan peraturannya, kalau aku sakit, aku nggak boleh makan apa-apa kecuali bubur dan buah-buahan. Aku melihat bunda gusrah gusruh mencari termometer. Aku sayang banget sama bunda. Bunda kelihatan sangat khawatir bila aku sakit. Dia juga tak punya siapa-siapa selain aku.

"Nah, ini dia!" ujarnya gembira saat mendapati termometer. "Sini, bunda cek suhunya," ucapnya.

Bunda meletakkan termometer di ketiakku dan membiarkannya sejenak seraya menyuap bubur ke mulutku. 

"Cepet sembuh tuan putri, biar bisa sekolah ketemu Naufal," ujarnya.

Aku merengut mendengarnya. "Naufal nggak satu sekolah bun sama Kayra," ujarku.

"Lah, terus Naufal sekolah dimana? Bunda kira dia orang yang tempo hari dateng kerumah cari kau," kata bunda lagi. Aku cuma menggeleng mendengarnya. Entahlah, untuk saat ini aku tak ingin memikirkan tentang siapa deretan orang misterius yang akhir-akhir ini datang ke hidupku.

Bunda mengambil termometer dan mengecek suhunya 

"Ah, suhu mu 37°. Jangan kecapean dong Kay, kalau kecapean dan kamu sakit kayak gini kan bunda juga yang susah," ujar bunda.

"Bun, Kayra nggak papa. Bunda istirahat aja udah malam. Kay juga mau tidur. Kayaknya besok Kayra nggak sekolah aja deh bun," ujarku. Bunda hanya mengangguk.

Setelah selesai dengan makan malamku dan minum obat aku kembali melanjutkan tidurku. Bunda sudah aku suruh tidur sejak tadi. Sebelum tidur, aku membuka handphone dan mengecek kembali w******p-ku. Ada satu pesan dari Alin.

Alin : [Kay, udah enakan?]

Kayra : [Belum Lin, kayanya besok aku nggak sekolah dulu deh.]

Alin : [Yah, bener?]

Kayra : [Hooh, aku demam tinggi.]

Alin : [Yaudah deh, cepat sembuh ya Kay. Sekarang istirahat!]

Aku menutup handphone. Aku ingin tidur nyenyak tapi tak bisa. Badanku benar-benar linu semua. Mataku panas namun badanku menggigil kedinginan. Aku kembali membuka handphone dan mencari podcast di YouTube. Aku menaikkan volume handphone dan mulai mendengarkan podcast. Ini belum terlalu malam. Masih pukul 20.00 WIB. Pasti Naufal belum tidur. Aku melirik w******p-ku dan melirik pesannya yang belum kubaca sejak tadi sore.

Naufal : [Kayra, belum tidur?]

Astaga! Ternyata dia memperhatikan online-ku dari tadi. 

Kayra : [Ah iya, belum. Aku nggak bisa tidur.]

Naufal : [Mau telponan nggak?]

Shit. Selama hidup aku nggak pernah telponan bareng cowok malam-malam gini. Dan sekarang, aku diajak telponan?

Kayra : [Emmm, boleh.]

Bicara apa aku? Boleh? Siapa yang bilang boleh? Kayraaaaa astagaaaaaa. Dan benar saja. Beberapa detik kemudian, Naufal menelponku. Aku gemetar saat hendak mengangkatnya. 

"Halo Kayra," ucapnya. Suara Naufal serak-serak basah. Aku bisa saja candu dengan suaranya jika terus-terusan seperti ini.

"Iya Fal."

"Udah minum obat?"

"Udah kok, aku pengen tidur tapi nggak bisa."

Naufal menghela nafas. "Kau kedinginan?" tanyanya.

"Iya, dingin banget," ujarku.

"Yaudah kau tutup mata aja. Dengerin aku nyanyi biar bisa tidur."

Apa? Dengerin dia nyanyi? Tapi boleh juga. Setidaknya aku jadi nggak harus banyak ngomong. Kalo pada akhirnya aku tetap nggak bisa tidur, aku pura-pura tidur aja biar dia matikan telponnya.

"Iya Fal," jawabku.

Naufal mulai bernyanyi di seberang. Tak seperti yang kuduga, suara Naufal benar-benar bagus. Aku benar-benar menikmati suaranya sampai tak sadar, aku tertidur.

Bab terkait

  • PAWANA   Demam Biasa Atau Demam Naufal?

    "Kukuruyuukkkk!"Suara ayam jago tetangga membangunkanku. Namun ada yang aneh. Aku mendengar suara 'ngorok' yang entah darimana datangnya. Aku mencari-cari asal suara itu hingga aku menemukan handphone-ku yang.... masih tersambung dengan Naufal. Aku terkejut setengah mati. Jadi telponnya tidak mati semalaman? Astaga!Aku mencoba tenang, kuangkat pelan-pelan handphone-ku sepelan mungkin agar Naufal tidak terbangun."Kayra?" Astaga! Aku terkejut lebih hebat dari sebelumnya hingga tanpa sadar menjatuhkan handphone-ku."Kayra? Udah enakan badannya?" ucap bunda yang entah sejak kapan berada di pintu kamarku."Udah bunda, tapi masih nggak enak," jawabku.Bunda mengangguk. "Keluar ya, bunda masakin bubur," ucap bunda lagi. Aku hanya mengangguk seraya melihat bunda keluar dari kamar. Setelah bunda keluar, aku buru-buru mengambil kembali handphone yang jatuh ke lantai. Sial."Hufftt, untung nggak kenapa-kenapa," ucapku pelan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PAWANA   Kita dan Taman Kota

    "Belum reda juga panasnya Kau, udah minum obat?" tanya Naufal. Aku hanya mengangguk. Panas alami mulai kurasakan menjalar di sekujur tubuhku. Aku yang sejak kemarin lemas menjadi semakin lemas saja sepertinya."Kayra! katanya mau makan somay," ujar Alin mencairkan suasana yang canggung tadi. Aku membenarkan ekspresi wajahku dan menata ulang dudukku. Begitu juga Naufal yang entah sejak kapan sibuk dengan kantong celana jeans-nya."Aku ambilin mangkok ya," ucap Alin yang kemudian pergi begitu saja keluar kamar. Sejenak tadi aku lega dan sekarang aku mulai canggung dan badanku mulai memanas lagi. Apa kau sadar? Alin baru saja meninggalkanku berdua dengan Naufal. Kalau begini ceritanya, dia bukannya mencairkan suasana tapi malah membuat suasana makin canggung saja.Sesekali aku menatap Naufal. Dia tersenyum melihatku."Hai Kay, it's first time kita ketemu," ucapnya dengan senyum yang manisnya melebihi gula murni. Aku pun ikut tersenyum melihatnya."Iya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • PAWANA   Azkayra

    Aku bukan anak yang ambisius. Aku hanya anak seperti yang lainnya yang menginginkan kehidupan sekolah menengah atas yang sehat. Hanya saja beberapa rintangan mungkin bisa hadir dalam kehidupanku saat itu. Saat semua sahabatku masuk ke SMA favorit mereka, dan hanya aku sendiri yang tidak. Apa kau bisa bayangkan betapa sakitnya?Aku merenungi hal ini selama kurang lebih seminggu lamanya. Berdiam diri di kamar dan memandangi nilaiku yang kurang 5 point lagi agar bisa masuk bersama semua sahabatku. Semua ucapan semangat dari orang-orang pun rasanya tak bisa mengembalikan semangatku yang benar-benar hilang. Aku kacau saat itu hanya karena hancurnya mimpi awalku.Ah, kau benar juga. Aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Azkayra Laila Annisa. Kau bisa memanggilku Kayra. Nama yang bagus, bukan? Itu adalah nama pemberian ayahku saat aku masih berusia 6 bulan kandungan. Yap, aku anak pertama. Mungkin itu yang membuat ayahku bersemangat mencarikan nama untuk buah hatinya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PAWANA   Dari Sosok Yang Mungkin Misterius

    "Ahhhh, Kayraaaaaa!!!" Aul menepuk bahuku dengan sangat keras. "Kenapa kau tak tanya siapa dia?" ucapnya lagi."Diamlah Aul," jawabku.Benar juga. Memang bukan hal sulit bagiku jika aku mau bertanya siapa dia, namanya, alamat, dan kenapa dia bisa tahu alasanku dan... nama panggilanku, Kayra. Tapi tidak semudah itu. Auranya benar-benar misterius sehingga akupun tak mampu berkata apa-apa saat melihatnya."Tapi aneh juga ya, kok dia bisa tahu?" ucap Sabil.Aku mengangkat bahuku. "Entahlah, lagi pula aku tidak terlalu peduli padanya. Aku hanya ingin tahu darimana dia tahu tentangku," jawabku.Aul masih berdiri terpaku dengan tangan di dagu. Dia sepertinya akan mati penasaran jika tetap tidak tahu tentang pria itu. Kurang lebih namanya saja. Aku tersenyum melihat sahabatku yang satu ini. Menarik tangannya dan memaksanya duduk."Hei, sudahlah. Mending kau ceritakan padaku, bagaimana hari pertama kalian masuk sekolah? Ah sudah pasti seru sih,

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PAWANA   Hanya Perlu Bertanya Dia Siapa

    Ucapan Alin tadi benar-benar mengurungkan niatku yang sudah kubangun sejak tadi malam. Aku memalingkan pandanganku pada Alin. Melihatnya yang ternyata sejak tadi memperhatikanku."Sudahlah, Kay. Ayo kita ke kantin. Aku dengar makanan kantin sekolah ini benar-benar enak. Aku pengen coba," ucapnya seraya menarik tanganku keluar kelas. Aku beranjak dari tempat dudukku tanpa memindahkan mataku dari laki-laki itu. Dia tetap memperhatikanku dengan senyum seraya melipat kedua tangannya dan kakinya yang sudah terangkat ke atas meja. Bunda selalu memperingatkanku agar tidak melihat orang dari penampilannya. Tapi sepertinya orang yang satu ini benar-benar menunjukkan kepribadian dari penampilannya. Jadi, tak salah jika aku merasa dia modelan bad boy."Kay, mau pesen apa?" ucap Alin"Ah, terserah kau aja."Beberapa menit menunggu, pesanan kami pun datang."Kay, kau kenapa sih, selalu mandangin dia?"Deg, aku harus jawab apa? Jangan sampai Alin me

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • PAWANA   Hilang Kendali Setiap Kali Menatapnya

    Aku pulang pukul 5 sore. Setelah puas seharian menatap wajah Alin dan menelan semua guyonan kami. Aku melangkah seraya memikirkan apa yang Alin katakan tadi. Naufal, nama itu. Apakah benar nama itu benar akan menjadi cinta pertamaku? Aku berjalan seraya merogoh kantongku. Mencari handphone dan mengirim pesan pada bunda bahwa aku akan sampai sebentar lagi. Aku sudah berada di gerbang perumahan sekarang. Tinggal beberapa blok lagi dan aku akan sampai rumah. Ah benar juga, aku belum memberitahu kalian, bukan? Aku hanya tinggal berdua dengan bunda. Ayah sudah lebih dulu berangkat ke surga saat aku duduk di kelas 1 SMP. Ayah benar-benar orang baik, begitu juga bunda. Aku bahagia memiliki mereka bedua. Aku juga tidak punya kakak atau adik. Aku anak semata wayang yang benar-benar menjadi harapan bunda saat ini dan sampai selamanya. Jadi, jangan pernah lagi menanyakan dimana ayah dan saudaraku. Haha.Hari ini benar-benar melelahkan. Hingga rasanya malam ini aku hanya ingin menutup ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02

Bab terbaru

  • PAWANA   Kita dan Taman Kota

    "Belum reda juga panasnya Kau, udah minum obat?" tanya Naufal. Aku hanya mengangguk. Panas alami mulai kurasakan menjalar di sekujur tubuhku. Aku yang sejak kemarin lemas menjadi semakin lemas saja sepertinya."Kayra! katanya mau makan somay," ujar Alin mencairkan suasana yang canggung tadi. Aku membenarkan ekspresi wajahku dan menata ulang dudukku. Begitu juga Naufal yang entah sejak kapan sibuk dengan kantong celana jeans-nya."Aku ambilin mangkok ya," ucap Alin yang kemudian pergi begitu saja keluar kamar. Sejenak tadi aku lega dan sekarang aku mulai canggung dan badanku mulai memanas lagi. Apa kau sadar? Alin baru saja meninggalkanku berdua dengan Naufal. Kalau begini ceritanya, dia bukannya mencairkan suasana tapi malah membuat suasana makin canggung saja.Sesekali aku menatap Naufal. Dia tersenyum melihatku."Hai Kay, it's first time kita ketemu," ucapnya dengan senyum yang manisnya melebihi gula murni. Aku pun ikut tersenyum melihatnya."Iya

  • PAWANA   Demam Biasa Atau Demam Naufal?

    "Kukuruyuukkkk!"Suara ayam jago tetangga membangunkanku. Namun ada yang aneh. Aku mendengar suara 'ngorok' yang entah darimana datangnya. Aku mencari-cari asal suara itu hingga aku menemukan handphone-ku yang.... masih tersambung dengan Naufal. Aku terkejut setengah mati. Jadi telponnya tidak mati semalaman? Astaga!Aku mencoba tenang, kuangkat pelan-pelan handphone-ku sepelan mungkin agar Naufal tidak terbangun."Kayra?" Astaga! Aku terkejut lebih hebat dari sebelumnya hingga tanpa sadar menjatuhkan handphone-ku."Kayra? Udah enakan badannya?" ucap bunda yang entah sejak kapan berada di pintu kamarku."Udah bunda, tapi masih nggak enak," jawabku.Bunda mengangguk. "Keluar ya, bunda masakin bubur," ucap bunda lagi. Aku hanya mengangguk seraya melihat bunda keluar dari kamar. Setelah bunda keluar, aku buru-buru mengambil kembali handphone yang jatuh ke lantai. Sial."Hufftt, untung nggak kenapa-kenapa," ucapku pelan.

  • PAWANA   Naufal

    Hari ini bagiku cukup melelahkan. Dan entah kenapa mood-ku hari ini sangat buruk. Aku bergegas pulang dan menolak ajakan Alin untuk ke toko buku dengan alasan sakit kepala. Sebenarnya memang sakit sih meskipun tidak terlalu. Aku sampai dirumah disambut bunda yang sedang asyik menjahit. Ya, itu pekerjaan bunda. Aku hanya bergantung pada bunda dan pekerjaannya."Assalamualaikum Bunda," ucapku.Bunda yang melihatku tersenyum lega. "Waalaikumsalam Kay, makan sana!" ujarnya.Aku bergegas masuk kamar dan tak sabar untuk merebahkan badanku. Aku memutuskan mendengarkan musik saja. Aku membuka handphone saat tiba-tiba sebuah notifikasi pesan whatsapp muncul.Alin : [Kay, gimana keadaanmu?]Kayra : [Aku udah rebahan Lin, semoga nanti enakan.]Alin : [send a photo]Alin : [Aku pengen beli jam tangan. Pilih satu diantara dua yang ku kirim!]Aku mengunduh foto yang dikirim Alin. Dua jam tangan warna putih dan biru. Aku dominan menyuka

  • PAWANA   Hilang Kendali Setiap Kali Menatapnya

    Aku pulang pukul 5 sore. Setelah puas seharian menatap wajah Alin dan menelan semua guyonan kami. Aku melangkah seraya memikirkan apa yang Alin katakan tadi. Naufal, nama itu. Apakah benar nama itu benar akan menjadi cinta pertamaku? Aku berjalan seraya merogoh kantongku. Mencari handphone dan mengirim pesan pada bunda bahwa aku akan sampai sebentar lagi. Aku sudah berada di gerbang perumahan sekarang. Tinggal beberapa blok lagi dan aku akan sampai rumah. Ah benar juga, aku belum memberitahu kalian, bukan? Aku hanya tinggal berdua dengan bunda. Ayah sudah lebih dulu berangkat ke surga saat aku duduk di kelas 1 SMP. Ayah benar-benar orang baik, begitu juga bunda. Aku bahagia memiliki mereka bedua. Aku juga tidak punya kakak atau adik. Aku anak semata wayang yang benar-benar menjadi harapan bunda saat ini dan sampai selamanya. Jadi, jangan pernah lagi menanyakan dimana ayah dan saudaraku. Haha.Hari ini benar-benar melelahkan. Hingga rasanya malam ini aku hanya ingin menutup ma

  • PAWANA   Hanya Perlu Bertanya Dia Siapa

    Ucapan Alin tadi benar-benar mengurungkan niatku yang sudah kubangun sejak tadi malam. Aku memalingkan pandanganku pada Alin. Melihatnya yang ternyata sejak tadi memperhatikanku."Sudahlah, Kay. Ayo kita ke kantin. Aku dengar makanan kantin sekolah ini benar-benar enak. Aku pengen coba," ucapnya seraya menarik tanganku keluar kelas. Aku beranjak dari tempat dudukku tanpa memindahkan mataku dari laki-laki itu. Dia tetap memperhatikanku dengan senyum seraya melipat kedua tangannya dan kakinya yang sudah terangkat ke atas meja. Bunda selalu memperingatkanku agar tidak melihat orang dari penampilannya. Tapi sepertinya orang yang satu ini benar-benar menunjukkan kepribadian dari penampilannya. Jadi, tak salah jika aku merasa dia modelan bad boy."Kay, mau pesen apa?" ucap Alin"Ah, terserah kau aja."Beberapa menit menunggu, pesanan kami pun datang."Kay, kau kenapa sih, selalu mandangin dia?"Deg, aku harus jawab apa? Jangan sampai Alin me

  • PAWANA   Dari Sosok Yang Mungkin Misterius

    "Ahhhh, Kayraaaaaa!!!" Aul menepuk bahuku dengan sangat keras. "Kenapa kau tak tanya siapa dia?" ucapnya lagi."Diamlah Aul," jawabku.Benar juga. Memang bukan hal sulit bagiku jika aku mau bertanya siapa dia, namanya, alamat, dan kenapa dia bisa tahu alasanku dan... nama panggilanku, Kayra. Tapi tidak semudah itu. Auranya benar-benar misterius sehingga akupun tak mampu berkata apa-apa saat melihatnya."Tapi aneh juga ya, kok dia bisa tahu?" ucap Sabil.Aku mengangkat bahuku. "Entahlah, lagi pula aku tidak terlalu peduli padanya. Aku hanya ingin tahu darimana dia tahu tentangku," jawabku.Aul masih berdiri terpaku dengan tangan di dagu. Dia sepertinya akan mati penasaran jika tetap tidak tahu tentang pria itu. Kurang lebih namanya saja. Aku tersenyum melihat sahabatku yang satu ini. Menarik tangannya dan memaksanya duduk."Hei, sudahlah. Mending kau ceritakan padaku, bagaimana hari pertama kalian masuk sekolah? Ah sudah pasti seru sih,

  • PAWANA   Azkayra

    Aku bukan anak yang ambisius. Aku hanya anak seperti yang lainnya yang menginginkan kehidupan sekolah menengah atas yang sehat. Hanya saja beberapa rintangan mungkin bisa hadir dalam kehidupanku saat itu. Saat semua sahabatku masuk ke SMA favorit mereka, dan hanya aku sendiri yang tidak. Apa kau bisa bayangkan betapa sakitnya?Aku merenungi hal ini selama kurang lebih seminggu lamanya. Berdiam diri di kamar dan memandangi nilaiku yang kurang 5 point lagi agar bisa masuk bersama semua sahabatku. Semua ucapan semangat dari orang-orang pun rasanya tak bisa mengembalikan semangatku yang benar-benar hilang. Aku kacau saat itu hanya karena hancurnya mimpi awalku.Ah, kau benar juga. Aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Azkayra Laila Annisa. Kau bisa memanggilku Kayra. Nama yang bagus, bukan? Itu adalah nama pemberian ayahku saat aku masih berusia 6 bulan kandungan. Yap, aku anak pertama. Mungkin itu yang membuat ayahku bersemangat mencarikan nama untuk buah hatinya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status